Selanjutnya, yang harus kita lakukan agar hati kita bertaut dengan Al Quran adalah memperbanyak membacanya secara tartil, dengan suara merdu dan disertai pemahaman. Namun sebelum jauh memaparkan apa saja tindakan yang dapat membantu kita memahami dan menyerap pengaruh Al Quran, terlebih dahulu kami kemukakan cuplikan pengalaman dan nasihat orang-orang yang telah mendapat pencerahan dari Al Quran.
Muhammad Iqbal
Abu Al Hasan Al Nadwi mengatakan bahwa pembacaan Muhammad Iqbal terhadap Al Quran berbeda dari pembacaan orang lain pada umumnya, yang membuat Iqbal lebih dapat menghayati Al Quran.
Iqbal menuturkan, “Aku biasa membaca Al Quran setelah mengerjakan shalat subuh. Ayah memandangiku dan menanyaiku. Kujawab, aku sedang membaca Al Quran. Selama tiga tahun selalu bertanya begitu dan aku selalu memberinya jawaban yang sama. Sampai suatu hari aku menanyakan maksud ayah bertanya seperti itu. Ayah menjawab, “Anakku, bacalah Al Quran seolah-olah ia diturunkan kepadamu! Sejak hari itu, aku berusaha memahami isi Al Quran, lebih dari sekedar membacanya. Darinya, ada cahaya yang kudapat, ada mutiara yang kususun.” (Rawa’i Iqbal, Abul Hasan an-Nadwi, 38, 39)
Hasan Al Banna
Hasan Al Banna memberi nasihat tentang kiat memetik manfaat Al Quran, “Bacalah Al Quran secara perlahan-lahan dan khidmat, baik di dalam maupun di luar shalat. Berhentilah di setiap ujung ayat (tidak menyambung satu ayat ke ayat berikutnya dalam sekali baca). Perhatikan cara melafalkansetiap hurufnya, juga iramanya, tanpa memaksa diri atau dibuat-buat. Jangan hanya terfokus kepada bacaan sehingga melalaikan maknanya. Bacalah dengan suara yang tidak terlalu kencang atau terlalu pelan..Semua itu dapat membantu memahami makna ayat-ayat Al Quran dan akan menimbulkan rasa baru. Tak ada yang lebih berguna bagi hati kalian selain membaca Al Quran secaa khusyuk dan dengan perenungan. (Hasan Al Banna Wa Manhajuhu fi Al Tafsir, 100).
Seminggu sekali Hasan Al Banna mengisi kolom tafsir dalam surat kabar mingguan milik kelompok Ikhwanul Muslimin. Di salah satu edisi, ia menulis, “Antara Al Quran dan hati yang beriman terjalin ikatan kuat. Di hati yang beriman, rahasia Al Quran terungkap. Saya berharap Anda membaca ayat-ayat Al Quran secara berulang-ulang dengan menghadirkan hati -sebelum membaca tafsirnya. Setelah itu Anda akan tahu bagaimana memahami kitab Allah tanpa perantara. (Hasan Al Banna Wa Manhajuhu fi Al Tafsir, hal 98).
Sayyid Quthb
Sayyib Quthb banyak menulis tentang Al Quran dan cara memetik manfaat darinya. Ia mengatakan bahwa Al Quran layak dibaca dan diwariskan kepada setiap generasi muslim dengan kesadaran penuh. Al Quran pantas direnungkan sebagai petunjuk kehidupan. Ia diturunkan untuk mengatasi persoalan pada setiap masa. Menjadi penerang jalan menuju masa depan. Ia bukan sekedar kalam indah yang turun hanya untuk dibaca, bukan pula arsip masa lalu yang takkan pernah kembali hadir pada setiap zaman.
Kita tidak akan pernah memetik manfaat apa pun dari Al Quran selama kita tidak membacanya, tidak berusaha mendapatkan petunjuk untuk kehidupan kita hari ini dan esok -sebagaimana yang dilakukan generasi muslim awal dulu.
Bila membaca Al Quran dengan kesadaran seperti itu, niscaya kita akan sampai pada keinginan yang takkan bisa didapat oleh yang membacanya tanpa kesadaran. Kita akan melihat, setiap kalimat dan petunjuk-petunjuk di dalamnya tampak hidup, menggugah dan menggerakkan. Ia seolah berbicara secara panjang-lebar kepada kita tentang segala urusan hidup kita. Ia memberi kehidupan kepada kita. (Fii Zhilalil Qur’an, 1/261, Darus Syuruq, Mesir).
Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan serua Rasul apabila Rasul menyeru kepada sesuatu yang memberi kalian kehidupan. ” (Qs Al Anfal: 24)
Abul Hasan An Nadwi
An Nadwi mengatakan, ia punya pengalaman terkait dengan Al Quran. Ia berinteraksi dengannya secara langsung hingga terjalin hubungan yang erat dan emosional, memetik manfaat darinya, menjadi dekat kepada Allah, berjalan mendapatkan taufik dengan bimbingan Al Quran.
“Seseorang sebaiknya menyibukkan diri berinteraksi dengan Al Quran tanpa perantara. Membacanya sebanyak mungkin seraya menikmatinya dan merenungi maknanya. Jika memiliki cukup pengetahuan bahasa Arab yang memungkinkan memahami Al Quran, sebaiknya seseorang berusaha merenungi maknanya saat membaca Kitab Suci ini. Jika tidak, cari tahu maknanya di catatan-catatan tafsir ayat yang dibaca. Tapi, sebisa mungkin, usahakanlah membaca, memahami, merenungkan, dan menikmati Al Quran secara langsung, tanpa harus selalu bergantung kepada kitab-kitab tafsir. Memang sedikit butuh waktu..Setelah itu bersyukurlah kepada Allah yang telah memberi pemahaman terhadap firman-Nya dan memberi kemampuan untuk membacanya.” (Madkhal ilaa dirosat Qur’aniyyah, Abu Hasan Nadwi, hal 107).
Semoga bermanfaat.