Semua anak suka bermain, mereka aktif mengeksplorasi lingkungan dengan aktifitas fisiknya: berlari, menabrak, menumpahkan, menghamburkan, dan bahkan merusak. Apa yang dilakukan anak terutama usia balita tersebut adalah salah satu upaya mereka untuk belajar sesuatu, jadi alangkah tidak bijaknya kita orang dewasa jika selama ini seringkali melarangnya melakukan aktifitas bermain.
Apa yang dilakukan anak setelah itu biasanya berujung pada tata ruang yang berantakan, mainan yang tersebar di mana-mana, kertas yang tercecer, dan lain sebagainya. Repotnya, sang anak bersikap cuek dan tak mau tahu karena umumnya mereka lebih suka menumpahkan dibanding mengisi, membongkar dibanding merakit ulang, “merusak” dibanding memperbaiki, ya begitulah. Ada beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mendidik anak mau merapikan kembali apa yang telah ia gunakan untuk bermain dan belajar.
Pertama, buatlah jadwal fleksibel untuk membagi hari-harinya menjadi beberapa aktifitas yang berbeda, seperti kapan waktunya tidur, waktu makan, waktu bermain atau belajar, waktu bersosialisai (silaturahim ke tetangga/saudara), dan waktu yang diperlukan untuk hal lainnya. Dengan adanya jadwal harian, anak lebih mudah mengenali rutinitasnya sehari-hari, sehingga tubuhnya akan menyiapkan diri untuk beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Namun, jadwal ini hendaknya disikapi secara fleksibel, artinya tidak kaku hingga menutup kemungkinan kegiatan baru untuk dilakukan.
Kedua, ajak dan libatkan anak dalam kegiatan beres-beres dan merapikan. Ajari anak untuk memilih dan memilah barang/mainan untuk dikembalikan di tempat semula, selain melatih kebiasaan positif juga dapat dilakukan sebagai ajang belajar sekaligus bersenang-senang tentang warna karena barang-barang ditempatkan berdasarkan warna, tentang konsep besar kecil, panjang tinggi dan lainnya yang dikelompokkan berdasarkan hal tersebut, juga tentang banyak hal kreatif lainnya.
Ketiga, jadikan kegiatan merapikan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Bernyanyilah sembari memasukkan mainan dan barang-barang yang berantakan, bernyayilah dengan gembira dan ajak anak anda untuk melakukannya pula. Jika perlu buatlah lirik khusus dari nada lagu yang sudah ada tentang bersih-bersih dan kerapian.
Keempat, jika anak menolak untuk merapikan mainan atau barang-barangnya, bicaralah kepadanya. Bicaralah tentang konsekuensi jika ia tak merapikan mainannya; mainannya akan tersapu, hilang, atau bahkan rusak terinjak, atau ia tak akan bisa belajar/tidur karena kamarnya/ruangan itu penuh dengan barang-barang, dan konsekuensi lainnya.
Anak mulai usia 2 tahun sudah dapat kita ajarkan kebiasaan merapikan kembali mainan/barangnya. Namun kita harus sedikit bersabar karena sebagaimana anak yang baru belajar, ia perlu waktu untuk membentuk kebiasaan baik ini.