Mengapa Kita Bercerita Pada Orang Lain?

Orang-orang sering berbagi cerita, berita, dan informasi dengan orang lain di sekitar mereka. Kita berbagi berita terbaru, cerita dengan rekan kerja, dan menyampaikan gosip tetangga kita. Transmisi sosial seperti ini telah berlangsung selama ribuan tahun, dan sekarang bermunculan teknologi sosial seperti SMS, Facebook, dan lainnya.

Situs media sosial hanya membuatnya lebih cepat dan lebih mudah untuk berbagi konten dengan orang lain. Tapi mengapa tidak semua konten dibagi pada pada orang lain dan apa yang mendorong orang untuk berbagi?

Dikutip dari Science Daily, Jonah Berger, penulis studi baru yang diterbitkan dalam Psychological Science, sebuah jurnal dari Asosiasi untuk Psychological Science, mengatakan berbagi cerita atau informasi mungkin sebagian didorong oleh gairah.

Ketika orang secara fisiologis terangsang, baik karena rangsangan emosional atau sebaliknya, saraf otonom akan aktif, kemudian meningkatkan transmisi sosial. Sederhananya, dengan membangkitkan emosi tertentu pada diri seseorang, kita dapat kesempatan agar sebuah cerita, pesan, atau kabar dari seseorang itu mau dibagikan kepada kita.

Menurut Berger, yang juga menjabat sebagai Jr. Assistant Professor of Marketing di University of Pennsylvania, emosi memainkan peran yang sangat besar. Beberapa emosi negatif seperti kecemasan dan kemarahan benar-benar meningkatkan transmisi sosial.

Dalam sebuah studi, Berger menunjukkan bahwa takut, marah, atau merasa geli mendorong orang untuk berbagi berita dan informasi. Jika ada sesuatu yang membuat anda marah, maka anda lebih mungkin untuk berbagi dengan keluarga dan teman-teman anda.

Berger juga tertarik tentang transmisi sosial yang mulai mengarah pada konten online dan menyebar seperti virus. Ada begitu banyak hal menarik di Facebook, Twitter, dan media sosial lain, namun perusahaan yang menggunakan teknologi tersebut perlu secara efektif memahami mengapa orang berbicara tentang hal-hal tertentu dan berbagi dengan yang lain.

psikologizone