Saat mengisi Pengajian Keluarga Sakinah di Mushalla KJRI California bulan Maret 2011 kemarin, seorang ibu bertanya kepada saya dengan penuh semangat, “Mohon Bapak jelaskan, mengapa lelaki suka selingkuh?” Pertanyaan ini amat menggelitik saya, karena mengkaitkan antara “lelaki” dengan “selingkuh”.
Saya menjawab dengan membalikkan pertanyaan, “Benarkah hanya lelaki yang suka selingkuh? Kalau hanya lelaki yang suka selingkuh, lalu ia selingkuh dengan siapa? Apakah selingkuh dengan sesama lelaki?” Tentu saja selingkuh terjadi –secara umum– antara lelaki dan perempuan, terserah siapapun yang memulainya. Yang memulai dan yang agresif, ini sulit dipastikan. Karena biasanya terjadi situasi “panci bertemu tutup”, artinya saling melengkapi. Kedua belah pihak pasti punya andil dalam menciptakan perselingkuhan.
Berbeda dengan perkosaan, perselingkuhan jelas melibatkan hati dan perasaan kedua belah pihak. Artinya, tidak bisa terjadi sepihak, dan tidak ada yang menjadi “korban”, karena terjadi saling suka di antara mereka. Kalau perkosaan, itu terjadinya kehendak satu pihak yang dipaksakan kepada pihak lainnya. Perkosaan juga tidak melibatkan hati dan perasaan, namun lebih kepada pelampiasan nafsu sesaat.
Pertanyaan serupa saya dapatkan saat mengisi Pengajian Keluarga Sakinah yang diselenggarakan oleh Yayasan Insan Cendekia Jayapura, di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Seorang lelaki mengajukan pertanyaan, “Semua orang memiliki peluang untuk melakukan selingkuh. Bagaimana cara menghindarkan diri dari kecenderungan selingkuh?”
Mengapa selingkuh? Ya, ini pertanyaan yang pertama kali harus dijawab.
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya yang saya hormati, selingkuh terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:
Pertama, Pelarian dari Kebosanan
Tatkala suami dan isteri melalui kehidupan rumah tangga dengan monoton, mengalir begitu saja bersama waktu, bisa mudah menyebabkan munculnya kebosanan. Tanpa terasa hubungan di antara mereka menjadi kering dan sangat mekanis. Semua terasa hambar, karena terjebak dalam rutinitas dan sekedar melakoni kewajiban serta peran masing-masing.
Kebosanan akan cepat melanda, jika suami dan isteri tidak memiliki cara merawat cinta di antara mereka. Setiap hari berada dalam situasi yang monoton, tanpa ada upaya menciptakan suasana yang berbeda. Oleh karena itu hendaknya suami dan isteri pandai membuat suasana yang menyenangkan setiap harinya. Kebosanan akan mudah hilang apabila setiap hari suami dan isteri menyirami dan memupuk cinta mereka dengan berbagai aktivitas bersama.
Suami bisa bosan melihat penampilan isteri yang tidak pernah berdandan dan monoton dalam penampilan maupun pelayanan. Isteri bisa bosan melihat suami yang tidak pernah memberikan rayuan dan monoton dalam penampilan maupun pelayanan. Saat kebosanan melanda, suami bertemu wanita yang “luar biasa”, karena sangat berbeda dengan penampilan isterinya. Isteri bertemu lelaki yang “luar biasa”, karena berbeda dengan gaya suaminya.
Jika kebosanan sudah melanda rumah tangga, masing-masing akan mudah terpesona oleh orang ketiga yang mampu menyenangkan hati mereka. Suami mendapatkan wanita lain di luar rumahnya, yang mengisi kekeringan hatinya. Isteri mendapatkan lelaki lain di luar rumahnya, yang menyirami kegersangan cintanya. Maka peluang selingkuh muncul dengan lebih mudah.
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, berhati-hatilah jika sudah mengalami perasaan kebosanan hidup berumah tangga. Segera segarkan suasana rumah tangga anda dan jangan mencari pelarian atau pelampiasan di luar rumah.
Kedua, Pelarian dari Konflik dalam Rumah Tangga
Jika rumah tangga sedang menghadapi situasi konflik berkepanjangan, suasana yang terbentuk sangat tidak menyenangkan. Ada rasa panas setiap kali suami dan isteri bertemu dan berbicara. Mereka berpura-pura menampakkan kemesraan di hadapan anak-anak, namun sesungguhnya hati mereka sangat jauh. Bahkan pada titik yang lebih parah, mereka sudah menampakkan konflik secara terbuka di hadapan anak-anak.
Apabila konflik dibiarkan berkepanjangan tanpa diselesaikan, akan memudahkan suami dan isteri mencari pelarian di luar rumahnya. Suasana yang tidak nyaman dan menegangkan akibat konflik di rumah, membuat suami dan isteri “memaafkan diri” untuk mencari tempat pelarian yang menenangkan hati dan menyenangkan perasaan. Pelarian itu bisa berupa orang ketiga yang bisa menenangkan hati mereka. Dari sini, peluang selingkuh menjadi terbuka lebar.
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, segeralah selesaikan konflik antara anda berdua, jangan biarkan konflik berlarut-larut tanpa usaha penyelesaian. Segera ambil tindakan untuk berdamai dengan pasangan. Jangan membiarkan konflik menjadi alasan untuk mencari pelarian kepada orang ketiga di luar rumah.
Ketiga, Mendapatkan Tempat Curhat dan Teman Diskusi
Kadang karena alasan kesibukan, suami dan isteri tidak meluangkan waktu untuk bercengkerama, mengobrol, dan bercanda mesra. Bertemu di rumah hanya sebatas rutinitas sebagai suami dan isteri, makan bersama, tidur bersama, tanpa ada waktu untuk bersantai berdua. Jika suasana seperti ini dibiarkan berlama-lama, isteri akan merasa tidak mendapat perhatian, dan tidak mendapatkan tempat untuk curahan hati (curhat). Suami juga merasa tidak mendapatkan teman yang nyaman untuk berdiskusi.
Apabila di luar rumah isteri bertemu lelaki yang bisa menjadi tempat curhat, ia akan merasa sangat nyaman. Apabila suami bertemu dengan wanita yang enak diajak berdiskusi, ia akan sangat merasa nyaman. Jika suasana ini dibiarkan berlama-lama, akan membuka peluang yang semakin besar untuk terjadinya perselingkuhan.
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, perhatikan pesan saya ini: para suami harus menjadi tempat curhat yang baik bagi isterinya, dan isteri harus menjadi teman diskusi yang baik untuk suaminya. Anda berdua tidak perlu mencari tempat curhat dan teman untuk mendiskusikan problem keluarga anda di luar rumah. Selesaikan “secara adat” di dalam rumah anda sendiri.
Keempat, Menemukan Harapan
Setiap manusia pasti memiliki harapan. Suami memiliki sejumlah harapan kepada sang isteri, demikian pula isteri memiliki sejumlah harapan kepada suami. Seringkali harapan itu tidak mereka diskusikan, tidak mereka pertemukan, tidak mereka ungkapkan. Menjadi endapan saja dalam perasaan. Ketika harapan tersebut tidak menjadi kenyataan, hati mudah kecewa. Suami kecewa dengan kondisi isteri yang tidak sesuai harapan. Isteri kecewa dengan kondisi suami yang jauh dari harapan.
Pada kondisi tengah merasa kecewa karena harapan mereka tidak kesampaian, suami menemukan wanita yang bisa memenuhi harapannya. Demikian pula isteri menemukan lelaki yang memenuhi harapannya. Hati suami berbunga-bunga dan sangat bahagia menemukan wanita lain yang sesuai harapan yang diinginkan. Hati isteri demikian bahagia menemukan lelaki lain yang bisa memenuhi harapannya. Apabila hal ini sengaja mereka biarkan terjadi, akan semakin memudahkan jalan menuju perselingkuhan.
Oleh karena itu, suami dan isteri harus saling mendialogkan harapan kepada pasangan. Apabila suami dan isteri mengerti harapan pasangan kepada dirinya, ia akan berusaha untuk memenuhinya dengan sukarela. Namun apabila harapan itu hanya didiamkan saja tanpa pernah didialogkan kepada pasangan, masing-masing merasa tidak ada yang kurang dari dirinya. Masing-masing merasa telah memenuhi harapan pasangannya. Bisa juga masing-masing kecewa diam-diam saja, karena melihat harapan tidak didapatkan dari pasangannya.
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, temukan harapan pada pasangan anda. Jangan berusaha mencari-cari, dan akhirnya menemukan, harapan dari orang ketiga di luar rumah, yang justru hanya memperparah persoalan anda.
Kelima, Komunikasi dan Interaksi yang Berlebihan
Hati manusia mudah sekali mendapatkan pengaruh, positif maupun negatif. Apabila seorang suami rajin menjalin komunikasi dan interaksi yang rutin serta intensif dengan wanita lain, akan memudahkan baginya untuk merasakan kecenderungan hati kepada wanita itu. Demikian pula apabila seorang isteri menjalin komunikasi dan interaksi secara rutin dan intensif dengan lelaki lain, akan mudah baginya merasa cenderung dengan lelaki tersebut.
Komunikasi dan interaksi yang rutin dan intensif menjadi pintu munculnya berbagai perasaan hati antara lelaki dan perempuan. Bukan hanya bagi lelaki dan wanita lajang, namun juga terjadi pada mereka yang sudah berkeluarga. Oleh karena itu, komunikasi dan interaksi harus memiliki batasan. Jika dalam konteks pekerjaan, maka batasi komunikasi dan interaksi tersebut sebatas urusan pekerjaan. Jika dalam konteks persahabatan, batasi komunikasi dan interaksi sewajarnya sebagai sahabat. Tidak lebih dari itu.
Demikianlah di antara penyebab munculnya perselingkuhan. Semua bermula dari kondisi yang ada di dalam rumah tangga, orang lain di luar rumah itu hanya “pemeran tambahan” saja. Pemeran utamanya tetap kondisi suami dan isteri dan relasi mereka dalam kehidupan keluarga. Maka jaga selalu hubungan anda dengan pasangan. Berbuatlah yang terbaik untuk pasangan. Bahagiakan pasangan. Jangan sakiti hati dan perasaan pasangan. Jangan khianati kesetiaan pasangan.
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, percayalah kepada saya, jika cinta selalu anda rawat dalam kehidupan rumah tangga, jangan khawatirkan pasangan anda akan selingkuh. Jangankan selingkuh, berpikir untuk selingkuh pun tidak.