Setiap orang tua pasti mendambakan anak-anaknya terlahir cerdas. Dan pelbagai cara pun dilakoni untuk mewujudkannya, mulai dari memberinya makanan bergizi untuk asupan otaknya, menstimulasinya dengan bermacam-macam permainan (brain games), hingga ada juga orang tua yang memasukkan bayinya ke sekolah bayi karena khawatir tak lebih mampu mendidiknya menjadi cerdas. Semua hal tersebut tidak masalah untuk dilakukan mengingat pentingnya stimulus-stimulus perangsang kecerdasan untuk membentuk seorang anak menjadi pribadi yang siap menghadapi dunia di saat dewasa kelak.
Anak-anak adalah insan yang menyukai hal baru, ia menyenangi aktivitas belajar dengan melakukan berbagai tingkah yang lucu, celoteh tanya yang super cerewet, bahkan kelakuan yang kadang membahayakan dirinya sendiri. Sebagai orang tua, alangkah bijaksana jika turut mendukung rasa ingin belajarnya yang tinggi. Misalnya dengan membacakannya buku cerita, menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan konyolnya, atau menemaninya bermain.
Menulis, Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah salah satu aktivitas yang mampu mengasah kecerdasan sang anak, sekaligus sebagai wadah positif dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang ia miliki. Anak yang terbiasa menulis menjadi lebih kritis terhadap dinamika kehidupan sosial di sekelilingnya, tidak hanya itu, anak juga terlatih untuk berpikir memecahkan masalah. Bahkan ada sebuah ungkapan yang dilontarkan sahabat Umar bin Khattab tentang seni berbahasa ini, “Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu, karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani.”
Apa yang dikatakan oleh sahabat Umar ini ada benarnya, karena dalam sirah nabawiyah banyak kita dapati kisah-kisah para sahabat yang menyenandungkan syair dalam medan perang atau pada masa krisis, seperti yang dilakukan oleh sahabat Rasul, Abdullah bin Rawahah ketika umat muslim bersama Rasul hendak melakukan umrah qadha’[1] sementara orang-orang musyrik berbaris menghadangnya,
biarkan orang-orang kafir di atas jalannya
biarkan kebaikan di tempatnya
yang pengasih telah menurunkan wahyu
kepada rasul-nya yang dibaca setiap waktu
ya rabb, aku tetap orang mukmin sejati
yang mengetahui hak allah secara dini
kematian terbaik adalah jalannya
hari ini kami pukul kalian dengan wahyu-nya
pukulan yang bisa memenggal kepala
meninggalkan kekasih yang tercinta
Menulis juga mampu mengasah kepekaan sosial anak, seperti yang terjadi pada penulis cilik yang kini mulai beranjak remaja, yaitu Abdurrahman Faiz, putra sulung dari penulis kondang Helvy Tiana Rosa. Ratusan karyanya telah banyak menginspirasi, puisi yang diciptakannya bermuatan dengan nilai-nilai sosial yang menyentuh, buah dari kegelisahan hatinya terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Karya-karyanya dapat dibaca dari buku-bukunya, seperti Faiz untuk Bunda dan Dunia (2004), Guru Matahari (2004), Aku Ini Puisi Cinta (2005), dll.
Masih banyak manfaat yang dipetik jika sejak dini anak telah diperkenalkan dunia menulis. Lalu, bagaimana mengasah kemampuan menulis pada anak? Lebih penting manakah; mengajarinya menulis atau membaca? Dua-duanya penting dan dua-duanya perlu dikenalkan kepada anak.
Cara yang baik untuk memupuk rasa cintanya pada dunia menulis adalah memupuk rasa cintanya kepada membaca. Karena jika menulis saja tanpa didampingi kegemaran membaca, sama saja mengajari anak ilmu “ghaib”, ia tidak bisa menyerap informasi dari bacaan untuk dituangkan kembali dalam tulisan berdasarkan gagasannya sendiri. Dengan membaca, dunia informasi terbuka lebar untuknya, sehingga banyak hal yang dapat ia tulis dan ia pikirkan tentang gagasan-gagasan baru yang mungkin muncul.
Membacakan buku kepada anak adalah langkah awal untuk membuatnya cerdas. Orang tua dapat memupuk kegemaran membaca sang anak dengan sering-sering membacakannya buku cerita, bahkan sejak sebelum sang anak dapat membaca. Karena point penting dalam memancing anak gemar membaca adalah dengan memancing kecintaannya terhadap buku. Jika orang tua terbiasa membacakannya buku-buku yang menarik dari segi gambar, jalan cerita, kombinasi warna gambar dalam sebuah buku, ditambah dengan kebiasaan orang tua yang memperlihatkan aktivitas membaca di depan anak, maka kecintaan anak terhadap buku dan kegemarannya membaca buku akan tumbuh dengan subur.
Membuat Anak Gemar Membaca[2]
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat anak mencintai buku dan terbiasa menghabiskan sebagian besar waktunya dengan buku yang dia sukai, karena kegemaran anak dalam membaca timbul karena ketergantungannya terhadap buku. Misalnya membelikannya buku-buku yang lebih banyak berisikan gambar-gambar yang disukai anak, seperti gambar binatang, tumbuhan, pesawat, dan lain sebagainya. Selanjutnya anak akan membentangkan buku tersebut dan mewarnai gambar yang ada di dalamnya.
Orang tua hendaknya menemani anak dalam membeli buku, dan membiarkan anak memilih sendiri buku yang diinginkannya di dalam toko buku. Ketika anak memasuki usia sekolah sebaiknya dibuatkan perpustakaan mini bagi anak, yang di dalamnya terdapat buku-buku dongeng yang berisikan gambar dan berisikan majalah-majalah khusus anak-anak. Selanjutnya bantulah anak untuk membaca dan mendiskusikan buku tersebut. Pujilah kisah yang diceritakan oleh anak yang dia nukil dari buku, agar ia semakin suka membaca.
Sebaiknya anak dibiasakan gemar untuk duduk di atas bangku (kursi) sejak kecil, khususnya setelah dia mulai masuk sekolah, karena sikap seperti itu dapat membuat anak meraih prestasi dalam hal pelajaran sekolah. Juga, karena hal tersebut dapat membantu anak untuk dapat konsentrasi, dapat memilah waktu yang tepat untuk mengulang pelajaran, dan dapat memperhitungkan waktu dan mengaturnya.
______________