Memberikan makanan yang baik dan bergizi kepada anak berarti memberikan keuntungan yang berlanjut hingga dia dewasa. Pertumbuhan yang baik, perkembangan otak, pengendalian energi, perlindungan kesehatan, kekebalan tubuh, perlindungan terhadap berbagai penyakit, sikap yang membaik, dan perkembangan kebiasaan makan yang baik seumur hidup, semuanya didapat dari menu makanan yang seimbang dan bernutrisi di masa kanaknya.
Makan adalah sebuah proses pertumbuhan dan perkembangan alami seorang batita. Namun pada sekitar 25 % anak dengan perkembangan normal dan pada 80 % anak dengan gangguan perkembangan ditemukan mempunyai masalah makan. Bahkan 1- 2 % di antaranya ditemukan mengalami kesulitan makan hingga mengalami penurunan berat badan yang serius.
Saat masih di dalam rahim ibu, seorang janin akan mendapatkan asupan nutrisi langsung melalui tali pusat, namun setelah lahir bayi memberikan tanda lapar kepada pengasuhnya melalui pola komunikasi tertentu, seperti menangis. Perasaan lapar, kenyang atau sakit biasanya dapat dikenali dari tangisannya. Hal ini pada akhirnya menjadi sebuah sistem komunikasi bayi untuk mengekspresikan keinginannya. Dengan kata lain dibutuhkan sistem komunikasi bayi-orang tua yang berkembang baik, karena hal ini penting untuk membentuk keseimbangan nutrisi bayi. Sebelum memahami perilaku positif yang dapat kita tanamkan dalam menkonsumsi makanan secara sehat, bernutrisi, dan cukup, hendaknya kita kenali gangguan yang mungkin muncul mempengaruhi kebiasaan dan selera anak di kemudian hari.
Beberapa kondisi gangguan makan yang sering timbul antara lain:
- Pada saat pergantian tekstur makanan, dari ASI-bubur susu-bubur saring-tim saring-nasi tim-nasi biasa dan lauk pauknya. Apabila orangtua tidak cukup tegas dan konsisten dalam menyikapi penolakan anak terhadap perubahan tekstur ini, bisa dipastikan anak akan menetap di satu tekstur makanan lebih lama dari seharusnya.
- Cara pemberian makan yang tidak benar. Seharusnya sejak seorang bayi dapat duduk sendiri, sebaiknya ia dibiasakan untuk makan sambil duduk di depan meja makan. Dengan cara seperti ini anak akan melihat dan mengenal makanan apa saja yang ia makan dan orangtua/pengasuhnya makan. Jadilah teladan yang baik, makanlah berbagai makanan sehat di hadapannya dengan perasaan dan ekspresai bergembira, biarkan ia melihat dan mengamati apa yang dimakan oleh keluarganya. Memberikan makan anak sambil menonton televisi atau bermain sebenarnya justru membuat anak tidak fokus terhadap makanan yang ia kunyah, ia tak mengenal dan mengetahui apa yang sebenarnya masuk ke dalam mulut mereka.
- Waktu makan yang penuh dengan pemaksaan dan kekerasan. Hal ini dapat terjadi bila seorang ibu/pengasuh tidak peka terhadap perasaaan anaknya. Anak mungkin tidak tahu secara naluriah makanan mana yang baik untuk mereka, tetapi mereka tahu kapan mereka kenyang, setiap anak biasanya memberikan tanda bahwa ia telah merasa kenyang. Seorang anak dapat kehilangan selera makannya karena merasa kesal pada waktu makan, dipaksa untuk menghabiskan makanan, juga pertengkaran keluarga karena seorang anak yang tidak mau makan. Keadaan ini menjadikan anak memandang bahwa waktu makan adalah waktu yang menegangkan dan mengerikan, maka hal ini secara otomatis akan memupuskan selera makan yang mereka miliki.
- Penelantaran anak. Orangtua yang sibuk, kurang mempunyai waktu untuk anaknya, tak selalu ada saat anak membutuhkan makan. Bila kondisi ini berlanjut, anak akan mengalami gagal tumbuh hingga malanutrisi. Penting diingat, perkembangan fisik yang buruk bersifat permanen. Jadi, penyimpangan apa pun pada gizi bayi, batita, atau anak-anak tidak dapat diperbaiki di kemudian hari. Maka sesibuk apa pun orangtua, hendaknya perhatikan apa yang masuk ke dalam perut anaknya, atau akan ada penyesalan di kemudian hari.
- Gangguan jiwa/depresi pada orangtua maupun bayi. Bayi/anak yang deresi akan mengalami gangguan makan, bisa menolak makan sama sekali atau makan berlebihan. Sedang orangtua yang depresi/cemas atau mengalami gangguan kepribadian lain akan membentuk pola asuh yang tidak optimal terhadap bayinya, dampaknya akan bervariasi, tergantung berat ringannya kondisi gangguan. Bila kondisi ini tidak segera diatasi, ujung-ujungnya akan memberikan dampak negatif pada perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri.
Lebih dari itu semua, kebiasaan makan anak-anak sama seperti pola perilaku anak lainnya; mereka biasanya meneladani kebiasaan makan orangtua mereka. Jika kita melewatkan sarapan, makan cemilan setiap saat, makan dengan sangat cepat, cemberut saat melihat sayuran hijau, anak akan menirunya.
Kebiasaan makan dapat dikembangkan oleh orangtua dengan menjadi teladan yang baik untuk diikuti anak-anak. Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang menghargai pentingnya makanan sehat, kebiasaan makan mereka akan dibentuk seperti itu seumur hidup mereka. Cobalah bantu anak-anak memahami mengapa makanan yang baik itu penting. Orangtua dapat mendorong anak-anak yang masih kecil untuk ikut berbelanja dan menyiapkan makanan, serta memberikan mereka informasi dasar tentang menu makanan sehat.
Dari berbagai sumber