Mengemudi Hati Menuju Allah

Inilah tugas kehambaan kita; mengemudi hati menuju Allah. Alangkah berat dan peliknya; sebab ia qalb; bergoyah-gayih, berbolak-balik.

Maka dalam doa teragung nan tercantum di Ummul Kitab dan terucap di tiap raka’at; kita memohon jalan yang lurus. Lurus menuju padaNya. Tapi yang sering lupa diinsyafi; jalan yang lurus ke langit itu, di bumi justru berkelok, curam, terjal, menikung, dan bergelombang. Sebab ia adalah “Shirathalladzina an’amta ‘alaihim”; jalan orang-orang yang Allah beri nikmat.

Al Quran mengisahkannya dengan syahdu. Kisah-kisah itu; yang mengambil bahagian terbesar dalam Al Quran; membentang dari Adam hingga Muhammad; semua menceritakan lika-liku.

Maka Ya Allah, susurkan dan susulkan kami di jalan mereka yang Kau limpahi cinta; dalam sempit maupun lapangnya, senyum dan juga lukanya.

Maka Ya Allah, walau tak Kau kayakan kami seberlimpah Sulaiman; karuniai kami syukur dan tawadhu’-nya nan hormati semut dan burung Hudhud.

Maka Ya Allah, walau tak Kau beri kami daya raga dan keajaiban seperkasa Musa, curahi kami keberanian dan keteguhannya memimpin bangsa.

Maka Ya Allah, walau usia tak sepanjang Nuh mulia, tegarkan kami dengan kegigihan da’wah dan tekad bajanya berbagi kebenaran aneka cara.

Maka Ya Allah, walau paras tak setampan Yusuf rupawan, kuatkan diri kami menahan semua goda dan derita, tajamkan nurani baikkan negeri.

Maka Ya Allah, walau keajaiban tak sertai perjalanan, penuhi hati kami dengan kasih mesra seperti ‘Isa, tunduklah musuh dalam cinta.

Maka Ya Allah, walau tak perlu ditelan ikan di gelap lautan, hiasi jiwa kami dengan kepasrahan Yunus nan rintih doanya Kau dengarkan.

Maka Ya Allah, walau tak usah kehilangan, dicekik sakit, miskin, dan musibah; sejukkan hati kami dengan sabar dan dzikir Ayyub nan tabah.

Maka Ya Allah; walau ujian cinta tak seberat Ibrahim-Hajar-Sarah; kurniai kami sakinah-mawaddah-rahmah, dan keturunan shalih-shalihah.

Maka Ya Allah, walau ibadah tak seterpelihara Zakaria dan kesucian tak seterjaga Maryam; nikmatkan kami bakti anak seperti Yahya dan Isa.

Maka Ya Allah, walau belum pernah cicipi surga bak Adam dan Hawa, jadikan rumah kami surga sebelum surga, terimalah taubat segala dosa.

Maka Ya Allah, walau hidup tak sewarna-warni Ya’qub, jadikan kami mengadu padaMu semata, tampilkan kesabaran cantik yang mencahaya.

Maka Ya Allah, walau tak harus lari-sembunyi ala Ashabul Kahfi, beri kami keberanian dan lindungan saat katakan Al Haq di depan tirani.

Maka Ya Allah, walau kerajaan tak seluas Dzul Qarnain, curahi kami akhlaq pemimpin; menyeru iman, membebas ummat, menebar manfaat.

Maka Ya Allah, walau jangan sampai Kau kurniai pasangan mirip Fir’aun; teguhkan kami bagai Asiyah, anugerahkan rumah surga di sisiMu.

Maka Ya Allah, walau soalan hidup tak sepelik Ibunda Musa, bisikkan selalu kejernihanMu di firasat kami saat hadapi musykilnya hari.

Maka Ya Allah, walau ilmu dan kebijaksanaan tak seutuh Luqman Al Hakim; tajamkan fikir dan rasa kami untuk ambil ‘ibrah di tiap kejadian.

Ustadz Salim A. Fillah