Saat aku masuk rohis di SMA-ku aku malu, ternyata begitu banyak yang belum aku ketahui tentang agamaku. Termasuk kerudung yang menempel di kepalaku belum kupahami mengapa aku mengenakannya. Seiring berjalannya waktu ilmuku bertambah. Aku ingin sekali mengenakan hijab yang sesuai dengan syariat, menutup dada dan longgar. Berhijab syari, demikian istilah sekarang. Namun dulu aku tak mengenal hijab syari yang modis-modis seperti sekarang. Pilihan hijab syari tak seberagam sekarang. Hanya itu-itu saja modelnya.
Meskipun begitu, ternyata niat saja tidak cukup. Berhijab yang syari ternyata juga membutuhkan materi untuk menggapainya. Sedangkan aku? Hanya pelajar biasa yang uang jajan pun pas-pasan untuk membayar angkot. Maklum, aku bukan dari kalangan yang berada. Aku harus menahan diri supaya aku bisa memiliki baju-baju panjang impianku. Namun, aku selalu menggenggam impianku untuk mengenakan hijab syari. Bahkan, dengan polosnya aku punya impian sederhana yakni memiliki 7 gamis dan 7 jilbab agar aku bisa ganti baju setiap hari dengan pakaian yang syari.
Saat itu, pertengahan kelas 3 SMA keinginan untuk menanggalkan pakaian yang ketat di sekolah makin mendesak. Maklum, sebagian besar waktuku terkuras di sekolah. Akhirnya dengan tabungan yang tersedia, aku memberanikan diri untuk mengganti baju seragam abu-abu putihku dengan seragam yang baru. Panjang, dan longgar. Tak sedikit yang mencemoohku dengan komentar sinis, “Ngapain sih kamu pakai ganti segala, kan kita sudah mau lulus sekolah?” dan kalimat sejenisnya. Aku tutup telinga. Toh, aku yang paling tahu apa yang aku kerjakan saat itu. Meski baru satu baju yang syari, namun aku sudah sangat bersyukur. Untuk pakaian yang lain aku hanya memanjangkan jilbab saja, dan menutupi baju ketatku dengan jaket longgar.
Kemudian selepas SMA, aku mulai rajin menabung untuk membeli beberapa baju gamis. Alhamdulillah, beberapa gamis terbeli walau hanya yang berharga murah. Jilbab pun aku usahakan selalu panjang, walau harus menumpuk-numpuknya supaya tebal. Selama kuliah, aku banyak belajar pada para muslimah yang juga teguh menjaga hijabnya, meski dalam keterbatasan.
Kini, 8 tahun berlalu semenjak peristiwa tersebut. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit keinginanku untuk berhijab syar’i hampir tercapai. Sebagian koleksi bajuku sehari-hari sudah cukup banyak yang panjang dengan khimar yang lebar. Tidak lagi seperti dulu. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur. Perjuangan untuk menggapai hijab syari bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Namun, aku harus melewati berbagai macam peristiwa dan cobaan. Godaan untuk memakai baju trendy yang sedang in juga tetap ada. Namun, kini sudah cukup terbantu dengan banyaknya yang membuat dan menjual hijab syari, yang semakin memudahkan langkahku untuk berhijab dengan sempurna.
Impian “7 gamis 7 jilbab” yang aku genggam selama ini buka sekedar impian semu. Allah menunjukan kepadaku bahwa siapa yang berniat untuk mentaati perintah-Nya akan terbuka pula jalan untuk menggapainya. Entah kapanpun itu, aku senantiasa yakin doaku agar dimampukan berhijab syari dapat dikabulkan oleh Allah SWT. Wahai muslimah, genggamlah niat berbuat baik kuat-kuat, supaya Allah mengabulkan semua keinginanmu suatu saat nanti. Insya Allah.
(Pengalaman pribadi K, di kota P)