“Menikah itu sekarang hanya sekedar
keraguan ikhwan dan penantian akhwat…”
(Salim A. Fillah)
Menjadi pemuda dan pemudi yang saling cinta amatlah surga. Namun, cicipan rasanya tak dapat dirasakan begitu cepatnya. Ada jalan dan bebatasan yang mestinya jadi tempuhan dan perhentian. Jika sudah sewaktunya tiba; disilahkan sapa, dituntunkan banyakberbicara, dan dihalalkan dedekatan tanpa jarak yang dibatasi oleh agama.
Mencinta. Satu kata dan upaya yang hakikatnya dimiliki oleh insan di dunia. Saling memiliki dan ingin dimiliki oleh tiap hati Adam dan juga Hawa.Kedua rasa ini dibersamakan muncul, lalu dihadirkan tuk ia yang dicinta. Meski dirasanya baik, enak, suci, lagi menyemangati, tapi perasaan ini justru sebagaimana diterangkan oleh Allahu Rabbi pada tetiap manusia; apa yang dirasa baik, belumlah tentu baik bagimu. Dan apa yang dirasa buruk, belumlah pula tentu buruk bagimu. Sungguh, Allah Maha Mengetahu, sedang kamu tiada mengetahui.
Maka, menjaga perasaan saat ini ialah keniscayaan yang diharuskan. Karena sebelum pernikahan tiadalah kata yang baik sekalipun manis tuk disampaikan dan tiadalah pula kedekatan yang baik sekalipun hangat tuk dilakukan.
Sebelum akhirnya nikah menjadi labuhan, bukan mengobral atau memberikan sebebas-bebasnya pada ia yang belum dihalalkan. Jika saat ini Adam dan Hawa ingin mengekspresikan rindu juga cintanya, maka cintalah tanpa mengungkap secara berlebihan. Cukup sandarkan ‘cerita dan doa’ pada Dia yang Maha Tahu baiknya ‘tuk hamba.
Karena sebaik-baiknya cinta ialah dalam keheningan. Jika belum sanggup tuk menghalalkan, cukupkan dengan doa yang terus diupayakan. Bukan memaksa ia tuk menjadi dampingan kita pada Allah, tapi mengharap jika ia yang terbaik, moga Allah ridha atas keterkabulan ini. Dan jikalah bukan ia, gantikan, gantikan dengan sesiapa yang terbaik tuk membersamai kita.
Selagi bibir terus mengupayakan dengan doa yang tiada putusnya, ikhtiar yang bersungguhan menjadilah sebab-sebab datangnya kemudahan dan kebaikan dari Allah Azza wa Jalla. Jika berkenan memperbaiki diri sebelum tiba masanya, maka janji Allah amatlah nyata dan jelas keterkabulannya. Bagi lelaki yang baik agamanya akan dapati perempuan yang baik pula agamanya. Dan demikian berkebalikannya.
Yang demikian di atas berartikan apa-apa yang kita usahakan tuk kebaikan dunia terlebih akhirat dapat mengantarkan kita pada rezeki yang tumpah ruah lagi berkah. Tak melulu bertumpu pada materi finansial, tapi juga kait berkaitan dengan jodoh dunia hingga akhirat kelak. Bisa jadi kala kita memperbaiki diri ‘tuk ia yang dicinta, jodoh kita juga sedang berlakukan demikian.
Dan…
Bisa jadi pula saat kita tersibukkan dengan aktivitas maksiat, jodoh kita pun sedang berbuat demikian, entah di belahan bumi yang mana. Mari sabar lagi tekuni! Betapalah sungguh Allah amatlah adil dalam membagi cinta pada hambaNya. Dalam kasih dan sayangnya. Dalam rezeki yang dihulurkan ‘tuk hamba yang shalihin dan shalihat!