Mengkonsumsi Cokelat dengan Aman

Cokelat, mendengar kata itu mungkin tak sedikit lidah yang langsung bergoyang membayangkan nikmatnya penganan manis yang satu ini. Dari muda hingga yang tua, semua pasti menyukainya. Akan tetapi, tak sedikit pula yang memilih untuk menghindarinya lantaran takut berjerawat atau kegemukan.

Bernahkah bahwa cokelat dapat menyebabkan pengagumnya menjadi berjerawat dan gemuk? Lantas, bagaimana caranya agar dapat menyantapnya dengan tenang tanpa memikirkan hal itu?

Beberapa riset menyatakan bahwa cokelat ternyata memiliki begitu banyak manfaat. Hal ini disebabkan oleh beberapa zat yang terkandung dalam cokelat itu sendiri, di antaranya adalah:

a. Fenol

Adanya kandungan ini menyebabkan cokelat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah resiko penyakit jantung koroner dan kanker. Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire, berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan permen atau cokelat pada mahasiswa Universitas Harvard. Dengan mengontrol aktivitas fisik yang dilakukan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan makan ditemukan bahwa mereka yang suka makan permen/coklat umurnya lebih lama satu tahun dibandingkan bukan pemakan.

b. Stearat

Di Amerika Serikat konsumsi coklat hanya memberikan kontribusi 1% terhadap intake lemak total sebagaimana dinyatakan oleh National Food Consumption Survey (1987-1998). Jumlah ini relatif sedikit khususnya bila dibandingkan dengan kontribusi daging (30%), serealia (22%), dan susu (20%). Lemak pada cokelat, sering disebut cocoa butter, sebagian besar tersusun dari lemak jenuh (60%), khususnya stearat. Tetapi lemak cokelat adalah lemak nabati yang sama sekali tidak mengandung kolesterol. Untuk tetap menekan lemak jenuh agar tidak terlalu tinggi, ada baiknya membatasi memakan cokelat hanya satu batang saja per hari dan membatasi mengkonsumsi suplemen atau makanan lainnya yang mengandung catechin, seperti apel dan teh.

Dalam penelitian yang melibatkan subyek manusia, ditemukan bahwa konsumsi lemak cokelat menghasilkan kolesterol total dan kolesterol LDL yang lebih rendah dibandingkan konsumsi mentega ataupun lemak sapi. Jadi, meski sama-sama mengandung lemak jenuh, tetapi efek kolesterol yang dihasilkan ternyata berbeda. Kandungan stearat yang tinggi pada cokelat disinyalir menjadi penyebab mengapa lemak cokelat tidak sejahat lemak hewan. Telah sejak lama diketahui bahwa stearat adalah asam lemak netral yang tidak akan memicu kolesterol darah. Mengapa? Stearat ternyata dicerna secara lambat oleh tubuh kita dan juga diabsorpsi lebih sedikit.

c. Asam Oleat

Sepertiga lemak yang terdapat dalam cokelat adalah asam oleat, yaitu asam lemak tak jenuh. Asam oleat ini juga dominan ditemukan pada minyak zaitun. Studi epidemiologis pada penduduk Mediterania yang banyak mengkonsumsi asam oleat dari minyak zaitun menyimpulkan efek positif oleat bagi kesehatan jantung.

d. Phenylethylamine

Kandungan ini merupakan suatu substansi mirip amphetanine yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang kemudian pada gilirannya menghasilkan dopamine. Dampak dopamine adalah muncul perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga dianggap mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti orang sedang jatuh cinta (hati berbunga).

e. Katekin

Katekin adalah antioksidan kuat yang terkandung dalam cokelat. Salah satu fungsi antioksidan adalah mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi.

f. Theobromine dan Kafein

Kedua substansi ini telah dikenal memberikan efek terjaga bagi yang mengkonsumsinya.

g. Flavonoid

Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Universitas California menyebutkan bahwa cokelat ternyata mengandung flavonoid yang dapat membantu pertumbuhan sel-sel darah dalam tubuh. Menurut Carl Keen, Guru Besar Nutrisi dari Universitas California, jumlah flavonoid dalam cokelat ternyata lebih besar dari yang terkandung dalam buah dan sayuran. Dari risetnya itu juga, Keen menemukan bahwa cokelat mampu memperlambat proses penggumpalan darah serta menghalangi proses penyumbatan arteri yang apabila pecah dapat menyebabkan stroke.

Dalam penelitian terkini yang dilakukan oleh para peneliti dari Britain’s University of Nottingham School dengan menggunakan pemindaian otak pada wanita muda yang sehat, dinyatakan bahwa zat yang terkandung dalam cokelat ini menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke otak selama kurun waktu 2-3 jam. Peningkatan aliran darah ke otak dapat memberi banyak manfaat bagi orang yang telah memasuki usia dewasa tua dan bagi penderita gangguan fungsi kognitis, misalnya fatigue atau bahkan stroke ringan. Hal ini juga memperlambat penurunan fungsi otak pada para lanjut usia.

h. Zat lainnya

Rasa asli biji cokelat sebenarnya pahit akibat kandungan alkaloid, tetapi setelah melalui rekayasa proses dapat dihasilkan coklat sebagai makanan yang disukai oleh siapapun. Biji cokelat mengandung lemak 31%, karbohidrat 14%, dan protein 9%. Protein cokelat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan tyrosin. Meski cokelat mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik karena cokelat juga mengandung polifenol (6%) yang berfungsi sebagai antioksidan pencegah ketengikan.

Setelah mengetahui sekian banyak khasiat yang dikandung dalam cokelat, pastinya membuat para pecinta cokelat semakin tergila-gila padanya. Namun, hal ini bukan berarti kita diperbolehkan mengkonsumsinya berlebihan. Sebab, prinsip konsumsi yang baik dalam makanan sebenarnya mudah, yaitu makanlah segala jenis makanan secara moderat. Masalah gizi umumnya timbul bila kita makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan dalam mengkonsumsi cokelat:

1. Mengimbangi dengan aktivitas fisik

Hal ini berfungsi agar kita terhindar dari bahaya kegemukan yang merupakan salah satu faktor resiko berbagai penyakit degeneratif.

2. Minum banyak air putih setelah makan cokelat

Hal ini baik untuk menjaga gigi dari bahaya plaque dan caries yang biasanya disebabkan oleh adanya sisa-sisa makanan yang terdapat pada gigi, terutama dari makanan-makanan manis. Selain itu, karena mengkonsumsi 100 gram cokelat akan meningkatkan ekskresi oksalat dan kalsium tiga kali lipat, hal ini perlu diwaspadai oleh para penderita batu ginjal. Oleh karena itu, minum air putih sebanyak-banyaknya setelah mengkonsumsi cokelat dapat meminimalisasi ancaman tersebut.

Sampai hari ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa cokelat dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Jadi, hal ini agaknya dapat membuat para pecinta cokelat tidak perlu khawatir dengan adanya ancaman ini. Nah, kalau begitu jangan lupa sering-sering memberi para sahabat dan kerabat Anda dengan cokelat, ya! Dan menyelam bersama dalam nikmatnya cokelat.

Oleh: Mega Trishuta Pathiassana
Facebook Twitter Blog