Menjadi Muslim Yang Kaya Raya

Akhir bulan Juli kemarin, tepatnya 27 Juli 2011 saya mengikuti seminar yang di narasumberi oleh Ippho Santosa. Dengan persiapan panitia yang acakadut, ternyata penampilan Mas Ippho berjalan lancar tanpa halangan. Dengan harga tiket di banderol dua ratus ribu, ternyata aula tempat pagelaran acara penuh sesak. Diperkirakan yang hadir 500an peserta, dari penjuru Medan.

Kesan pertama bertatap muka langsung dengan Mas Ippho, terus terang saya geleng kepala tanda takjub. Dengan perawakan yang “kecil” ditambah muka baby face, sangat wajar jika ada ibu orang tua siswa TK Khalifah bikinan dia mengira bahwa Mas Ippho itu anak direktur TK Khalifah. Tapi belakangan ibu tadi terperanjat kaget ketika dijawab Mas Ippho bahwa dialah direkturnya….

Sepanjang acara saya sering mengangguk anggukkan kepala, tak jarang nyengir dicampur tertawa lebar membahana. Bagi saya pribadi, dengan harga tiket segitu tidaklah rugi saya ikut acara seminar itu. Karena banyak sekali pengalaman dan pengetahuan yang diceritakan Mas Ippho sangatlah berharga. Terutama terkait masalah rejeki.

Inti dari seminar itu ialah mengajak peserta dan kita semua untuk menjadi kaya. Dan, masih menurut dia kaya miskin itu bisa digapai. Bahkan takdir, nasib itu bisa dirubah dengan “tangan” kita. Asal ada ikhtiar, do’a, dan tawakkal disana.

Nah, tentu untuk menjadi kaya, kita harus mempersiapkan pancingan nya. Yakni sedekah. Berapa persen kira kira kalau mau sedekah? banyak yang nyeletuk 2,5%… Mas Ippho pun langsung “nembak’ oiii itu zakat bukan sedekah. Memang rata rata yang muslim kalau masalah sedekah hitung hitungannya kuat sekali, lanjut Mas Ippho.

Ah, kalau mau sedekah nanti takut miskin, lha kayak sudah pernah kaya ajja, ejek Mas Ippho. Tapi senyum kan juga sedekah, betul bahwa senyum itu sedekah, masalahnya kalau misalkan ada orang kelaparan kita cuma senyum senyum aja didepan dia. Bro saya bisanya sedekah senyum aja ya…. Apa mungkin si lapar itu akan hilang laparnya, jangan jangan kena lempar batu kita sama dia…..masih sambung Mas Ippho.

Kemudian Mas Ippho pun menyitir kata mutiara dara Sahabat Ali, bahwasannya kekayaan itu bisa kita pancing lewat sedekah kita. Cuma begini, kalau kita sedekah seribu, bisa aja tuh tahu tahu kita ditraktir pecel lele sama teman kita. Kalau cuma lima ribu, badan kita akan terhindar dari sakit. Nah sudah sedekah sedikit, hitung hitungan masa mau minta kaya. Malu dong……..sindir Mas Ippho.

Kalau mau kaya, dapat balasan lebih banyak lagi ya seyogianya pancing dengan sedekah kita yang lebih besar lagi. Bisa 15%, 20% atau lebih dari pendapatan kita. Lho berarti sedekahnya gak ikhlas dong, masa sedekah kok minta dibalas uang lebih banyak lagi (kaya)? kenapa rupanya kita minta kaya dari sedekah kita, lha wong surga aja diminta kok, masa kaya gak dikasih?? tegas Mas Ippho. Lagian sepanjang niatan dan pinta kita kepada Allah SWT semata justeru itulah yang disuruh dan dibenarkan, yang salah yakni ketika kita sedekah pengin dibilang orang dermawan, dibilang mertua kita anak baik.

Lagian bapak ibu sekalian, Mesjid itu ialah tempat penuh ketenangan, jangan ganggu ketenangan itu gara gara sedekah kita di kotak infak yang bikin berisik dan ribut. Maksudnya sedekah pakai koin…krinciiingggg… berisik tahu….seloroh Mas Ippho.

Dan orang yang pantas masuk masjid tentunya yang berbusana rapi berkopiah bukan bawa golok. Jadi gak jaman infak dengan uang bergambar pahlawan Pattimura karena bawa golok, yang pas itu yang bergambar bung Karno dan bung Hatta….sindir Mas Ippho

Dan masih banyak lagi sindiran sindiran Mas Ippho tentang kaya dan sedekah. Mas Ippho juga bilang bahwa ternyata Rosul SAW itu orang yang sangat kaya, Sahabat Umar, Abubakar dll juga kaya, Pemimpin walisongo juga kaya, bahkan pendiri Muhammdiyah dan pendiri NU semuanya orang kaya. Kalau kita mengaku bahwa kita ialah ummat Rosul SAW jangan sampai dibilang ingkar sunnah, ya contoh beliau dalam hal kaya.

Itulah kesalahan umum dunia pendidikan sekarang, sambung Mas Ippho. Ketika guru guru kita mengajarkan atau menceritakan orang yang kaya raya contoh kasusnya ialah Qorun, Fir’aun. Jadi secara tidak sadar telah menanamkan pemikiran bahwa kalau kaya nanti kualat kaya Qorun dan Fir’aun, akhirnya banyak dari anak didik terlambat belajar untuk menjadi orang kaya.

Didalam bukunya yang best seller itupun, Mas Ippho menceritakan bahwa didalam Al Qur’an Allah SWT menceritakan segala sesuatunya berpasang pasangan. Ada gelap ada terang, ada tinggi ada pendek, ada pagi ada malam. Hanya saja ketika bilang kaya pasangannya bukan miskin melainkan cukup. Artinya Allah SWT saja menyuruh kita menjadi kaya, dan miskin adalah karena tangan kita. Menjadi takdir atau nasib namun bisa dirubah. Asal ada ikhtiar, do’a dan tawakkal serta sedekah itu tadi.

Satu satunya jalan untuk mengentaskan kemiskinan ialah kita masing masing orang berusaha untuk menjadi kaya. Titik….pungkas Mas Ippho. Di akhir sesi Mas Ippho memaparkan pentingnya sepasang bidadari, bahwa kesuksesan kita bermula atas sikap kita kepada sepasang bidadari yang kita punya (orang tua dan isteri). Segera minta maaf kepada mereka, berbuat baik kepada mereka, berbakti kepada orang tua, minta untuk didoakan agar kaya dan sholeh kepada mereka. Ketika kita berbakti kepada orang tua serta berbuat baik kepada pasangan, insya allah kaya bisa kita raih.

Coba perhatikan saudara sekeliling kita di keluarga. Kalau dia hidupnya naik turun, banyak sekali permasalahan, berlika liku, jangan jangan dulu dia pernah nyakitin orang tuanya (durhaka). Memang ketika kita durhaka itu paling sebentar, tapi pengaruhnya sangatlah panjang dan lama.

Senangkanlah orang tua kita, salah satu kirim uang sebanyak banyak. Kenapa? karena ketika kita kecil sampai dewasa mereka telah memberikan yang terbaik untuk kita, dan durasi nya juga lama. Semenjak kita kecil sampai pindah karena menikah. Nah sekarang ketika kita sudah mapan, gantian senangkan dia. Hanya saja durasi kita untuk menyenangkan mereka semakin menipis (orang tua sudah semakin tua, dan sudah mulai sakit sakitan). Mangkanya senangkanlah dengan pemberian yang terbaik. Tentu kita bisa itu semuanya dan semakin dimudahkan ketika kita kaya.

Bayangkanlah ketika kita kecil dan belajar membaca banyak sekali hal yang ingin kita ketahui dengan banyak bertanya kepada orang tua kita. Tetapi mereka dengan sabar dan terus memberikan jawaban. Memberikan penjelasan dan pemahaman tentang banyak hal kepada kita. Sekarang ketika orang tua kita sudah tua, makin pikun dan karena semakin berkurang pendengarannya, banyak sekali ocehan dan pertanyaan mereka ke kita akan langsung kita jawab dengan kasar. Mungkin kita akan marah….iiihhhhh banyak kali lah tanyanya, dah tua pun,,, Ketika mereka sudah semakin bertambah usianya, sekarang saatnya kita gantian menyenangkan mereka dengan pemberian pemberian yang terbaik…

Mangkanya kalau sudah berdoa kebaikan dunia dan akhirat, kenapa kita tidak berdoa untuk jadi kaya raya dan sholeh. Mumpung bulan Ramadhan. Ingat, kaya raya dan sholeh, bukan salah satunya. Kalau bisa kaya dan sholeh kenapa mesti memilih miskin dan sombong?

Oleh: Sairin Abu Fathiyyah.