Menyiapkan Waktu Berkualitas Untuk Anak

Anak adalah salah satu bagian yang terpenting dalam kehidupan kita sebagai orangtua. Selain merupakan amanah dari Allah, anak juga merupakan investasi akhirat dan peradaban. Menjadi tantangan tersendiri dimasa masa terakhir ini, ditengah tuntutan kehidupan yang semakin tinggi membuat para orangtua sering kali mengalami dilema antara memilih pekerjaannya atau memilih pengasuhan anak yang lebih berkualitas.

Mungkin tidak terlalu bermasalah ketika yang bekerja hanya salah satu dari orang tua, misal ayah bekerja diluar rumah dan ibu yang mengambil peran untuk lebih banyak waktu untuk bersama si buah hati di rumah. Faktanya hari ini yang terjadi adalah kebanyakan orangtua terpaksa bekerja diluar rumah yang mengakibatkan si buah hati ditinggal dirumah bersama khodimat (pembantu) dalam waktu yang lama, sebagian menitipkan di Tempat Penitipan Anak, atau diikutkan sekolah full day school.

Sedikitnya waktu pertemuan anak dan ayah ibunya sering kali membawa masalah baru dalam rumah tangga, banyak orang tua yang mengeluhkan perkembangan pendidikan dan karakter anak tidak sesuai dengan yang diharapkan. Anak menjadi tidak mandiri, penakut, kehilangan perasaan cinta dan sayang pada orang tua mereka, lebih dekat dengan pembantu dari pada ayah ibu kandung, dan masih banyak lagi masalah lain telah dirasakan oleh ayah bunda dengan kondisi sama sama bekerja diluar rumah.

Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang sahabat mengeluhkan putranya semestinya sudah memasuki usia sekolah, namun sampai hari ini tidak mau bersekolah. Anak pertama idealnya sudah duduk dibangku kelas dua Sekolah Dasar dan anak kedua semestinya sudah masuk sekolah Taman Kanak Kanak. Sahabat saya mengeluhkan betapa tidak mandirinya anak anak mereka, sangat tergantung pada pembantu. Anak anak mereka lebih panik jika pembantu tidak ada dirumah, dari pada jika Ayah dan Ibunya tidak ada dirumah.

Sahabat saya itu tampaknya sedang kebingungan dengan kondisi yang dihadapi saat ini. Anak menjadi sangat mudah putus asa, tidak berani mencoba hal baru, lebih suka dirumah dan tak berani bertemu dengan orang orang baru.

Setelah ditelusuri, ternyata pola asuh yang selama ini dirumah lebih banyak diambil alih oleh pembantu yang notabene adalah seseorang yang diajak dari desa, dan dengan pendidikan yang kurang memadai, tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Selama ditinggal orang tua, anak sering mengalami intimidasi, sehingga mengakibatkan anak kehilangan keberanian dalam melakukan hal hal yang baru, karena takut disalahkan dan takut dimarahi.

Kita bisa membayangkan betapa beratnya masa depan anak kita yang pada tahun tahun awal kehidupan mereka telah mengalami banyak pengalaman yang menakutkan dalam hidupnya. Seperti kita kehatui bahwa usia 0-6 tahun adalah masa masa emas dalam perkembangan kepribadian si buah hati. Apapun yang didengar, dilihat dan dirasakan oleh anak pada usia ini sangat mudah menjadi sistem di bawah sadar mereka.

Usia 0-6 tahun adalah masa faktor kritis seorang anak belum bekerja secara maksimal. Sehingga apapun yang disaksikan, dirasakan dan didengar oleh anak, semua akan diartikan sebagai sebuah kebenaran. Anak anak belum mampu menganalisa mana yang baik dan mana yang kurang baik.

Bisa dibayangkan, sejak anak anak masih kecil waktu mereka banyak habis bersama pembantu dan bukan dengan orang tua mereka sendiri, jadi tidak heran jika ada yang bertanya :”ayah ibunya pintar pintar, kenapa anaknya tidak pintar?” pertanyaan tersebut sangat mudah untuk ditelusuri jawabannya. Semua dikarenakan waktu orang tua bersama anak lebih sedikit dari pada kebersamaan anak dengan pembantu.

Rasanya kurang arif jika kita mempercayakan pendidikan anak anak kita kepada orang lain. Yang sesungguhnya Allah mengamanahkan kewajiban pendidikan anak adalah kepada orang tua kandung. Selain itu faktor pendidikan pembantu yang kurang, juga sangat berpengaruh dengan cara mereka memperlakukan anak anak dirumah selama ditinggalkan oleh orang tua bekerja.

Disisi lain sebenarnya tidak ada kewajiban bagi seorang Ibu untuk bekerja mencari nafkah. Tanggung jawab menafkahi keluarga, memberi kesejahteraan dan keamanan kepada keluarga mutlak diberikan kepada suami. Sementara kewajiban istri dirumah adalah membantu menciptakan suasana damai dan ketenangan didalam rumah.

Dengan ibu yang senantiasa dapat mendampingi si buah hati, dalam waktu yang panjang sebenarnya telah memberikan kekuatan psikologis kepada anak anak untuk tumbuh sebagai pribadi yang tangguh karena pendidikan sepenuh hati yang mereka peroleh dari orangtua.

Waktu berkualitas bersama anak adalah tonggak kesuksesan mereka, melakukan aktivitas bersama, diwaktu yang sama akan memberikan kekuatan tersendiri dalam bawah sadar mereka yang nantinya sangat menentukan bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

Bukanlah disebut waktu berkualitas, jika pada hari libur Ayah membaca koran pagi sambil menikmati kopi, Ibu memasak di dapur, sementara anak anak asik bermain. Waktu berkualitas hanya bisa diperoleh jika Ayah, Ibu dan si buah hati bersama sama melakukan aktivitas yang sama , di waktu yang sama. Dengan konsistensi kita menyiapkan waktu berkualitas bersama keluarga kita, keakraban dan ikatan emosional antara anak dan orang tua akan semakin erat terjalin.

Misal saat Anda libur diakhir pekan Anda bisa memaksimalkan waktu yang agak panjang bersama si buah hati. Ajak anak anak bermain, Anda bisa memilih bermain ditaman, atau tempat rekreasi keluarga disekitar tempat tinggal Anda. atau bisa juga dengan melakukan kegiatan membersihan halaman, berkebun dengan bersama sama.

Jika Anda berkenan sebenarnya di hari aktif bisa saja Anda luangkan waktu untuk anak anak Sepulang Anda dari kantor misalnya, Anda bisa saja menyiapkan waktu 30 menit sampai 1 jam untuk melakukan aktifitas bersama dengan anak anak. Menggambar, menonton, bermain balok, bentuk dan warna, berhitung dan beragam aktifitas lain yang bisa Anda lalukan untuk menunjukkan perhatian dan dukungan Anda kepada si buah hati.

Bercerita sebelum tidur juga bisa dijadikan Alternatif yang sangat baik untuk membangun kedekatan Anda dengan si buah hati, selain mendongen juga ternyata adalah salah satu metode yang sangat kuat pengaruhnya dalam proses pembentukan karakter anak.

Jika memang Anda memiliki pembantu, berikanlah batasan pekerjaan yang jelas. Bahwa urusan pembatu adalah merapikan dan membersihkan segala sesuatu dirumah. Anda sebaiknya tidak memberikan tugas pengasuhan kepada pembantu Anda.
Bisa dibayangkan pembantu Anda yang sudah letih dengan semua pekerjaan rumah, masih Anda bebani dengan tanggungjawab pengasuhan Anak, tentu tugas pembantu akan semakin berat. Bisa dipastikan tidak akan maksimal.

Solusi bagi Anda adalah menyiapkan seseorang yang memang memahami pola pengasuhan dan pendidikan anak Anda. Sehingga anak anak akan tumbuh dengan prilaku dan prestasi yang baik. Salah memilih pengasuh anak sama artinya telah menyiapkan masa depan yang buruk bagi si buah hati. Sebaiknya juga Anda tidak terlalu sering mengganti ganti pengasuh anak Anda, karena akan membawa pengaruh negatif pada psikologis Anak Anda.

Meskipun Anda sudah memiliki pengasuh untuk anak Anda, sebaiknya Anda tetap memperhatikan kedekatan Anda dengan si buah hati. Pastikan Anak anda yakin bahwa Anda adalah orangtua terbaik mereka, alangkah sedihnya jika Anak anda akhirnya lebih Akrab dengan pengasuhnya daripada orang tua kandungnya sendiri.

Mendidik Anak tak sesederhana merawat barang yang bisa hanya dititipkan pada seseorang, Anak membutuhkan kekuatan emosi positif dari orangtua mereka. Anak anak tidak hanya butuh kasih kita dengan pemenuhan kebutuhan materi mereka, mereka juga butuh sayang kita yang mampu menyentuh perasaan terdalam mereka melalui, sentuhan, pelukan, kecupan, belaian, dan kata kata dukungan kita.

Sebaiknya Anda dan pasangan menyempatkan juga untuk berbincang tentang perkembangan anak anak, program apa yang akan Anda siapkan untuk anak Anda. boleh juga berekperimen dengan pemenuhan target karakter yang Anda inginkan. Ukuran yang paling mudah untuk mengetahui tingkat keberhasilan Anda dalam membina waktu berkualitas dengan anak adalah respon anak atas semua aktifitas yang Anda lakukan. Perhatikan, dan rasakan. Jika memang Anda bisa merasakan dengan hati Anda betapa anak Anda semakin hari semakin dekat dan menyayangi Anda. Artinya meski Anda bekerja Anda tetap berhasil menjadi orang tua yang baik bagi anak Anda.

Semoga kita menjadi orangtua yang baik bagi anak anak kita. Yang mampu memberi tauladan dengan perbuatan kita sendiri, hingga mereka bisa mewarisi apa yang telah kita ajarkan pada mereka tentang kebaikan dan kebenaran.

Siapkan waktu berkualitas untuk anak kita, karena waktu adalah tonggak dari pengasuhan yang baik bagi anak kita.