Sering kita mendengar penyebutan istilah taufik dan hidayah ini di berbagai forum perbincangan, di majelis ta’lim, pertemuan ilmiah, dan juga di kehidupan sehari-hari.
Umumnya istilah ini cenderung dipakai untuk mendoakan : “Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita taufik dan hidayah-Nya”, yang mendengarnya pun sontak meng-aminkan.
Bahkan tak jarang kita temui di antara salah seorang teman shabat kita bernama Taufiq Hidayat, sebagai bentuk doa agar yang diberi nama selalu dalam limpahan taufik serta hidayah dari Allah swt.
Dalam bahasa Arab, istilah taufik ini berasal dari kata wāfaqa-yuwāfiqu-taufiq yang bermakna memberikan pertolongan-taufik. Dan istilah hidayah berasal dari kata hadā-yahdi-hidāyah yang memiliki makna memberikan petunjuk.
Kesamaan dari kedua istilah di atas adalah sama-sama memiliki unsur memberi, pemberian dari pada Allah swt kepada sang hamba.
Tapi, yang akan kita garisbawahi di sini adalah perbedaan antara kedua istilah di atas tadi. Yang satu mengandung makna khusus dan lainya umum.
Dalam bukunya Muhammad Amin Aljundi (Alfaidah wal mut’ah fi imta’il asma’ bi ahlal ma’lumat), sempat dibahas perbedaan antara keduanya.
Taufik, sering disebut juga hidayatut-taufiq wal-ilham yang bermakna petunjuk yang “khusus” hanya dapat diberikan oleh Allah swt untuk para hamba-Nya,
إنك لا تهدى من أحببت ولكن الله يهدى من يشاء
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Al-Qasas 56).
Sungguh Taufik dari-Nya ini akan kita peroleh manakala apa yang kita mau, menyamai dengan apa yang Allah mau, atau menyamakan persepsi keduabelah pihak ; khaliq dan makhluk. Jika keduanya telah sama, maka dengan segera akan kita peroleh taufiq dari-Nya swt.
Hidayah, ini bentuknya “umum”, siapa dan apa pun bisa menjadi tempat dititipaknya wasilah petunjuk dari-Nya, dan hidayah ini sendiri memiliki cakupan yang luas.
وإنك لتهدى إلى صراط مستقيم
……… dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS Ash-Shura ayat 52).
Sebenarnya sudah sejak lama Allah swt telah menitipkan hidayah itu kepada para manusia. dan kemudian para manusianyalah sendiri yang seharusnya menjemputnya.
Diantara wasilah yang menjadi sebab sampainya hidayah sudah ada pada diri kita adalah hidayah akal cerdas, jasmani yang sehat, mata yang dapat melihat dengan jelas, hidung yang dapat bernafas dengan segar, dan pendengaran yang dipergunakan untuk menyimak banyak hal. Semua itu adalah hidayah Allah yang sudah dari sejak lama dianugerahkan kepada kita sebagai manusia. Dan manusianya sendirilah yang mempergunakan wasilah hidayah tadi untuk menjemput hidayahnya.
“Semoga Allah melenggangkan taufik-Nya untuk kita semua, dan menjadikan kita manusia yang faham untuk bersegera memanfaatkan hidayah yang telah diberikan sejak lama”.
Oleh : Ibnu Irawan