Pembahasan tentang berkeluarga selalu menjadi kajian yang menarik dan menggoda hati setiap insan. Karena memang keluarga dalam pandangan Islam adalah “labinatul ulaa” (batu pertama) dalam bangunan masyarakat muslim dan merupakan taman yang mendatangkan kasih sayang, ketenangan, kedamaian dan keharmonisan. Kebahagiaan rumahtangga adalah surga kecil yang diharapkan semua orang, sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW : “Rumahku Surgaku..” .
Namun perjalanan berkeluarga dan membina rumah tangga tidak selalu seindah melewati jalan bertaburan bunga yang harum mewangi, ada kalanya jalan yang dilalui adalah lintasan penuh duri dan bebatuan yang tajam. Jika tidak diantisipasi dan disikapi dengan tepat, maka kehancuran rumahtangga menjadi akhir kisah cinta yang pernah dibina.
Beberapa fakta yang menarik untuk kita renungkan :
- Ternyata dari pasangan yang mengajukan untuk bercerai ke KUA hanya 15% yang dapat didamaikan dan membatalkan perceraiannya.
- Sedangkan yang 85% terus maju menuju perceraian
- Bahkan ternyata 2 tahun kemudian 80% dari 15% yang tidak jadi bercerai pada akhirnya bercerai juga.
Jika kita perhatikan fakta diatas, sepertinya lebih dari 90% keluarga yang tidak harmonis terancam perceraian. Lemahnya kesadaran dan keterampilan memupuk dan memelihara cinta mengakibatkan ketidak harmonisan, kemudian berujung pada musibah perceraian.
Biasanya awal kehancuran itu adalah berkurangnya kemesraan suami istri, dikarenakan lemahnya kesadaran bahwa perjalanan rumahtangga tidak selalu indah, ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman bahwa hidup ini hanyalah ujian dari Allah kepada hamba-Nya, termasuk pasangan hidup kitapun adalah ujian tersendiri bagi kita.
Ada sebagian orang diawal pernikahan sangat mengharapkan kesempurnaan pasangannya, dalam perjalanan biduk rumahtangga, semua sifat dan karakter asli dari pasangan tidak diterima sebagaimana adanya. Semua hanya berujung pada kekecewaan. Sebagian lagi menjadi tidak harmonis karena satu sama lain tidak terbuka dalam masalah-masalah kehidupan, sehingga tersumbatnya jalur jalur komunikasi menjadikan suasana rumah tangga semakin misterius. Dan tidak jarang pula ketidak harmonisan di rumah tangga diakibatkan terbiasa membesar-besarkan masalah yang sebenarnya remeh.
Jika cinta tak lagi bersemi indah, meski tidak bercerai secara fisik tetapi hati antara yang satu dengan yang lain sebenarnya sudah tidak bertautan lagi. Na’udzubillahi min dzalik.
Maka penting bagi kita merawat cinta kasih agar terhindar musibah rumah tangga. Kita bisa bayangkan jika kita memiliki barang barang berharga yang kita sayangi misal kompunter dan perlengkapan pribadi kita lainnya, tentu kita akan lakukan maintenant (pemeliharaan/perawatan) untuk memastikan semua dapat digunakan dengan baik saat dibutuhkan. Jika untuk perlengkapan saja kita perlu perawatan, tentu cinta pada pasangan dan anak anak kita jauh lebih penting dari semua perlengkapan rumah tangga kita bukan? Sudah semestinya kita memiliki perhatian khusus dalam merawat cinta kasih dalam rumah tangga.
Pertanyaannya adalah bagaimana caranya merawat cinta kasih dalam berumahtangga?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada beberapa hal yang mulai hari ini dan seterusnya penting kita perhatikan dan senantiasa kita rawat, antara lain:
Ketaqwaan
Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal Al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.
Dalam sebuah riwayat juga dikisahkan saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”
Berangkat dari pemahaman kita tentang taqwa, maka dalam mengayuh biduk rumah tangga kita perlu senantiasa mengasah kepekaan hati kita, agar hati kita menjadi penuh dengan kesadaran dalam menjalani semua liku kehidupan kita, senantiasa waspada ketika godaan dan cobaan datang menghadang.
Masalah apapun yang kita hadapi dalam berumah tangga, pastikan pilihan-pilihan sikap, perilaku dan perkataan kita hanya yang di ridhoi oleh Allah. Segarkan selalu cinta pada pasangan kita dengan menyegarkan kesadaran kita, bahwa: “Aku mencintai pasanganku semata mata karena kecintaanku pada Allah.”
Kasih Sayang
Kasih sayang adalah dua kata yang seolah sederhana namun pada kenyataannya tidak sesederhana mengucapkannya. Misal untuk para suami kadang merasa sudah memberikan kasih sayang pada istrinya padahal sang istri justru tidak merasakan apa yang dimaksud oleh suaminya dengan kasih sayang.
Yang saya maksud dengan kasih disini adalah sebuah perwujudan dari perasaan cinta kepada pasangan dengan memberikan nafkah lahir, sedangkan sayang diwujudkan dalam bentuk nafkah batin untuk keluarga kita.
Terkadang memang terkesan seperti kurang adil jika ternyata kita baru memberi kasih tetapi belum memberi sayang. Atau sebaliknya bisa jadi kita baru memberi sayang tetapi belum dapat sepenuhnya memberi kasih pada pasangan dan keluarga kita.
Dengan senantiasa memperhatikan pemenuhan kasih dan sayang pada keluarga kita insyallah kemesraan akan selalu terjaga kehangatannya.
Kesetiaan
Dalam berumah tangga kesetiaan bukanlah sekedar berdampingan, tetapi yang dimaksud dengan setia termasuk juga menjaga kemuliaan, akal, jaminan hidup, keilmuan, keselamatan jiwa dan keturunan.
Dengan senantiasa berupaya menjaga kesetiaan pada pasangan dan keluarga insyaAllah biduk rumah tangga yang dikayuh akan senantiasa kuat walau badai menghantam. Mari senantiasa memperhatikan kemuliaan pasangan kita, memberikan pendidikan yang terbaik bagi pasangan dan keluarga kita. Hingga benar-benar terwujud rumah tangga yang kuat dan harmonis sebagai penopang peradaban dimasa yang akan datang.
Komunikasi
Komunikasi ibarat air bagi tumbuhan. Tanpa komunikasi cinta kita akan layu, kering dan akhirnya matilah romantisme kehidupan keluarga.
Komunikasi yang baik dengan pasangan dan keluarga memiliki peranan yang penting untuk merawat cinta kasih dalam membina rumahtangga. Bayangkan bila seandainya suami dan istri jarang berbicara dan tidak mau mendengarkan atau memberikan respon ketika pasangannya mengajak berbicara. Sudah pasti pasangan itu tidak akan saling memahami atau mempunyai hubungan dekat satu dengan yang lain. Mereka hanya akan seperti orang asing yang berkumpul dalam satu atap rumah. Rumah hanya akan menjadi seperti kuburan.
Memang menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan dan keluarga tidaklah semudah membalikkan tangan. Maka sudah semestinya kita membangun kesadaran akan tanggung jawab atas diri kita masing-masing untuk terus mengusahakan, memelihara, dan mempertahankan agar komunikasi dapat berjalan baik. Namun, meskipun telah diusahakan, terkadang komunikasi itu masih tidak bisa terjalin dengan baik. Perbedaan pendapat, kebutuhan, sifat, atau kemampuan masing-masing pasangan dan anggota keluarga bisa menjadi penyebab ketidaklancaran komunikasi dalam rumah tangga.
Teruslah berkreasi dalam menemukan pola komunikasi terbaik dengan pasangan dan keluarga kita, agar cinta kasih dan keharmonisan senantiasa tumbuh bagai bunga bunga nan indah dalam rumah tangga kita.
Keterbukaan
Ternyata dengan komunikasi saja belumlah cukup, karena bisa saja komunikasi berlangsung tanpa keterbukaan. Namun kenyataannya keterbukaan itu tidak akan bisa lahir tanpa adanya komunikasi.
Keterbukaan merupakan sikap yang perlu di biasakan bagi pasangan suami istri. Dalam merawat cinta kasih dan memelihara keharmonisan rumah tangga.
Sikap tertutup antara suami istri dan anggota keluarga dapat mendatangkan masalah, sebaliknya keterbukaan akan membawa kebaikan berlimpah bagi pasangan suami istri, atau setidak-tidaknya dapat mengurangi masalah-masalah yang seharusnya tidak terjadi.
Dalam membina rumah tangga keterbukaan itu akan lahir jika kita membiasakan untuk mengomunikasikan segala sesuatu kepada pasangan kita, jangan biarkan pasangan kita menduga-duga dan menjadi kecewa, karena seolah-olah ada yang masih kita sembunyikan.
Dengan keterbukaan maka akan terjadi “Kutahu yang kumau dan kutahu yang kau mau” atau juga “kau tahu yang kau mau dan kautahu yang kumau”
Kejujuran
Dalam mengayuh biduk rumah tangga kejujuran adalah faktor lain yang menjadi pilar penting untuk memelihara cinta kasih dan menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Sungguh kejujuranlah yang mengundang kebaikan itu hadir dalam rumah tangga kita. Berbohong adalah sukses jangka pendek, karena sekali ketahuan berbohong oleh pasangan kita maka secara otomatis runtuh sudah benteng kepercayaan, digantikan dengan prasangka dan kecurigaan-kecurigaan.
Kejujuran adalah sukses jangka panjang. Allah SWT dan hati nurani selamanya tidak dapat dibohongi oleh siapapun dan dengan cara apapun.
Kejujuran bukan sekedar tidak mencuri tetapi tidak melakukan tindakan-tindakan yang mencurigakan dalam kehidupan berumah tangga juga merupakan suatu kejujuran.
Ingatlah! Kejujuran itu adalah hal yang tiada ternilai dalam rumah tangga kita. Ingatlah! Kejujuran sesungguhnya telah banyak menyelamatkan rumah tangga dari bencana perceraian.
Semoga Allah senantiasa menjadikan cinta dan kasih saya dalam keluarga kita senantiasa segar dan harum. Hingga terwujudkan hubungan cinta dan saling berkasih sayang dengan memelihara kemesraan dalam kehidupan rumah tangga.
Wallahu’alam.