Meredam Kemarahan dengan Wudhu

Banyak hal yang membuat kita marah, entah karena perbuatan orang lain, masalah pekerjaan, maupun karena keadaan yang menjengkelkan. Marah yang tidak diperbolehkan adalah marah karena menuruti hawan nafsu. Sedangkan marah yang diperbolehkan adalah marah karena suatu kemaksiatan. Ada pula marah yang terpuji, yaitu marah semata-mata karena Allah dan agama-Nya.

Rasulullah telah memberikan contoh bagaimana cara meredam kemarahan. Salah satunya dengan berwudhu. Dengan berwudhu dan berusaha mencegah wudhu, kita bisa mengendalikan emosi. Berwudhu menghindarkan kita dari perbuatan yang tidak baik, salah satunya adalah kemarahan. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan terbuat dari api. Dan api itu hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, jika seorang di antara kamu marah maka berwudhulah. ” (Riwayat Abu Daud).

Orang yang senantiasa menjaga wudhu akan merasa tidak nyaman jika harus marah. Orang yang menjaga wudhu akan berusaha menjaga diri dari perbuatan maksiat, serta malu kepada Allah jika terbersit keinginan untuk meluapkan emosi. Merekan akan menjaga emosi agar tidak meledak-ledak.

Oleh karena itu, jika hati kita merasa panas, emosi datang tiba-tiba, segeralah beristighfar. Kemudian ambillah air wudhu, sambil terus memohon ampun kepada Allah. Niscaya, hati kita akan segera tenang kembali.

Jika kemarahan sudah tidak bisa dibendung lagi, maka ubahlah posisi Anda. Jika Anda berdiri, maka duduklah. Jika Anda duduk, berbaringlah. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah, “Maka apabila salah seorang di antara kamu marah dalam keadaan berdiri maka duduklah. Apabila dalam keadaan duduk maka berbaringlah. ” (Riwayat Abu Daud).

Marah dapat menyebabkan kita tidak bisa berpikir jernih. Terlebih lagi marah bisa mematikan sel-sel otak kita, sehingga marah adalah perilaku yang merugikan bagi untuk diri sendiri dan juga orang lain. Hubungan baik dengan orang yang kita marahi juga akan terganggu. Lebih baik, tahan kemarahan dan redamlah dengan cara-cara yang sudah diajarkan oleh Rasulullah.

Rasulullah sendiri juga sudah mengingatkan kita untuk tidak marah. Suatu ketika seorang lelaki berkata kepada Nabi: “Berilah aku wasiat!” Nabi menjawab, “Jangan marah!” Orang tersebut mengulangi permintaannya beberapa kali dan beliau tetap menjawab jangan marah. (Riwayat al-Bukhari).

Mulai sekarang, berpikirlah dua kali untuk marah. Karena marah tiada gunanya. Orang yang dapat menahan amarah akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Swt.