Sebuah era modern yang dipenuhi dengan kecanggihan teknologi menghiasi setiap sela – sela kehidupan manusia sekarang. Hingga merubah sesuatu yang sederhana menjadi tampak lebih kompleks dan indah di mata manusia sekarang. Begitu pula lah yang terjadi dengan berhala – berhala yang ada pada zaman ini, mereka bermetamorfosis menjadi bentuk yang lebih elegan untuk menjadi sesuatu yang indah untuk disembah.
Mulai dari benda – benda angkasa yang dahulu nya pernah disembah oleh para masyarakat jahiliah dalam bentuk yang sebenarnya, hingga benda – benda angkasa tersebut kini berevolusi dalam bentuk yang kita kenal dengan nama Horoskop dan zodiac. Sungguh memprihatinkan melihat kondisi – kondisi seperti itu, dimana begitu banyak orang – orang yang mempercayai ramalan – ramalan masa depan nya. Apa sebenarnya yang menggiring mereka ke arah kepercayaan pada benda – benda yang tak dapat berbicara itu?
Dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sudah seharusnya mereka bisa berfikir bahwa tak mungkin orang yang lahir pada bulan yang sama dan berada pada rasio tanggal yang ditetapkan oleh para peramal memiliki sifat yang sama dan nasib yang sama. Apakah kita mau memiliki nasib yang sama dengan orang lain yang mana kita lebih banyak melakukan usaha – usaha untuk mencapai apa yang kita cita – citakan dengan mereka yang hanya berdiam diri saja mendengarkan perkataan – perkataan yang sia – sia.
Inilah dampak – dampak dari sebuah estafet jahiliah yang merasuk pada manusia di zaman ini dalam bentuk racun yang berbalut selimut teknologi. Semua terkecoh dengan tipu muslihat yang dilakukan para pengikut iblis laknatullah. Entah dengan dasar apa mereka para peramal – peramal menetapkan suatu peristiwa – peristiwa masa depan yang bahkan mereka sendiri tidak mengetahui bagaimana masa depan mereka yang sebenarnya.
“…Betapa keji kalimat yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengatakan apapun selain dusta semata.”(Al Kahfi : 5)
Lalu mengapa masih banyak orang yang mengikuti apa yang dikatakan oleh para peramal – peramal tersebut ? hal ini sebenarnya hanyalah sugesti yang mereka terima ketika mereka membaca hasil ramalan tersebut, sebelum mereka membaca ramalan tersebut mereka sudah percaya bahwa apa yang ditulis oleh peramal tersebut adalah sebuah kebenaran. Bahkan sebenarnya ramalan – ramalan tersebut sudah jelas kepalsuan kebenarannya terhadap kejadian yang diramalkan oleh peramal tersebut, namun terkadang oleh si pembaca sering mengait – ngaitkan kejadian yang terjadi padanya dengan kejadian yang ditulis oleh si peramal sehingga ia merasa bahwa apa yang dituliskan oleh si peramal tadi adalah sebuah kebenaran.
“Mereka sebenarnya bukan mendustakanmu, tetapi orang – orang yang zhalim itu mengingkari ayat – ayat Allah” (Al – An’am : 33)
Sekali lagi, ini adalah efek sugesti yang telah merasuki pikiran mereka ketika membaca ramalan tersebut. Oleh sebab itulah, alangkah lebih baiknya jika kita tidak membaca ramalan tersebut, karena hal yang ditakutkan adalah kita akan tersugesti dengan apa yang diramalkan tersebut. Kembali ke pertanyaan yang diatas, mengapa mereka masih mengikuti ramalan – ramalan tersebut ?
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya ? Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan diatas penglihatannya….” (Al Jatsiyah : 23)
Inilah yang terjadi ketika kekosongan ruh itu telah muncul, rasa iman pun berkurang. Kemana kah perginya kalimat – kalimat Rukun Iman itu dari dalam diri kita yang senantiasa kita ingat ketika kita masih kecil dulu ? Kegalauan – kegalauan yang melanda hati seseorang yang jauh dari Allah, memunculkan rasa cemas akan keterpurukan dirinya. Jauh dari Allah, hingga ramalan – ramalan itu menjadi pelarian atas pengaduan nasibnya. Naudzubillahi mindzalik.
Semoga kita senantiasa mengisi hati kita dengan kata – kata indah yang dapat mendekatkan diri kita kepada sang pencipta. Agar hati ini penuh dengan kalimat – kalimat Allah yang bergitu menenangkan hati, karena hanya dengan mengingat Allah lah hati kita kan menjadi tenang. Maha suci Allah dengan segala firmannya yang dengan firmannya kita dibimbing ke jalan yang penuh hikmah dan cahaya.
“ Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan.” (An Najm : 40)
Jikalah kita memang menginginkan kehidupan bahagia di dunia maupun diakhirat, sudah selayaknya lah kita berusaha untuk mencapainya. Karena Allah telah menjanjikan suatu kepastian yang akan kita peroleh dari usaha kita. Hasil yang sesuai dengan usaha yang kita perbuat, maka selalulah memohon ampun dan meminta pertolongannya agar kita dapat berusaha maksimal untuk mengejar apa yang kita cita – citakan.
Oleh : Arga Nur Pratama, KAMMI IT Telkom