Salah satu untaian kalimat pesan empat tahun yang lalu ketika kaki ini harus dengan rela meninggalkan tempat kelahiran tercinta demi menuntut ilmu dan bakti kepada ayah bunda. Merantau ke sebuah pulau yang asing tak pernah terpikirkan. Bukan main rasanya. Khawatir, sedih, cemas, gelisah bercampur menjadi satu laksana gado-gado. Namun, dari campuran gado-gado itulah akan terasakan kelezatan nan tiada tara. Sebuah kenikmatan dalam merantau.
Masih terngiang pesan ayah dan bunda ketika mengantar menuju sebuah lapangan yang besar bak lapangan sepak bola. Namun, sayang lapangan tersebut tak bisa digunakan untuk bermain sepak bola sebab hampir setiap jam dilewati oleh burung-burung besi yang siap mengantarkan penumpang menuju tempat tujuannya masing-masing.
“Nak, jangan pernah kau tinggalkan sholat”
Pesan itulah yang menguatkan diri ini menuju tempat asing dimanapun. Sebab, berpisah dengan keluarga terutama ayah bunda bukan perkara mudah. Apalagi berpisah dengan tempat yang jauh dan waktu yang relatif lama. Terlebih jika tidak memiliki sanak keluarga di tempat perantauan tersebut. Pada siapakah kita akan meminta pertolongan dan mengeluh dalam berbagai masalah?
Sempat terpikir bahwa diri ini sendiri jauh dari orang tua. Tapi, sholat itulah salah satu cara mengingatkan diri bahwa kita memiliki Tuhan, Allah yang senantiasa membersamai dan menjaga hamba-hamba-Nya yang mau beribadah menundukkan diri kepada-Nya.
Dengan sholat merupakan salah satu cara untuk mendekati Dia. Rasa gado-gado di atas pun berubah menjadi rasa tenang sebab diri ini yakin Dia pasti akan menjaga dan melindungi selama dua puluh empat jam non stop, full time bagi manusia yang taat dan selalu ingat akan Dia.
Suatu kenikmatan terbesar saat mampu melaksanakan sholat. Menghadapkan wajah ini kepada Sang Raja sebab manusia tak ada apa-apanya dihadapan-Nya. Dia-lah yang akan selalu mengawasi dengan Maha Mengetahui dan Maha Melihatnya, walaupun setiap insan diberikan dua orang pengawal yang tak tampak yang resmi diberikan tugas untuk mencatat amal baik dan amal buruk manusia selama di dunia ini.
“Nak, jangan pernah kau tinggalkan sholat”
Pesan yang secara tidak langsung memerintahkan untuk menyerahkan diri ini kepada Sang Pemiliknya. Diri yang pada hakikatnya berasal dan akan kembali kepada-Nya. Wajarlah jika manusia itu tak punya apapun di dunia ini. Sekumpulan amal kebaikan dan ibadahlah yang akan dibawa kelak mendampingi ketika menghadapi peradilan-Nya.
Manusia mendirikan sholat berarti dia mengakui bahwa diri ini kecil. Ada Dzat yang Maha Besar yakni Allah yang patut disembah dan dipuja. Sholat merupakan sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Sang Kholiqnya.
Jikalau diri ini tak merasa Dia membersamai. Mungkin, tak akan sanggup menjalani kehidupan bertahun-tahun di negeri rantau. Jika pun sanggup, pasti kehidupan yang di jalani akan rumit dan tak karuan sebab telah melupakan-Nya sehingga merasa sendiri di negeri nan asing.
Di rantau, dipertemukan dengan saudara-saudara seiman dan se tanah air. Pesan ayah bunda tersebut tak akan pernah salah jika mereka menginginkan agar tetap menjaga sholat. Ternyata, dengan menjaga sholat tidak hanya hubungan dengan Allah semakin dekat tapi hubungan dengan sesama manusia pun samakin dekat saat berjumpa melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
Layaknya sebuah garis yang ditarik lurus sebagai garis vertikal yang mengambarkan hubungan dengan Allah, garis horizontal yang mengambarkan hubungan dengan sesama manusia dan garis perpotongan keduanya atau lebih dikenal dengan nama diagonal adalah gambaran hubungan dengan alam sekitarnya.
Tiga garis tersebut, ketika seorang hamba melaksanakan sholat maka secara disadari ataupun tidak dia telah berinteraksi dengan ketiga garis itu. Sholat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah sebagai hubungan kepada-Nya. Lewat berjumpa, tegur sapa ataupun bicara dengan sesama jamaah di masjid menjadi sebuah hubungan antar sesama manusia. Selanjutnya, dengan melangkahkan kaki dari rumah menuju masjid, bukankah kita akan melihat gambaran alam sekitarnya? Dengan tak membuang sampah sembarangan ataupun kita memelihara kebersihan lingkungan rumah dan jalan menuju masjid, bukankah itu hubungan dengan alam sekitar?
Bisa juga dikaitkan dengan sholat. Karena salah satu syarat sholat yakni bersih, terbebas dari hadas dan najis. Bukankah itu menyuruh manusia agar lebih menyadari akan pentingnya kebersihan diri dan kebersihan alam sekitarnya. Ini jaga bisa dimaknai sebagai hubungan dengan alam sekitarnya.
Begitu besar dampak bagi orang yang mampu mendirikan sholat dengan istiqomah. Tanpa disadari tiga hubungan terjalani sekaligus.
Rasa merasa sendiri pun hilang dengan selalu mendirikan sholat. Kita memiliki banyak saudara seiman yang juga berusaha untuk mendirikan sholat dan berbuat kebaikan. Kita memiliki Allah yang selalu mengawasi hamba-Nya dikala luang atapun dikala sempit. Tergantung manusia sendiri apakah dia akan tetap ingat dengan Allah saat luang atau sempit?
Hal yang terpenting dengan melaksanakan sholat, hidup ini akan terarah dan terbimbing agar berusaha selalu berbuat kebaikan sesuai perintah-Nya dan berusaha menghindari larangan-larangan-Nya.
Di dalam kitab suci umat Islam tepatnya surah Sapi Betina yakni surah kedua ayat 186, tertuliskan dengan indahnya,
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”
Dia dekat jikalau kita mendekati-Nya. Namun, selama ini apakah kita mendekati-Nya, atau malah sebaliknya semakin menjauhi akibat aktivitas dunia?
Dengan sholat kita dekatkan diri ini kepada-Nya, berdoa memohon kebaikan dan ketetapan iman hingga akhir hayat agar selalu berada di jalan kebenaran untuk meraih keridhoan-Nya yang akan bermuara di suatu tempat yang sangat diimpikan oleh semua insan, tempat nan sungguh indah.