Fitrah seorang manusia adalah mencintai dan menyukai lawan jenis merupakan lumrah yang wajar. Sebab, diciptakannya setiap makhlukNya secara berpasang-pasangan. Ada siang, ada malam, kecil-besar, panjang-pendek, baik-buruk, hitam-putih, laki-laki perempuan.
Hidup jauh di dunia perantauan, sebuah ujian terberat jika tak mampu menjaga iman dan meningkatkan keimanan sebab jauh dari orang tua, diri ini merasa bebas-sebebasnya untuk bertingkah laku apapun. Perbuatan baik dan perbuatan buruk hanya diri sendirilah yang mengetahui dan mengendalikannya.
Suatu perasaan yang bahagia tak terkira jika bisa menyukai seseorang dan orang yang disukai pun turut menyukai. Namun, menjadi sebuah kendala jika saling menyukai bukan pada waktu yang tepat sehingga bisa menimbulkan berbagai hal yang membuat diri ini jatuh pada lembah kenistaan yang semakin menjauhkan diri kepada rahmat-Nya.
“Segera mengaji jika ingat dia, agar kau ingat Dia”, ucap sang bunda sebelum berpisah.
Jika ingat dia, maka kita melupakan Dia. Tapi, jika ingat Dia, kita melupakan dia. Bukankah dia dan Dia tak bisa disatukan? Bahkan sangat jauh dan mustahil sekali.
Satu pesan yang tersirat dititipkan oleh bunda agar sang buah hati hidupnya menjadi lebih terarah. Ketika timbul perasaan rindu ataupun suka dengan seseorang, bunda mengajarkan agar kita mengadu kepada-Nya lewat berkomunikasi dengan mengaji Quran.
Bukankah Dia yang Maha Pencinta? Mengapa kita ragu untuk mendekati dan mengadu kepada-Nya? Jika Maha Pencinta didekati, peluang mendapatkan yang terbaik dari cinta sangat kuat dan tetap terjaga kesuciannya sebab cinta tersebut datang langsung lewat-Nya.
Saat mengaji ialah saat yang terindah berkomunikasi dengan Allah, kita mengingat-Nya dalam lantunan ayat-ayat suci Quran. Secara tidak langsung setiap manusia yang membaca Quran diberikan nasihat yang terkandung di dalamnya. Orang yang membacanya saja, hatinya akan menjadi tenang dan tenteram. Apalagi jika dipahami kandungan dan dipraktikkan semua hal yang ada di dalam Quran.
Jangan pernah ragu untuk memohon dan meminta kepada-Nya. Dia akan semakin mendekati kita tatkala manusia semakin mendekati-Nya. Tapi, Dia pun akan semakin menjauh saat manusia semakin menjauhi-Nya.
Jika kita merasakan jatuh cinta, hati dan mulut ini seakan ingin menyebut-nyebut namanya, ingin selalu berduaan dengannya, apapun yang dia kehendaki pasti kita turuti asal mampu bersamanya.
Bukankah cinta paling tertinggi itu adalah mencintai Allah? Apakah kita sudah menyebut-nyebut nama-Nya di dalam keseharian dan gerak-gerik manusia? Apakah kita pernah berduaan dengan-Nya dalam muhasabah dan ibadah? Apakah kita sudah menuruti apa-apa yang Dia kehendaki yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya?
Jika semua itu belum dilakukan. Terlalu, hina diri ini untuk meminta diberikan yang terbaik dan diberikan cinta yang terbaik pula.
Lewat mengaji Quran, kita mengingat dan menyebut nama-Nya. Ketika mengaji Quran itulah saat kita berdua-duaan berkomunikasi dengan-Nya. Dengan membaca Quran kita laksanakan salah satu perintah-Nya dalam rangka menjauhi larangan-larangan-Nya.
Ternyata, pesan bunda tersebut mengandung arti yang sangat mendalam. Secara tidak disadari dengan membaca Quran, beberapa poin telah terangkum untuk menunjukkan cinta seorang hamba kepada Sang Kholiq.
Apalah artinya seisi bumi ini jika Sang Pencinta mampu kita cintai. Bukankah semua hati Dia yang membolak-balikkannya?
Melalui perantara Dia, kita akan mendapatkan dia. Bukankah itu tanda-tanda cinta yang suci dan terjaga? Cinta yang beraromakan ketaatan kepada Sang Pencinta.
Saat mengingat dia, berusahalah untuk mengingat Dia. Mintalah kepada Dia untuk diberikan dia jika memang yang terbaik. Tapi, jika dia belum yang terbaik, Dia akan menyiapkan yang lebih baik dari dia. Dia yang membolak-balikkan hati dia. Dia pula yang menguasai segala gerak-gerik dia. Mengapa kita ragu untuk mendekati dan menyembah Dia?
Dia akan memberikan cinta yang terbaik bagi manusia yang mampu merawat dan menjaga cinta tersebut hingga tiba saat yang tepat. Merawat di dalam diam, tak perlu saling diungkapkan. Ungkapkan hanya kepada Dia bukan dia. Menjaga di dalam saling berdoa, tuk diberikan yang terbaik dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab, Dialah yang mengetahui yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
Nak, segera mengaji jika ingat dia. Bunda menginginkan agar kita lebih dekat terlebih dahulu kepada Dia. Setelah itu baru dekat kepada dia. Mendekati Dia membuat hati ini akan menjadi lebih lapang dan tenang. Dengan hati yang lapang dan tenang itulah modal kita untuk mendekati dia hingga tiba saatnya. Tapi, jika kita mendekati dia sebelum mendekati Dia maka hati ini akan menjadi gelisah dan tak tenang. Bagaimana kita bisa mendekati Dia jika hati ini berada dalam kegelisahan dan ketidaktenangan?
Apabila kita mendekati dia, dia akan semakin menjauh. Namun, jikalau kita mendekati Dia, Dia akan semakin mendekat.
Dengan mendekati Dia menjadi salah satu cara untuk mendekati dia. Sebaliknya, dengan mendekati dia menjadi salah satu cara untuk menjauhi Dia. Apakah kita ingin mendekati Dia ataukah menjauhi Dia?
Nak, segera mengaji jika ingat dia. Petuah singkat yang harus diamalkan sebab tak ada satupun orang tua di dunia ini yang menginginkan darah daging mereka menjadi celaka. Justru mereka menginginkan agar semua keturunan menjadi lebih baik daripada mereka. Bukankah itu yang selama ini kita jalani? Namun, sebagian dari kita banyak yang tak menyadarinya. Kita menyangka mereka akan membuat celaka. Padahal, sebaliknya mereka memberikan yang terbaik demi masa depan nan cerah untuk anak-anak mereka.
“Nak, segera mengaji jika ingat dia”
“Siap bunda, nanda akan mengaji mendekati Dia agar Dia memberikan yang terbaik untuk kita semua”