Cinta sudah sering menjadi bahan obrolan oleh setiap manusia, dari yang muda hingga yang tua. Hal itu dikarenakan kata-kata cinta akan selalu bermakna keindahan dalam kehidupan, karena pasti akan merujuk kepada kebahagiaan individu.
Menurut Merriam Webster, cinta adalah sebuah kebajikan yang merepresentasikan kebaikan manusia, keharuan dan kasih sayang – “the unselfish loyal and benevolent concern for the good of another”. ~ Merriam Webster Dictionary
Cinta pun bagi manusia, perlu diungkapkan, utarakan dan ditunjukkan lewat bukti-bukti nyata. Cinta kepada orang tua lewat bakti, cinta kepada tanah air lewat abdi, cinta kepada sahabat lewat relasi. Lalu bagaimana cinta kepada lawan jenis?
Bicara anak muda, tentu tidak lepas dari bahasan cinta antar mereka (antar lawan jenis). Makin gencarnya promosi cinta lawan jenis lewat media, berita, entertainment, musik, dll menggelitik sifat anak muda yang penuh energi dan ingin tahu untuk ingin ikut merasakannya. Maka trend “pacaran” muncul dikalangan anak muda. Kata “pacaran” menurut mas Syaifudin Zuhri berasal dari bahasa arab fujurun, yang berarti tuna susila. Yang dalam bahasa inggris merujuk kepada immorality atau pelanggaran asusila.
Kata “pacar” pun sebenarnya berasal dari budaya Melayu, yaitu ketika orang tua mengetahui anaknya mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenisnya, ia memakaikan “pacar air” kepada kedua pasangan. “Pacar air” tersebut hanya bertahan selama 3 bulan, dengan harapan selama 3 bulan tersebut sang lelaki mempersiapkan segala kebutuhan untuk melamar sang gadis. Selama 3 bulan itu juga ada jarak antar pasangan, bukan seperti anak muda jaman sekarang yang berjalan bersama hingga bergandengan tangan. Jika lewat 3 bulan tidak ada konfirmasi dari laki-laki, maka semua batal. Jadi kata “pacar” boleh jadi berasal dari “pacar air” tersebut.
Namun dewasa ini kebiasaan “pacaran” mulai ditinggalkan. Anak muda sekarang sudah punya jalur yang lebih sehat untuk mencintai lawan jenisnya, yaitu lewat pernikahan. Nikah muda, dan tidak pacaran sudah mulai jadi trend di kalangan muda. Hal itu disebabkan oleha media-media Islam yang mulai mempromosikan image “Cinta Halal” lewat pernikahan. Disini anak muda sebagai elemen yang penuh energi dan ingin tahu, tergelitik kembali. Terlebih lagi di awal 2008 film “Ayat-Ayat Cinta” yang menceritakan perjuangan seorang pemuda meraih cinta yang “halal” dan sah, banyak meraup minat penonton. Disini trend “Nikah Muda” mulai diketahui dan diminati.
Bahkan belum lama, 13 Oktober 2012, Salah satu personil “Changcuters” – Tria, melangsungkan pernikahan yang menghebohkan. Menghebohkan karena Tria tidak pacaran seperti umumnya para artis, ia melalui sistem ta’aruf yang Islami. Dikutip dari KOMPAS Entertainment, Tria berujar “Sudah kenal sejak bulan Januari 2012. Kita enggak pakai sistem pacaran, ta’aruf,” terang Tria saat ditemui di Jakarta, Senin (15/10/2012). Sebagai public figure, keputusan Tria menikah dengan ta’aruf perlu diapresiasi. Karena ia mencontohkan hal baik kepada masyarakat.
Contoh satu lagi ialah Mohammad Meftakhurreza, seorang Business Manager SME Bank Danamon Surakarta. Menikah usai lulus kuliah di 2001 dengan Lina Sri Wahyuni, Reza kini dikaruniai dua anak. Walau begitu, hasil yang dicapainya adalah buah kerja keras dan dukungan istri tercinta.
Sekarang ini pernikahan di usia muda sudah mulai diterima. Karena melihat kebanyakan pasangan muda masih punya banyak tenaga untuk berkarya bersama. Tria dan Reza hanya segelintir dari kisah sukses, masih banyak kisah lainnya.
Oleh: Riant Raafi, Jakarta
Blogger // CEO’s // Writer
Facebook – twitter – Blog