Diskursus mengenai peran pemuda dalam membangun sebuah negara tidak akan pernah dikenal habisnya. Pepatah “pemuda masa kini adalah pemimpin masa depan” tampak sudah mendarah daging dalam segala bentuk perjuangan pemuda di mana pun ia berada. Ketika pemuda ia berkarya, berjuang dan berkorban untuk negara, dan ketika ia semakin matang dan dewasa, negara memberikan kesempatan baginya untuk mengabdikan diri sebagai “pelayan negara”.
Tak pelak, gairah perjuangan pemuda selalu hidup dan menghidupkan romantika perjuangan dan juga perubahan di segala penjuru dunia. Pemuda lah yang menggagas perubahan, mendorong kebuntuan, dan menemukan sebuah solusi atas tantangan negara bahkan dunia. Kata “pemuda” akan membuat orang berpikir tentang energi yang berlebih, semangat yang membara, kekuatan yang tiada habisnya, daya kreasi yang tak pernah terhenti, dan generasi untuk kepemimpinan negara di masa depan.
Pemuda memiliki semangat pergerakan yang membara dalam jiwa. Hal inilah yang sebenarnya menjadi salah satu alasan mengapa pemuda memiliki peran yang penting dalam masyarakat. Karena semangat pergerakan mereka yang jika dilaksanakan dalam rute yang positif akan menciptakan perubahan-perubahan, serta pengaruh dalam masyarakat, sehingga tercipta pula tatanan yang baik. Peran pemuda itu sendiri dapat sebagai subjek penggerak perubahan, pencipta ide kreatif, sekaligus objek yang akan menjadi contoh nyata dalam perubahan tersebut.
Sejarah mencatat ini dengan sangat baik, bagaimana pemuda tangguh bernama Christopher Colombus menembus samudra atlantik dan menemukan benua Amerika yang kini bahkan menjadi pemimpin peradaban dunia. Atau bagaimana seorang Aung Sang Suu Kyi, seorang pejuang demokrasi di Myanmar, berjuang dengan penuh kesabaran, tak mengenal kata “menyerah atau berhenti” dalam memperjuangkan hak-hak bagi rakyat Myanmar yang ia cintai.
Nelson Mandela dari Afrika Selatan juga memberikan sebuah catatan sejarah yang sangat mengangumkan, tokoh anti-apartheid ini rela meninggalkan kehidupan normalnya dan lebih memilih untuk me-wakaf-kan dirinya untuk bangsanya yang terjajah oleh orang kulit putih. Dan tentunya kita semua sama-sama mengenal Ir.Soekarno, seorang yang lebih memilih untuk berkorban untuk Indonesia , bermimpi akan menjadi Presiden Indonesia, meski saat itu “Republik bernama Indonesia” belumlah lahir.
Apa kesamaan yang mereka miliki ? mereka berpikir besar, berjiwa besar, konsisten dalam perjuangan, serta total memberikan hidup dan mimpinya untuk keadaan negaranya yang lebih baik. Dan mereka juga telah menuai hasil yang jauh diatas mimpinya saat pertama kali menguatkan tekad untuk memberikan perjuangan total bagi negara.
Colombus tidak hanya membuktikan kalau bumi itu bulat, melainkan telah menjadi insiator dari lahirnya negara baru. Aung Sang Suu Kyi kini telah menjadi anggota parlemen hasil dari pemilu sela di Myanmar beberapa pekan lalu, kini Myanmar mulai dipercaya sebagai negara yang mampu berdemokrasi dengan baik. Nelson Mandela telah menjadi fondasi yang sangat baik dalam pembangunan Afrika Selatan, kini negara ini telah menjadi bagian dari koalisi ekonomi negara ekonomi kuat bernama BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Dan Soekarno ? tidak cukup mendirikan sebuah negara, beliau bahkan telah berhasil mengumpulkan 50 negara Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955, hanya 10 tahun setelah negeri ini merdeka dan bersama membuat sebuah Blok baru untuk menandingi Blok Soviet dan Blok Amerika.
Kini ? perjuangan pemuda tentu belum dan tidak akan berakhir. Bila kita mencari melalui mesin pencari di internet “pemuda berpengaruh” atau “influential young person”, maka catatan dunia maya akan mengarahkan kita kepada daftar 10 pemuda yang berpengaruh di dunia maya, tersebutlah nama-nama seperti Mark Zuckerberg-CEO Facebook, Jack Dorsey – Pendiri Twitter, Larry Page – CEO Google, Steve Jobs – CEO Apple, dan Bill Gates – CEO Microsoft.
Menarik bila melihat daftar ini, setidaknya daftar ini menjelaskan kalau pemuda berpengaruh “versi modern” adalah mereka yang memiliki inovasi, dan memberikan manfaat bagi orang lain. Kesamaan dari para pemimpin dunia digital ini adalah kemampuan inovatif mereka dan kemampuan melihat bagaimana kecendrungan manusia dan dunia di masa depan. Dan tentunya memberikan kebermanfaatan dari karya yang ia miliki.
Ciri-ciri seperti inilah yang perlu dimiliki oleh pemuda Indonesia saat ini dan masa mendatang. Disaat negeri ini kokoh dalam keunggulan komparatif seperti sumber daya alam yang hampir tidak terbatas, negeri ini justru sangat lemah dalam keunggulan kompetitif yaitu kekuatan sumber daya manusianya. Jepang, Singapura dan Negara-negara eropa kita kenal sangat terbatas keunggulan komparatifnya, tetapi mereka kini unggul dalam banyak hal.
Sudah cukup kiranya, pemuda Indonesia mengelu-elukan kekuatan sumber daya alam yang dimilikinya, kini saatnya pemuda Indonesia berpikir besar bagaimana meningkatkan kapasitas diri dan berperan signifikan dalam perbaikan bangsa. Bukan sekedar wacana, melainkan sebuah aksi nyata yang terukur dan konsisten.
Indonesia akan memiliki keunggulan atau bonus demografi di tahun 2025, akibat baby booming yang terjadi di negeri ini dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan jumlah penduduk muda (usia 17-40 tahun) negeri ini akan berada pada titik puncaknya pada tahun tersebut bersama dengan India dan Cina. Disaat negara lain seperti amerika serikat, Jepang dan negara-negara eropa akan memiliki jumlah manula terbesar di tahun 2025. Ini keunggulan yang akan kita miliki, dapat menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk menjadi negeri yang adidaya di dunia.
Pertanyaannya, apa yang telah kita siapkan untuk menyambut era keemasan tersebut ? akankah 2025 akan menjadi tahun kebangkitan tahap kedua negeri ini atau akan justru menjadi titik balik tenggelamnya negeri ini karena pemuda yang besar hanya menjadi buih tanpa mampu merekayasa pembangunan ? Kekhawatiran yang muncul justru adalah, ketika jumlah pemuda yang besar di tahun 2025 menjadikan pemuda negeri ini sebagai budak kapitalis, dan menjadi pusat komsumtifme dunia.
Seorang pemikir muda bernama Dr. CK Prahalad dan Dr. A.P.J. Abdul Kalam, ia mengumpulkan lebih dari 500 pemuda cerdas dunia, mayoritas adalah pengusaha muda, dan academia yang telah meraih gelar Doktor di kampus ternama dunia. Mereka bersatu-padu menyusun sebuah mimpi akan India yang lebih baik, India di tahun 2020, tepat di usia India yang ke-75. Mereka namakan gerakan ini sebagai India@2020, mereka menyusun sebuah dokumen rencana pembangunan, visi besar, dalam sebuah blueprint yang akhirnya dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka panjang di India. Mimpi besar ini mereka dokumentasikan, dan didiseminasi kepada pemuda-pemuda di India. Para pemuda kini memiliki sebuah guideline yang komprehensif mengenai masa depan India, dan mampu memposisikan diri mereka sebagai bagian signifikan dari pembangunan India. Gerakan ini tidak hanya pada skala nasional, setiap wilayah (setara provinsi) di India juga telah menyiapkan hal serupa sebagai turunan dari India@2020, maka lahirlah Gujarat@2020, West Bangal@2020, Delhi@2020 dan lain-lainnya.
Cina, negara dengan jumlah penduduk terbesar dunia yang tentunya berarti memiliki jumlah pemuda terbesar dunia juga tak kalah hebat dalam menyiapkan masa depan negerinya. Meski negeri ini masih tergolong anti-demokrasi, tetapi tidak bagi kebebasan pemuda dalam menuntut ilmu dan membuat perubahan dalam komunitas. Mereka menamai salah satu gerakan nasional mereka sebagai Future Generation of China, sebuah gerakan massif pemuda yang bermaksud menyelematkan masyarakat Cina di wilayah perdesaan dan kurang beruntung. Mereka menguatkan masyarakat dengan kegiatan wirausaha, dan berbagai inovasi sosial lainnya. Program One Village On Product yang di dorong oleh para pengusaha muda cina juga telah berbuah hasil atas kesejahteraan masyarakat di Cina. Dan tak kalah hebatnya adalah China’s Diaspora, banyak sekali pemuda Cina yang belajar dan bekerja di luar negeri, mereka telah menjadi duta yang luar biasa bagi Cina untuk menebar pengaruhnya. Saat ini, hampir 15% dari mahasiswa asing di kampus ternama berasal dari Cina, beberapa dosen terkenal pun berasal dari Cina, dan kita akan selalu menemui ChinaTown ke kota-kota besar yang ada di dunia.
Upaya kedua negara ini dalam menyiapkan bonus demografi bisa dikatakan tidak main-main, bukan hanya negara saja yang bekerja, melainkan semua potensi pemuda yang bisa dikerahkan. Pemuda mereka tidak hanya berpikir untuk diri mereka, melainkan untuk negara. Seperti yang Presiden muda Amerika Serikat pernah sampaikan, Jangan Tanya apa yang negara sudah berikan kepada dirimu, tetapi Tanya apa yang kamu sudah berikan kepada negara.
Pemuda Indonesia sebagai arsitek dan pemimpin masa depan Indonesia, pemuda bukan hanya penonton yang hanya bisa bertepuk tangan. Pemudalah yang akan mendesain masa depan negeri ini, karena masa depan negeri ini akan di isi oleh pemuda masa kini, jangan sampai pemuda mengizinkan generasi tua merusak karpet merah yang akan pemuda isi dengan penuh integritas dan cinta akan tanah air.
Pemuda harus bisa merencanakan apa yang terbaik untuk negeri di masa mendatang, bukan sekedar pengikut tanpa memiliki pendirian yang kuat. Harta dan Tahta tidak cukup untuk membayar idealisme pemuda, maka pemuda juga harus membuktikan dengan maha karya besar untuk negeri.
Kini, saatnya pemuda memutuskan masa depannya sendiri.
Oleh: Ridwansyah Yusuf Achmad, Jakarta
Facebook – Twitter – Blog