Pada 15-17 Juni 2015, Masyarakat Sudan menyelenggarakan peringatAN 100 tahun hijrah Syaikh Ahmad As Surkati dan berdakwah ke wilayah nusantara, di Universitas Internasional Afrika, Khartoum. Acara tersebut hadiri oleh Rektor UIN Malang, Prof Dr. Mudjia Raharjo, Mantan Duta Besar Sudan untuk Indonesia Prof. Dr. Hasan Makki, utusan Perhimpunan Al Irsyad Indonesia yaitu Dr. Hilmi Bakar Al Mascaty, Yusuf Baisa dan Ahmad Muslih. Rektor Universitas Internasional Afrika Syaikh Prof. Kamal Obaed Ahmad, Ketua LSM Syaikh As Surkati di Sudan, Syaikh Abdul Basit Abdul Majid, Keluarga Besar Syaikh As Surkati dari Provinsi Donggola, Ketua Dewan Persahabatan Global Masyarakat Sudan, ulama, tokoh setmpat dan mahasiswa Indonesia di Sudan (Laporan Ali Farkhan Tsani, 18/6/2015).
Ahmad Surkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, daerah Dongula, Sudan pada tahun 1292 H/1875 M. Dia diyakini masih keturunan Jabir bin Abdullah Al Ansari dari seorang bapak yang bernama Muhammad. Dengan demikian nama lengkapnya adalah Ahmad Surkati Al Anshari. Dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Ahmad Surkati. Sedang Syurkati berarti banyak kitab (Bisri Afandi, Pustaka Al Kautsar, 1999, hal 4)
Syaikh Surkati tiba di Indonesia bersama dua kawannya: Syaikh Muhammad Tayyib Al Maghribi dan Syaikh Muhammad bin Abdul hamid Al Sudani. Di negeri barunya ini, Syaikh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia (Hidayatullah 6 September 2014). Mengacu hasil penelitian Nur Laily Mazkiyatul (Skripsi di IAIN Walisongo, 2004) tentang Pemikiran Pendidikan Syaikh Ahmad As Surkati, diketahui:
- Pemikiran Syaikh Surkati yang banyak dipengaruhi oleh pembaharu Islam yaitu Muhammad Abduh yang banyak berpengaruh dalam pembaharuan pendidikan yang ada di Indonesia.
- Syaikh Surkati lebih menekankan pemahaman dan penalaran dari pada hafalan. Kurikulum yang diterapkan baik dalam pendidikan non formal maupun dalam lembaga pendidikan tidak membedakan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum.
- Menurut Syaikh Surkati kebodohan harus diberantas. Dan berpendapat bahwa perbuatan mendidik dan mengajar adalah pekerjaan yang termulia disisi Allah swt.
Disamping sebagai guru, pendidik, ulama, dan tokoh pergerakan Islam, beliau juga seorang penulis yang produktif. Beliau mampu menulis berbagai cabang ilmu diantaranya aqidah, ibadah, kandungan Al Quran dan Al Hadits. Sebagian karya-karyanya dibuat dalam rangka menyanggah paham keagamaan yang beliau anggap menyimpang dari Al Quran dan As Sunnah (Bisri Afandi, hal 39).
Bagaimana dengan gerakan yang didirikan oleh Syaikh As Surkati? Perhimpunan Al Irsyad Islamiyyah adalah wadah organisasi bagi komunitas Arab non-Habaib. Pendiri-pendiri Al Irsyad kebanyakan adalah pedagang, tetapi tokoh yang paling menonjol sepanjang sejarah adalah Syaikh As Surkati (Deliar Noer, LP3ES, hal 73). Secara kultur keagamaan ada kemiripan dengan Muhammadiyah, Persis dan Hidayatullah.
Di bidang pendidikan, Al Irsyad memiliki banyak lembaga pendidikan handal yang sudah melahirkan tokoh-tokoh ternama seperti, Umar Hubeis, KH. Farid Ma’ruf, AR Baswedan, Ust Abu Bakar ba’asyir dan Munir bin Thalib (Aktivis HAM). Alm Munir pernah menjadi Sekretaris Al Irsyad di kota Batu, Jawa timur. Munir tertarik ajaran keagamaan yang dibawa Al Irsyad yang tidak ada pada ormas yang lain (Cak Munir, Engkau Tak pernah pergi, 2004, hal 82). Saat ini pendidikan Al Irsyad terpusat di Singapura, Bandung, Cirebon, Purwokerto, Solo, Malang dan Surabaya.
Wallahu’allam bish shawwab