Peristiwa Ramadhan: Muhammad Menerima Wahyu Pertama

Tanggal : Malam ke 21 bulan Ramadhan, 10 Agustus 610M

Catatan:

Setelah usia beliau genap 40 tahun (yang dianggap sebagai puncak kesempurnaan jiwa manusia dan dikatakan bahwa para nabi diangkat menjadi rasul pada usia ini) mulailah tanda-tanda kenabian melambai dan memancarkan kilaunya kepada beliau dari balik ufuk kehidupan. Tanda itu berupa mimpi yang benar. Beliau bermimpi kelihatan seperti fajar menyingsing di waktu subuh. Hal itu berlangsung selama enam bulan.

Beliau memikul amanah kenabian selama 23 tahun dan mimpi yang benar itu termasuk salah satu dari 46 tanda kenabian beliau. Hingga akhirnya pada bulan Ramadhan pada tahun ketiga sejak beliau beruzlah di Gua Hira, Allah berkenan melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau untuk menjadi pemimpin bagi seluruh penghuni bumi. Allah memuliakan Beliau dengan kenabian dan mengutus Jibril kepada beliau dengan membawa beberapa ayat al-Quran.[1]

Dengan mengamati dan menganalisis berbagai bukti dan dalil, kita bisa memastikan bahwa peristiwa itu terjadi pada hari Senin, tepatnya pada malam ke-21 bulan Ramadhan, bertepatan

dengan tanggal 10 Agustus 610 M. Umur Nabi Muhammad ketika itu tepat 40 tahun 6 bulan 12 hari berdasarkan perkiraan bulan. Sedangkan, jika memakai kiraan matahari, maka umur Beliau waktu itu ialah 39 tahun 3 bulan 22 hari.[2]

_______

[1] Ibnu Hajar mengatakan, “Baihaqi menyatakan bahwa mimpi yang benar berlangsung selama 6 bulan. Oleh itu, permulaan mimpi yang benar yang merupakan petanda awal kenabian terjadi pada bulan beliau dilahirkan, iaitu Rabiul Awal. Peristiwa itu terjadi setelah umur beliau genap 40 tahun. Namun, wahyu pertama yang turun kepada beliau dalam keadaan sedar (tidak tidur), terjadi pada bulan Ramadhan.” Lihat Fath al-Bary, jil I, hlm. 27.

[2] Para sejarawan berbeda pendapat berkaitan pada bulan apa Allah memuliakan Nabi Muhammad dengan kenabian dan menurunkan wahyu pertama. Sebahagian mereka berpendapat peristiwa itu terjadi pada bulan Rabiul Awal, sementara sebahagian lain menyatakan ia terjadi pada bulan Ramadhan. Ada pula yang menyebutkan pada bulan Rejab. Lihat Abdullah bin Muhammad al-Najdy, Mukhtashar Sirah al-Rasul, hlm. 75. Saya merajihkan pendapat yang kedua, iaitu terjadi pada bulan Ramadhan. Dasarnya adalah firman Allah Taala, Bulan Ramadhan, yang padanya diturunkan al-Quran.(Al-Baqarah: 185) danSesungguhnya Kamimenurunkannya pada malam al-qadar.(Al-Qadar: 1). Telah maklum pula bahwa malam al-Qadar terdapat pada bulan Ramadhan. Inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah, Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam yang penuh berkah. Dan sesungguhnya Kami benar-benar memberi peringatan.( ad-Dukhan: 3). Kesimpulan bahwa “malam yang penuh berkah” ini terjadi pada bulan Ramadhan diambil karena Rasulullah berdiam diri di Gua Hira sepanjang bulan Ramadhan dan bahwa turunnya Jibril pertama kali kepada Nabi Muhammad dengan membawa wahyu terjadi pada bulan Ramadhan. Seterusnya para pengkaji masih berbeda pendapat lagi dalam menetapkan hari pada bulan Ramadhan tatkala pertama kali wahyu diturunkan. Ada yang berpendapat pada hari ke-7 bulan Ramadhan. Ada yang mengatakan pada hari ke-17. Ada juga yang mengatakan pada hari ke-18. Lihat Abdullah bin Muhammad al-Najdy,

Mukhtashar Sirah al-Rasul, hlm. 75 dan Muhammad Sulaiman al-Mansyurfuri, Rahmah li al-‘Alamin, jil I, hlm. 49. Dalam Muhadharat Tanggal al-Umam al-Islamiyyah, jil I, hlm. 69, al-Khudhari menekankan bahwa peristiwa itu terjadi pada hari ke-17.

Saya berpendapat peristiwa itu terjadi pada hari ke-21 meskipun tidak ada ulama yang mengatakan demikian. Ini karena para pakar sejarah (majoriti atau bahkan seluruhnya) bersepakat bahwa pengutusan Nabi Muhammad sebagai rasul terjadi pada hari Senin. Mereka menguatkannya dengan riwayat hadis dari Abu Qatadah bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang puasa pada hari Senin, maka beliau menjawab, “Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu diturunkan wahyu kepadaku.” Di tempat lain diriwayatkan dengan lafaz, “Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diutus atau diturunkan wahyu kepadaku.” Lihat Sahih Muslim, jil I, hlm. 368; Musnad Ahmad, jil V, hlm. 297; Sunan al-Baihaqi, jil IV, hlm. 286, 300 dan Mustadrak al-Hakim, jil II, hlm. 602.

Hari Senin bulan Ramadhan pada tahun tersebut terjadi pada hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28. Sementara riwayat-riwayat sahih menunjukkan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Jatuhnya Lailatul Qadar untuk setiap tahun selalu berganti-ganti antara malam-malam ganjil tersebut.

Dengan demikian, apabila kita mengaitkan antara firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam yang penuh berkah,” dengan riwayat Abu Qatadah bahwa pengutusan Nabi Muhammad sebagai rasul terjadi pada hari Senin ditambah lagi dengan hitungan tanggal secara ilmiah pada hari Senin bulan Ramadhan yang tahun itu jatuh pada tanggal apa saja, maka kita boleh menarik kesimpulan bahwa diutusnya Nabi Muhammad sebagai rasul terjadi pada malam ke-21 bulan Ramadhan.