Pidato politik pertama Khalifah Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu sesaat setelah kaum Muslimin berbait kepadanya adalah sebuah renungan bagi kita. Sesudah mengucapkan tahmid dan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan setelah menyebut tentang Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu anhu serta jasanya, ia berkata:
Saya hanyalah salah seorang dari kalian.
Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah -yakni Abu Bakar – saya pun akan enggan memikul amanah ini.
Dia mengucapkan kata-kata tersebut dengan rasa haru, dengan rendah hati dan sangat berhati-hati.
Kemudian umar menengadahkan tangannya secara berkata :
Allahumma ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku
Allahumma ya Allah, saya sangat lemah maka berilah kekuatan
Allahumma ya Allah,aku ini kikir maka jadikanlah aku orang yang dermawan dan bermurah hati
Umar berhenti sejenak, hingga orang-orang tenang kembali dan melanjutkan:
“Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya dengan kalian.
Sepeninggal sahabatku, sekarang saya berada di tengah-tengah kalian.
Tak ada persoalan kalian yang saya harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain selain saya.
Dan tak ada yang tak hadir disini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat.
Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan, terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka
Wahai umat Muhammad, saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian. Seandainya tidaklah didorong oleh harapan bahwa saya menjadi orang yang terbaik di antara kalian, orang yang terkuat bagi kalian, dan orang yang paling teguh mengurusi urusan-urusan kalian, tidaklah saya menerima jabatan ini. Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan.”
Coba renungkan ucapannya, “Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan”.
Pikiran tokoh ini benar-benar tertuju pada kalimat yang akan ditanyakan Allah kepadanya nanti di hari perhitungan dan jawaban yang akan dia ucapkan dihadapan Allah. Baginya, kehormatan tidak terletak pada pangkat atau kedudukan, tapi pada keberhasilan merebut keridlaan Allah.
Harapan yang dinanti-nanti oleh Umar adalah pengampuan dari Allah. Jabatan, kekuasaan, ketenaran, pengaruh, kesenangan dan kemewahan yang ada di sekitarnya, dianggapnya sebagai ujian. Ia senantiasa memohon kepada Allah agar dapat melaluinya dengan baik dan selamat.
Umar telah membuatnya melewati hari-hari dia menjabat sebagai khalifah di bawah tekanan yang perasaan takut kepada pertanyaan Rabbnya. Dia melalui hari-harinya dengan hati yang gemetar, bukan senang. Pernahkah ada orang di belahan bumi ini, baik di timur dan barat, mendengar seorang raja yang pangkat dan kekuasaannya berdiri megah, tapi semuanya justru merupakan siksaan yang perlu dihindari sebisa mungkin, bahkan kalau bisa, akan melarikan diri darinya ..
Dan apa yang beliau ucapkan di hari pertama pelantikannya terimplementasikan dalam seluruh hari hari yang dilaluinya sampai beliau menghadap Rabbnya dalam kondisi ridha dan di ridhaiNya
Jangan bandingkan dengan para pemimpin penipu yang kerjanya cuma menyusahkan dan menyengsarakan rakyatnya!
Ustadz Ibnu Hasan Ath Thabari