Siapa yang tidak mengenal permainan sepakbola?. Salah satu permainan olahraga yang paling disukai di seluruh dunia. Namun tahukah kawan, kita dapat mengambil beberapa pelajaran dari permainan tersebut dan dapat kita terapkan dalam perjuangan dakwah kita. Aahh.. ngawur sampeyan mas!, masa berdakwah harus belajar main sepakbola. Dakwah itu tempatnya di majelis ta’lim penuh dengan ilmu, jadi mana mungkin bersumber dari lapangan rumput.
Mari kita renungi berapa banyak ayat Al Quran yang memerintahkan kita untuk senantiasa i’tibar yakni mengambil pelajaran dan hikmah dari segala peristiwa apa yang terjadi di dunia ini.
فَاعْتَبِرُوا يا أُولِي الْأَبْصارِ
“Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai pandangan”. (QS. Al Hasyr : 2)
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَن يَخْشَى
“Sesungguhnya pada (peristiwa) yang demikian itu ada pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah)“. (QS. An-Naziat)
Dari kedua ayat di atas maka tidak salah jika kita mengambil contoh-contoh pelajaran dari sumber peristiwa yang terjadi di dunia ini. Lantas pelajaran apa yang dapat kita temukan dalam permainan sepakbola? Kekompakan tim kah, persatuan umat? Ya, memang itu beberapa yang dapat kita ambil pelajaran darinya. Namun kali ini saya tidak membahas tentang persatuan. Saya ingin memaparkan pelajaran yang lain.
Berbicara sepakbola maka tak akan lepas dari berbicara tim. Berbicara tim maka tak akan lepas dari berbicara masalah strategi penempatan posisi pemain, pola penyerangan dan pola pertahanan. Mari kita berbicara masalah strategi penempatan posisi pemain dakwah. Ibarat sebuah tim maka para aktivis dakwah Islam bisa saya gambarkan tidak lepas dari posisi berikut:
1) Kiper
Kiper ini adalah pertahanan terakhir dan harapan dari sebuah tim. Siapa mereka? Mereka adalah generasi muda Islam, anak-anak dan remaja. Merekalah sasaran utama musuh-musuh Islam. Jika pertahanan mereka rapuh maka hancurlah Islam ini. Oleh karenanya anak-anak dan remaja Islam ini harus diberikan bekal yang cukup, pondasi tauhid yang kokoh, akhlaq yang mulia dan wawasan yang luas.
2) Penjaga Barisan Pertahanan
Penjaga barisan pertahanan ini yang membantu untuk mencegah masuknya arus perlawanan musuh. Siapa mereka? Mereka adalah para Ibu. Merekalah yang bertanggungjawab senantiasa menjaga dan memberikan pendidikan kepada putra-putrinya. Merekalah penjaga benteng pertahanan yang dapat diandalkan. Peran mereka tidak bisa dianggap remeh. Apabila penjaganya lengah maka musuh akan leluasa masuk ke daerah pertahanan. Sebagaimana dalam hadits berikut;
“… Wanita adalah pengembala di dalam rumah suaminya, dan ia bertanggung jawab atas gembalanya”. (penggalan dari hadits yang diriwatkan Ahmad, Ibnu Majah, Abu daud, Tirmidzi dari Ibnu Umar Shahibul Jami 4445)
Sayyid Quthb menamai wanita sebagai “Penjaga benteng pertahanan” (Lihat Fi Dziilalil Qur’an : 6 : 3619)
Tidak bisa di bayangkan, bagaimana jika penjaga benteng pertahanan ini rusak, menyeleweng, atau berfikrah buruk yang meruntuhkan.. Apa gerangan yang terjadi dalam rumah tangga Islami?. Tak pelak lagi, akibatnya akan parah, maka dari itu seyogyanya setiap saudari muslimah waspada dan perihatin terhadap program yang dicanangkan musuh-musuh Islam terhadap kaum wanita, khususnya wanita muslimah. Serta menyadari peranan yang harus dimainkan.
3) Playmaker
Mereka adalah para inisiator, para da’i dan aktivis-aktivis dakwah. Mereka memainkan peranannya, mengatur pola perjuangan dakwah Islam dan membantu menjaga daerah pertahanan. Dibutuhkan banyak tenaga yang lincah, gesit dan berwawasan untuk memainkan peranan ini. Mereka harus tahu kapan waktunya maju menyerang dan kapan waktunya harus bertahan.
4) Striker
Mereka adalah para mujahid, para pejuang yang memperjuangkan ditegakkannya syariat Islam. Mereka berada di garda terdepan untuk menghalau, menyerang dan melawan arus liberalisme, kapitalisme maupun isme-isme lain yang tak sejalan dengan perjuangan Islam.
5) Pemain Cadangan
Merekalah yang dicalonkan untuk mengisi ruang kosong apabila ditinggalkan oleh para pemainnya. Merekalah yang sedang belajar menuntut ilmu syar’i. Mereka butuh pembinaan agar siap ketika waktunya mereka harus tampil dalam kancah pertandingan.
6) Manager / Pelatih dan Sponsor
Apa hebatnya sebuah tim tanpa adanya orang yang melatih mereka. Dakwah pun demikian membutuhkan para alim ulama yang menguasai Ilmu-ilmu Allah, mewarisi hikmah para Nabi. Peranan alim ulama ini sangat menentukan keberhasilan sebuah tim dakwah. Apa jadinya jika sebuah tim hebat ditangani oleh manager yang kurang profesional. Sedangkan
Sedangkan sponsor ini diperankan oleh pemerintah/ umara yang memegang kendali atas rakyatnya. Peran ulama dan umara ini sangat penting dan sangat erat kaitannya dengan keberhasilan sebuah tim dakwah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam : “Ada dua orang yang apabila dua orang ini baik, maka menjadi baiklah umat dan apabila buruk, maka akan menjadi buruklah umat tersebut yakni para ulama dan umara.”
Dari keenam posisi tersebut harus saling bekerja sama bahu membahu dalam menegakan agama Islam. Jika semuanya bekerja secara profesional menegakkan syiar-syiar Islam maka Insya Allah Islam ini akan kembali berjaya.
Wallahu A’lam bishowab. Wabilahit Taufiq wal Hidayah.
Oleh : Alir Abu Abdullah, Yogyakarta
Pondok Mahasiswa Al Madinah Nusantara
Facebook – Twitter – Blog