“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya….” (Al-Anfal: 60)
Begitu luas kasih sayang yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya, nikmat yang tak pernah bertepi. Malam yang datang dengan keindahan, gelap pun memberikan ketenangan dan kesejukan. Pagi yang segar menyudahi malam yang damai. Siang datang melambai, menawarkan secercah harapan.
Begitulah proses dunia berputar. Silih berganti siang menggantikan malam. Waktu terus berlalu, mencatat prestasi dari generasi ke generasi. Ada juga yang tetap istiqamah menapaki jalan dakwah nan terjal dan bebatuan, sabar dengan terpaan asab dan debu-debu peradaban. Tapi, tidak sedikit yang akhirnya duduk bersandar melepas lelah. Seraya memejamkan mata terhadap ketidakpatuhan manusia sekitar.
Berusaha Untuk Memberikan yang Terbaik
Contoh dari kekikiran yang mungkin masih melekat dalam hati seorang hamba Allah adalah sedikit mengeluarkan, namun banyak menerima. Mungkin inilah yang cocok untuk bisnis sesama manusia. Namun, tidak akan pas jika ditujukan pada bisnis dengan Allah swt.
Kebodohan adalah salah satu hal dominan yang menjadikan manusia berpikir sempit akan bisnis dengan Allah swt. Pandangannya terbatas pada takaran materi semata dengan ruang lingkup duniawi yang sempit. Tidak heran banyak mansia yang merasa tidak perlu untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk bisnis di jalan Allah swt. Tidak jarang, jatah infak dan sedekah yang dikeluarkan selalu jatuh pada porsi sisa, uang yang kumal dan sedikit sobek.
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu bisnis yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.” (Ash-Shaff: 10-11)
Seperti itulah ajakan Allah swt untuk hamba-hamba Allah yang cerdas. Allah menawarkan Surganya keapada orang berjihad di jalan-Nya dengan segenap harta dan jiwa. Itulah kenikmatan yang di dunia ini sedikit pun tidak akan pernah menyamai nikmatnya surga. Seperti inilah rincian-rincian tentang keberadaan surga yang Allah paparkan dalam Al-Qur’an: Makanan terbaik, minuman terbaik, pasangan terbaik, tempat tinggal terbaik, buat selama-lamanya.
So, apakah tidak merasa malu dengan berharap, bahwa begitu percaya diri, bisa masuk surga hanya dengan beberapa koin, uang kumal, tenaga sisi dan prestasi kerja hanya ala kadarnya?
Sudah sepantasnya kita malu dengan teguran Allah, di dalam firmannya surah Al-Baqarah ayat 214 “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu kamu? mereka ditimpa melapetaka da kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:’Bilakah datangnya pertolongan Allah?..”
Mungkin, kita lupa bahwa keutamaan yang kita berikan kepada Allah sama sekali tidak akan mempengaruhi kemulian Allah swt. Allah sudah teramat kaya dibanding nilai apa pun di alam raya ini. Dunia ini ibarat sayap nyamuk bagi Allah swt, tidak ternilai. Justru keutamaan dan nilai yang baik dikeluarkan oleh seorang hamba akan kembali untuk hamba-hamba Allah itu sendiri. Langsung atau tertunda.
Jangan Mudah Dipermainkan Oleh Angan-angan
Merasa paling berjasa, paling banyak amal ibadah adalah salah satu di antara tanda tergiringnya seorang hamba Allah pada jurang kebinasaan. Karena disitulah mulai produktivitas kerja dakwahnya menjadi berkurang dan akhirnya mati. Ia merasa dirinya sudah cukup menjadi orang-orang yang pernah beramal, bukan menjadi orang-orang yang senantiasa beramal.
Sungguh maha bijaksana Allah dengan pelajaran yang terdapat dalam surah Al-Kahfi ayat 103 dan 104. “Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.”
Setan senantiasa menghembuskan semangat yang keliru tentang hal itu “Kamu tergolong aktivis senior, amal kamu sudah tidak lagi terhitung, begitu banyak. Tidak seorang pun bisa menyamai nilai dan jumlah amal kamu. Yakinlah, bahwa dengan prestasi itu saja, kamu pasti masuk surga. Cukup, kini saat kamu istirahat dari pentas dakwah. Saatnya junior mengambil alih beban-beban kamu. Kamu teramat mulia untuk mengerjakan program-program teknis..” begitulah kira-kira hembusan jahat setan yang terus-menerus mengintai peluang. Sejenak hamba Allah lengah, saat itu juga ia masuk. Na’udzubillah min dzalik.
Yakinlah Bahwa Balasan Allah Lebih Baik
Di dalam bisnis untung rugi adalah suatu hal yang lumrah. Kalau untung terus bisnis bisa berkembang dan terus rugi bisnis jatuh ambruk. Hitung-hitungan untung dan rugi selali berkaitan dengan urusan materi. Karena itulah ruang lingkup bisnis. Tidak akan lepas dengan yang namanya materi.
Itulah kenapa Allah swt sudah memberikan penjelasan secara rinci tentang pahala. Akumulasi pahala yang Allah berikan sebagai ganjaran buat hamba-hamba-Nya yang sukses dalam bisnis ini. Nilai tukarnya sangat jelas yaitu surga yang tergambar secara rinca dalam Al-Qur’an.
Manusia tanpa sadar sebenarnya sudah Allah berikan ganjaran di dunia ini. Namun adakah yang lebih mahal dari dunia ini daripada pasangan yang saleh dan salehah. Adakah yang lebih berharga di dunia ini daripada anak-anak yang taat kepada orang tuanya. Adakah yang lebih berharga di dunia ini dibanding ketenangan hidup bersama keimanan. Dunia menjadii miniatur surga.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 261)