“ Akhi.. Ane mau share nih sama antum sekaligus minta saran antum juga, ane lagi bingung sendiri akhir-akhir ini, ane pusing dengan amanah-amanah yang semakin hari semakin banyak bahkan numpuk..!”
Ucap seorang saudaraku ketika bertemu meluapkan sejelimet permasalahannya.
“Emang apa yang antum pusingkan akh?“ Jawabku singkat.
“Yang buat ane pusing, ane belum maksimal menjalankan amanah-amanah yang ane terima, terkadang ane malah kelimpungan dengan kewajiban-kewajiban yang malah terlalaikan. Ane sulit membagi waktu antara aktivitas dakwah di kampus dengan dakwah di sekolah (SMA) juga di rumah.“ Jawab saudaraku, dan bersiap melanjutkan luapan masalahnya.
“Ane jadi merasa sangat merugi, diluar kontribusi ane terlihat indah dan mempesona padahal dalam diri ini sangat rentan bahkan kering iman. Juga terkadang ane tidak bisa membagi waktu saat ketiga agenda dakwah ane masing-masing akan mengadakan acara, ane sulit membagi prioritas. Belum lagi banyak tugas-tugas kuliah yang juga terlalaikan, pulang ke rumah pun sering telat, akibatnya yang ane rasa sudah sangat parah adalah waktu untuk orang tua nyaris tidak ada. Sampai-sampai ane dicap orang tua so sibuk lah bahkan sampe dibilang munafik. Astagfirullah, sedih rasanya.“
Panjang lebar dijelaskanya masalah saudaraku kepadaku.
Fenomena di atas mungkin juga pernah atau bahkan sering dialami oleh para aktifis yang berkecimpung di dunia dakwah, tapi sudah mampukah kita sadar saat-saat apa yang kita lakukan itu malah membuat kita merugi akibat kelalaian-kelalaian diri kit sendiri?
Anda boleh memiliki kegiatan yang banyak, menyibukan diri dengan aktifitas positif yang beragam (mumpung masih muda), tapi apa jadinya jika Anda mengerjakan semua itu kurang maksimal? Bagaimana dengan kewajiban-kewajiban Anda? Sudahkan tertunaikan dengan sempurna? Apakah yang Anda lakukan sudah ikhlas dan sadar sepenuhnya bahwa itu merupakan dorongan yang timbul karena Anda membutuhkannya?
Sering kita sangat sibuk oleh aktifitas-aktifitas yang beragam, tapi malah lalai terhadap orang-orang terdekat kita (orang tua), lalai terhadap yang prioritas. Ibadah itu prioritas. Berbuat baik kepada orang tua itu juga prioritas. Dakwah pun prioritas.
“Nah jadi apa permasalahannya sebenarnya?” hati-hati karena ini merupakan ujian.
Memang sangat bagus semangat yang dimiliki oleh seorang aktifis seperti pada cerita di atas. Akan tetapi akan lebih baik jika menyikapi setiap kegiatan-kegiatan yang beragam dengan penuh strategi. Walaupun yang lebih baik adalah melihat skala prioritasnya.
Lakukan setiap kegiatan dengan maksimal 100%, sadari bahwa amanah yang ditunjukan untuk kita merupakan hadiah dari Allah, bahwa kita sedang diuji untuk naik level yang lebih tinggi untuk menjadi orang yang dapat dipercaya terhadap amanah. Buatlah strategi dengan melihat skala prioritas apa yang harus diutamakan jika dari beberapa kegiatan terjadi bentrok. Jangan acuhkan kewajiban ibadah karena akan sia-sia aktifitas apapun yang kita lakukan kalau kita malah melalaikan ibadah yang merupakan prioritas seorang muslim. Juga jangan abaikan bernuat baik kepada kedua orang tua karena itu juga merupakan prioritas.
“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat kebaikan) kepada kedua orang tuanya“ (QS: Al ‘Ankabut)
Sahabat muda yang selalu semangat dalam kebaikan. Dalam setiap hal, Anda harus melakukannya 100%. Ya! 100%. Bukan 90%, ataupun 99% sekalipun. Jika Anda mengerjakan kurang dari 100%, maka hasil yang akan anda dapatkan adalah 0 (nol).
Lihatlah hidup Anda, apakah anda sudah melakukan segalanya 100%? Jika tidak anda tentunya tahu sendiri apa yang terjadi pada diri Anda saat ini.
Lihatlah muslim dewasa ini, apakah mereka sudah melakukan syariat-Nya 100%? belum, dan lihat apa hasilnya. Umat Islam bagaikan buih dilautan, ya! Anda tahu buih dilautan? Bentuknya seperti apa? Apa kekuatan buih? Jangankan menjadi umat terbaik, mengendalikan diri terhadap godaan syahwat saja sering takluk. Kewajiban ibadah sering lalai, berbuat baikpun enggan.
Begitu juga dengan dakwah dan amanah anda, jika anda tidak 100% dalam menunaikannya, maka bukan keberhasilan mencetak generasi Rabbani yang akan anda dapatkan, tapi kebangkrutan, 0 ( Nol ) dan bahkan bisa minus. Maka setelah anda membaca tulisan ini, lakukanlah segalanya 100% ikhlas dalam menjalankannya dan sadar bahwa kita memang membutuhkannya, apapun itu. Atau anda tidak akan mendapatkan apa-apa.
Oleh: Dede Aris Setiadi, Tangerang Selatan
Facebook – Twitter – Blog