Ramadanku, Taubatku

Kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah SWt? Sebab manusia hanya akan bisa berakhlak baik dengan sempurna kepada yang lain, jika dia berakhlak baik kepada Allah. Namun jika kepada Allah SWT saja dia tidak berakhlak tidaklah mungkin dia akan berakhlak kepada manusia, makhluk dan alam semesta.

Berakhlak kepada Allah SWT banyak ragamnya. Diantaranya, yang pertama dan yang paling utama adalah beribadah. Dan, taubat adalah salah satu wujud ibadah dan penghambaan yang mutlak bagi orang orang yang beriman.

Apa itu taubat? Taubat berasal dari kata taaba – yatuubu – taubatan, yang artinya, pertama ar ruju’atau kembali. Asalnya tidak mau ke masjid kembali mau kemasjid, asalnya tidak mau menutup aurat kembali menutup aurat. Arti kedua adalah nadama atau menyesal. Menyesali diri yang sering mengabaikan perintah Allah SWT. Dan, arti yang ketiga adalah nawa, yang bermakna bertekad, berazam untuk memperbaiki untuk di masa yang akan datang.

Taubat secara istilah adalah kembalinya seorang hamba yang asalnya jauh kepada Allah menjadi dekat kepada Allah, dari maksiat menjadi taat, dari jahililah kepada Islam dan dari musyrik kepada tauhid.

Alasan mengapa kita harus bertaubat:

1. Taubat adalah merupakan kebutuhan manusia

Taubat adalah merupakan kebutuhan manusia, karena manusia tidak lepas dari kesalahan. Sebagaimana

Nabi Muhammad Saw bersabda : “Setiap Anak Adam pasti ada saja berbuat salah (khilaf), tetapi sebaik-baik yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat”.

Hanya saja hadits ini jangan dijadikan dalih untuk menjustisifikasi kesalahan yang sengaja dilakukan, melainkan ini adalah sebuah peringatan agar manusia berhati-hati atas segala ucapan, tingkah laku dan perbuatannya. Manusia memang tidak luput dari kesalahan, bahkan jangankan manusia pada umumnya, sampai orang bertakwa sekaliapun ada saja yang berbuat kesalahan.

Di surat Ali Imran misalnya, Allah bercerita tentang orang-orang yang berbuat kebajikan :

 “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri mereka sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui.” (QS 3:135)

Ayat tersebut menjadi dalil bahwa orang bertaqwa pun ada saja melakukan kesalahan dan kekhilafan. Tetapi dia tidak membiarkan dirinya terus melakukan kesalahan itu, dan disinilah perbedaannya. Para mukminin tidak terus asyik dalam perbuatan dosa, tapi mereka segera bertaubat kepada Allah. Jadi dengan demikian, jelaslah bahwa taubat merupakan kebutuhan kita sebagai hamba yang terus berjuang meraih derajat taqwa, sebab kita tidak pernah lepas dari segala kekhilafan dan kesalahan.

2. Taubat merupakan perintah Allah kepada seluruh orang yang beriman

Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu bertaubat kepadaNya, sebagaimana firmanNya dalam surat At-Tahriim 66:8, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”.

Dalam ayat tersebut yang diperintahkan bertaubat itu bukanlah ahlul ma’siat (orang yang senantiasa berbuat maksiat), tetapi justru kepada orang berimanlan ayat tersebut khusus ditujukan.

Ibnul Qoyyim Al Jauzy dalam  kitabnya Tahdib Madaarijis Shaalihiin, ketika mengomentari ayat ini, beliau mengatakan, ayat ini termasuk ayat madaniyah dimana yang menjadi objek pembicaraan (khitob) didalamnya adalah orang beriman yang sudah teruji keimanannya. Ayat ini ditujukan bagi mereka, orang-orang yang sudah berhijrah dan berjihad. Padahal hijrah itu sendiri bukanlah perkara yang ringan, bahkan teramat sangat berat dan menunjukkan kedalaman keimanan mereka kepada Allah Swt. Mereka harus meninggalkan  rumah , keluarga dan sanak saudara. Diantara mereka ada yang meninggalkan perniagaan, ladang, perkebunan peternakan dan harta benda mereka menuju Madinah tanpa mengetahui kehidupan seperti apa yang menanti mereka disana. Namun dengan berbagai pengorbanan dan keimanan yang teruji itu, mereka masih diperintahkan untuk bertaubat. Demikianlah patut kita sadari bahwa taubat itu bukanlah hanya bagi mereka yang sering melakukan  maksiat, tetapi juga merupakan perintah bagi seluruh orang beriman.

3. Rasulullah Saw sebagai teladan orang-orang beriman adalah Imaam at Tawwabiin (pemimpin orang-orang yang bertaubat)

Rasul yang wajib kita ikuti, beliau tidak pernah kurang dari 70-100 kali beristigfar dan bertaubat dalam sehari. Dalam hadits riwayat Bukhari beliau berkata: “Demi Allah aku bertaubat dan beristighfar dalam sehari lebih dari 70 kali”. Demikianlah Rasulullah yang ma’sum, yang dosanya sudah diampuni dan selalu melaksanakan perintah Allah, dalam sehari tidak kurang dari 70 kali beristighfar dan memohon ampun kepada Allah. Dalam riwayat yang lainnya , yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw juga bersabda, “Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah. Dan sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari 100 kali”.

Lalu bagaimanakah dengan diri kita, dengan maksiat yang kita lakukan yang tidak terhitung jumlahnya serta dosa yang terus menumpuk dari hari kehari? Patutlah kita terapi diri kita yang berdosa ini dengan banyak-banyak beristighfar dan bertaubat.

4. Allah mencintai orang-orang yang bertaubat

Dan ini Allah sendiri yang mengatakannya, sebagimana firmanNya dalam surat Al-Baqoroh ayat 222 :

 “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.

Maka jika mau dicintai Allah SWT, bertaubatlah. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan sungguh Allah merasa gembira ketika menerima taubat hambanya. Dimana kegembiraan-Nya ini melebihi kegembiraan seorang musafir yang kehilangan untanya, yang meski sudah ia cari kemana-mana tetapi tidak ketemu. Dan ketika sudah merasa lelah kemudian dia duduk, lalu dengan ajaibnya untanya tadi datang dengan sendirinya. Begitulah kegembiraan Allah saat menerima taubat dari hambaNya, melebihi kegembiraan sang musafir tadi.

Allah sangat senang dan bergembira jika ada hamba-Nya yang bertaubat. Allah sangat cinta ketika seorang hamba menangis di malam hari, mengadukan masalahnya kepadaNya, dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya. Bahkan dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa Allah membentangkan ampunanNya di malam hari untuk mengampuni taubat seorang hambaNya yang berbuat salah di siang hari. Dan Allah membentangkan ampunanNya di siang hari untuk mengampuni dan menerima taubat hambaNya yang melakukan kesalahan di malam hari. Dan demikianlah ampunan yang Allah berikan, hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya (kiamat).

Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk menunda-nunda taubat. Sebagai manusia kita sering khilaf dan salah, dan oleh karenanya taubat adalah kebutuhan. Sebagai orang beriman, taubat merupakan perintah yang Allah berikan untuk kita. Sebagai seorang muslim, kita wajib mengikuti Rasul yang dalam sehari tidak kurang dari 100 kali bertaubat. Dan sebagai hamba yang mendamba cintanya, kita pahami bahwa Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertaubat.

Maka tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak bersegera memperbanyak istighfar dalam waktu-waktu yang kita miliki. Di bulan Ramadhan yang mulia ini, sungguh merugi kita yang tidak memanfaatkan rizqi bulan pengampunan yang kita miliki saat ini dengan tidak memanjaatkan permohonan ampun dan taubat kepada-Nya.

Oleh: Aqil Azizi, IMUSKA, Korea Selatan