Riya’ adalah berbuat baik karena orang lain.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa.’ Maka barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia berbuat kemusyrikan sedikitpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al Kahfi, 110)
Ayat ini menunjukkan bahwa amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila memenuhi dua syarat:
- Ikhlas semata-mata karena Allah, tidak ada syirik di dalamnya sekalipun syirik kecil seperti riya’.
- Sesuai dengan tuntunan Rasulullah, karena suatu amal disebut shalih jika ada dasar perintahnya dalam agama.
Ayat ini mengisyaratkan pula bahwa ibadah itu tauqifiyah, artinya berlandaskan pada ajaran yang dibawa Rasulullah, tidak menurut akal maupun nafsu seseorang.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu dalam hadits marfu’, bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Aku adalah sekutu Yang Maha cukup sangat menolak perbuatan syirik. Barang siapa yang mengerjakan amal perbuatan dengan dicampuri perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan ia bersama perbuatan syiriknya itu.” (HR. Muslim)
Ini adalah masalah yang penting sekali, yaitu : pernyataan bahwa amal shalih apabila dicampuri dengan sesuatu yang bukan karena Allah, maka tidak akan diterima oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Hal itu disebabkan karena Allah Subhanahu wata’ala adalah sembahan yang sangat menolak perbuatan syirik karena sifat ke Maha cukupanNya. Sebab yang lain adalah karena Allah Subhanahu wata’ala adalah sekutu yang terbaik.
Penjelasan tentang riya dengan menggunakan contoh sebagai berikut : seseorang melakukan shalat karena Allah, kemudian ia perindah shalatnya karena ada orang lain yang memperhatikannya.
Diriwayatkan dari Abu Said Radhiallahu’anhu dalam hadits marfu’ bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, “Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu yang bagiku lebih aku khawatirkan terhadap kamu dari pada Al Masih Ad Dajjal?”
Para sahabat menjawab, “Baik, ya Rasulullah.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, “Syirik yang tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan shalat, ia perindah shalatnya itu karena mengetahui ada orang lain yang melihatnya.” (HR. Ahmad)
Beramal untuk Dunia adalah Syirik
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasaanya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan, mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud, 15 –16)
Ayat ini menjelaskan tentang hukum orang yang motivasinya hanya kepentingan dan keni’matan duniawi, dan akibat yang akan diterimanya baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Dalam Shahih Al Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, “Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba khamishah, celaka hamba khamilah, jika diberi ia senang, dan jika tidak diberi ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah ia, apabila terkena duri semoga tidak bisa mencabutnya, berbahagialah seorang hamba yang memacu kudanya (berjihad dijalan Allah), dengan kusut rambutnya, dan berdebu kedua kakinya, bila ia ditugaskan sebagai penjaga, dia setia berada di pos penjagaan, dan bila ditugaskan digaris belakang, dia akan tetap setia digaris belakang, jika ia minta izin (untuk menemui raja atau penguasa) tidak diperkenankan([2]), dan jika bertindak sebagai pemberi syafa’at (sebagai perantara) maka tidak diterima syafaatnya (perantaraannya) .”
Khamishah dan khamilah adalah pakaian yang terbuat dari wool atau sutera dengan diberi sulaman atau garis-garis yang menarik dan indah. Maksud ungkapan Rasulullah dengan sabdanya tersebut ialah untuk menunjukkan orang yang sangat ambisi dengan kekayaan duniawi, sehingga menjadi hamba harta benda. Mereka itulah orang-orang yang celaka dan sengsara.
Motivasi seseorang dalam amal ibadahnya, yang semestinya untuk akhirat malah untuk kepentingan duniawi,termasuk syirik dan menjadikan pekerjaan itu sia-sia tidak diterima oleh Allah. Manusia Muslim disebut sebagai hamba dinar, hamba dirham, hamba khamishah dan khamilah, jika menjadikan kesenangan duniawi sebagai tujuan.
Tidak diperkenankan dan tidak diterima perantaraannya, karena dia tidak mempunyai kedudukan atau pangkat dan tidak terkenal ; soalnya perbuatan dan amal yang dilakukannya diniati karena Allah semata.