Mesir dalam pimpinan Abdul Fattah al-Sisi telah kembali ke jaman primitif. Adalah Kementerian Waqaf melakukan kampanye untuk memusnahkan kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Dan mulailah media massa mentasywih ijtihad, fikrah, taqrir, dan amal ishlahi serta jihadi yang dilakukan beliau sebagai rasionalisasi atas pemusnahan atau pembakaran yang dilakukan.
Tindakan Kementerian Waqaf tersebut bukanlah tindakan yang mencerminkan budaya dan peradaban. Jelas tindakan tersebut adalah bentuk “hamajiyyah”. Kalau yang melakukan kaum musyrikin Tatar dengan memusnahkan semua kitab ulama di Baghdad masih dapat dimaklumi. Karena mereka kaum yang primitif dan tak kenal peradaban. Begitupun yang dilakukan kaum kafirin Nashara saat mereka berhasil menaklukkan Andalusia. Mereka musnahkan atau bakar kitab-kitab warisan pengembangan peradaban selama delapan abad. Kita masih dapat maklum karena Eropa saat itu masih dalam abad kegelapan. Sehingga tak bisa menghormati dan menghargai ilmu pengetahuan dan peradaban.
Tapi sungguh aneh dengan Mesir. Mereka menyebut Mesir dengan “ummud dunya” (induk dunia). Juga mengklaim sebagai “ka’batul ‘ilmi (pusat ilmu pengetahuan). Tetapi sikapnya pada ilmunya Ibnu Taimiyyah justru mencerminkan “hamajiyyah” dan terorisme yang menargetkan penghancuran secara tak masuk akal.
Sesungguhnya pemusnahan atau pembakaran kitab-kitab Ibnu Taimiyyah bukan hal baru. Sebelumnya Amir Abdul Qadir al-Jazairi pernah melakukan hal yang sama. Tapi sang amir wafat tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga sebagian besar kitab-kitab peninggalan sang imam. Dan kitab-kitab itu kemudian menjadi warisan khazanah yang bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan umat dan formulasi ijtihad yang mencerahkan.
Di sini ada satu nuqthah yang harus selalu diingat oleh generasi muslim sekarang dan akan datang. Bahwa sebagian Salafiyyun yang membela kudeta al-Sisi akan menanggung dosa keburukan yang terjadi di Mesir. Kebencian tak rasional pada al-Ikhwan, kebodohan pada manhaj ahlus sunnah, serta kebodohan terhadap realitas dan plan musuh adalah penyebab utama penyimpangan mereka dalam politik.
Sekarang kitab-kitab Ibnu Taimiyyah di bakar. Bukan hanya berhenti sampai di situ. Tetapi kitab-kitab ulama-ulama salafiyyun kontemporer pun ikutan dilarang dan dibakar. Disebutkan bahwa kitab-kitab Muhammad bin Abdul Wahhab, Ibnu Baz, dan Ibnu ‘Utsaimin termasuk yang dibakar atau dilarang. Bahkan juga kitab-kitab dan kaset-kaset ceramah ulama salafi Mesir seperti Abu Ishaq al-Huwaini dan Muhammad Hassan tak ketinggalan untuk dibreidel, dilarang, dan dimusnahkan.
Adapun kitab-kitab Hasan al-Banna, Sayyid Quthub, Yusuf al-Qaradhawi, serta semua adabiyyat yang dihasilkan ulama, pemikir, dan pimpinan al-Ikhwan maka ceritakanlah dan tak ada dosa. Kitab-kitab mereka menjadi target teratas untuk dibasmi dan dimusnahkan dari seluruh wilayah negara Mesir.
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.
Baca: Pemerintah Mesir Larang Buku-buku Karangan Ulama Salafi