Beberapa waktu yang lalu sempat kelimpungan menghadapi sahabat sekaligus saudara yang tak kunjung move on dari masalahnya. Sepele namun baginya langit serasa runtuh menimpa kelapanya. Melihat orang lain lebih beruntung darinya. Merasa hidupnya paling menderita. Itu semua hanya karena satu hal, PHP. Yap, dia merasa diberi harapan palsu oleh seseorang.
Beberapa bulan yang lalu dia berkenalan dengan seorang laki-laki. Baik budinya, santun perangainya. Kebetulan keduanya bekerja pada bidang yang sama. Jadi apapun yang mereka obrolkan selalu nyambung. Ibarat tutup bertemu dnegan botol. Sudah paslah.
Suatu ketika di laki-laki ini ijin untuk bertamu kerumah. Hanya sekedar bertamu tanpa maksud apapun. Tapi bagi si perempuan ini seperti sebuah sinyal menuju hubungan yang lebih baik. Saudara saya itu memberikan ijin.
Datanglah si laki-laki ke rumahnya. Mereka ngobrol kesana kemari. Asik sekali. Besok-besoknya, hampir setiap hari si laki-laki menghubunginya via sms atau WhatsApp, obrolan mereka pun terus berlanjut. Kedekatan terus terbangun antara keduanya. Namun tidak ada kejelasan. Ya hanya sekedar dekat namun tidak jelas mau apa. Saudara saya itu terlanjur menaruh harapan, padahal si laki-laki entah bisa diharapkan atau tidak.
Hingga tiba masa keduanya memasukki umur siap menikah. Sahabat saya itu merasa ada hubungan spesial antara keduanya. Ada sedikit harapan untuk benar-benar bersatu, bukan hanya sekedar berteman dan selesai. Mau bertanya, takut tidak sopan dan ahsan. Sedang Si laki-laki entah, tidak pernah memberikan kejelasan.
Sahabat saya ingin segera menikah. Namun diwaktu yang sama dia bingung, seperti apa kejelasan hubungan antara keduanya. Benih harapan itu telah menyubur dan berkembang. Beberapa orang menawarkan diri untuk mencarikan calon, namun tidak kunjung ada yang pas. Sahabat saya itu juga masih belum rela bila harus bersanding dengan orang lain.
Waktu berlalu hanya untuk menekuri hal-hal yang tidak jelas. Banyak yang menyarakan untuk memperjelas, namun pada kenyataannya tidak ada yang abu-abu. Si laki-laki tidak pernah sekalipun menjanjikan pelaminan kepadanya.
Hal yang bisa kita ambil dari kisah diatas adalah, salah fokus. Terlalu melihat apa yang belum menjadi rejekinya. Padahal di waktu yang sama ada banyak hal yang bisa dikerjakan. Ada begitu banyak masalah ummat yang harus diselesaikan. Lupa bahwa ada banyak hal yang sedang Allah persiapkan untuknya. Hingga tibalah waktu itu, saat dia meletakkan semuanya. Memasrahkan semuanya kepada Allah. Berpaling dari apa yang selama ini dia fokus kepadanya. Allah memberikan rejeki yang selama ini ditunggunya. Seorang laki-laki baik, yang tanpa pendekatan berlebihan, datang dengan niat baik. Semua itu hanya berjarak tidak sampai satu bulan semenjak dia kembalikan semuanya kepada Allah.
Sering kita seperti itu, terlalu fokus dengan satu hal namun melupakan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Tidak mau melepaskan satu hal, padahal sudah jelas itu tidak manfaat untuk kita. Hanya takut kehilangan dan tidak ada yang datang lagi. Kita terlalu fokus dnegan apa-apa yang akan kita lepaskan. Menganggap itu paling baik, lupa bahwa Allah yang lebih tahu yang terbaik untuk ummatnya. Padahal Allah sudah berjanji, bahwa melepaskan apa-apa dengan diniatkan untuk Allah, maka Allah akan menggantinya dengan ganti yang lebih baik.
Maka, sejak saat ini mari sama-sama berjanji untuk mendahulukan Allah atas niat-niat yang ada dalam hati.