Khandaq itu melegenda. Mulanya, muslimin akan dijepit oleh musuh dari dua kubu. Kafir Quraisy dan Yahudi Madinah. Dalam peta makar musuh, muslimin sudah pasti kalah. Muhammad mulia dan sahabat-sahabatnya akan hancur. Maka, monumentallah seorang Salman Alfarisi, sang pencari kebenaran dari Persia. Mulanya ia hanya penjaga api sebagai sesembahan, lantas berkelana hingga melewati Mosul, Asibin, Amuria dan sampailah di tanah diantara bebatuan hitam yang ditumbuhi kurma (Madinah).
Kemudian, perang parit (khandaq) adalah bukti kecerdasannya. Sebelum laga, ia mengelilingi kota bersama para mujahid lainnya. lalu timbullah ide yang kemudian disampaikan kepada nabi.
Nabi pun menerima usul brilian sang pencari kebenaran itu. Dibuatlah parit. Sebuah strategi sangat baru yang belum pernah dijumpai dalam sejarah peperangan bangsa Quraisy. Maka, Salman, nabi dan seluruh penduduk madinah bersinergi padu dalam ketaqwaan dalam rangka mempertahankan tegak tingginya kalimat Allah.
Di awal, musuh telah membuat makar, tapi mereka tidak tahu bahwa yang terbaik makarnya adalah Allah. Dalam berbulan-bulan pasukan penyerbu yang dikomandoi oleh Abu Sufyan itu tak bisa menembus Madinah. Mereka bertahan berbulan-bulan di padang pasir. Sampai akhirnya, ketika keadaan mereka sudah payah yang bertambah-tambah, Allah menurunkan angin besar untuk meluluhlantakkan mereka.
Musuh pergi. Takbir bergemuruh. Dan sekarang, ketika masa itu telah berlalu lebih dari seribu empat ratus tahun lamanya, Salman masih abadi dalam ingatan para pecinta kebenaran.
Akhirnya, Salman dan paritnya adalah inspirasi bagi siapapun yang mau berpikir. Ia telah menghadirkan sebuah ide yang sangat kreatif yang belum pernah ada sebelumnya.