Tadi sore, tepat seusai melaksanakan sholat Ashar ada sebuah panggilan masuk dari seorang sahabat yang tinggal di Jakarta. Sebuah kabar duka ia sampaikan kepada saya. Ia mengatakan bahwa salah seorang saudara kami meninggal dunia beberapa waktu yang lalu. Ia meninggal karena penyakit yang sudah lama diderita. Seketika itu juga berbagai perasaan berkecamuk dalam diri saya, antara kaget dan tidak percaya. Saya mengulang kembali apa yang telah beliau sampaikan untuk memastikan apa yang saya dengar adalah benar. Benar saja, seorang saudara dalam rahim keimanan telah meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi Raji’un.Allahummaghfir lahu, warhamu, wa’aafhi, wa fu’anhu.
Namanya adalah Fiqhi Dhiya’ul Haq. Salahsatu orang yang memiliki kepribadian yang baik dan kontribusi yang bermanfaat semasa hidupnya. Saya pertama kali mengenalnya saat mengikuti dauroh penyambutan Mahasiswa baru, lima tahun yang lalu. Ia adalah sosok yang mudah bergaul dengan siapa saja, ramah dan berwawasan luas. Di pertengahan tahun kedua perkuliahan ia di amanahi sebagai ketua Ikatan Mahasiswa Muslim Anggaran (IMMA), sebuah amanah yang tidak semua orang mampu mengembannya. Ia merupakan salah satu mentor bagi junior-juniornya. Saya menyaksikan bahwa ia adalah orang yang baik. Di akhir tingkat tiga beliau mulai sering batuk-batuk yang tak kunjung berhenti, ketika di periksa oleh dokter, ia di diagnosis terkena penyakit Tumor Paru-paru. Setelah beberapa kali mengikuti pengobatan dan berbagai terapi kondisinya kian membaik. Namun dua pekan yang lalu beliau dikabarkan kembali masuk ke Rumah sakit, dan sore ini beliau telah medahului kita untuk bertemu dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Saudaraku, semoga Allah berkenan mengumpulkan kita di Surga-Nya kelak, insyaAllah. Saudaraku semoga Allah memberikan tempat terbaik disisi-Nya dan balasan yang terbaik atas amal kebaikan yang telah kau lakukan semasa hidupmu. Saudaraku, Semoga keluarga yang telah kau tinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan atas kepergianmu. Saudaraku kepergianmu telah mengingatkan kami bahwa kehidupan di dunia ini adalah fana, dunia adalah tempat sementara bukan selama-lamanya. Layaknya sebuah bangunan pasti akan ada saatnya untuk roboh begitu juga dengan kita, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan sampai waktunya untuk mati sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala didalam Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 55 bahwa “Semua yang ada di bumi akan binasa”. Tidak ada satupun yang bisa lari dari kebinasaan ini kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kematian yang tidak ada satupun mampu menghindar saat ia tiba. Kematian yang memutuskan segala kelezatan dan angan-angan semu. Saat dimana tidak berguna lagi tangisan dan penyesalan.
Saudaraku, semoga kami yang masih diberikan kesempatan hidup ini teringat kembali Hadist Rasululloh Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang telah diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah bahwa “Orang yang berakal adalah orang yang menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Dan orang bodoh adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”,Sehingga kami bersemangat untuk beramal sebanyak-banyaknya demi kehidupan setelah kematian. Kepergiamu membuat kami teringat kembali betapa masih sedikitnya amal-amal kebaikan yang sudah kami lakukan dan betapa menggunungnya dosa-dosa yang pernah kami perbuat. Kamipun kembali tersadar bahwa tidak ada sesuatu yang patut di sombongkan dan di bangga-banggakan.
Saudaraku, mungkin saat ini Allah telah menghamparkan permadani dan membentangkan pakaian dari syurga untumu. Namun kami tidak tahu bagaimana nasib kami nanti, mungkin saat ini kami masih sibuk dan ada dalam lingkaran kebaikan tapi bagaimana dikemudian nanti? Semoga Allah berkenan memberikan keistiqomahan kepada orang-orang yang telah Allah tunjukkan jalan kebaikan kepadanya. Saudaraku, kami hafal betul Bahwa Tuhan Kami adalah Allah, Agama kami adalah Islam dan Nabi kami adalah Rasululloh Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, tapi mungkinkah kami sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh Malaikat Munkar dan Nakir kelak?
Saudaraku,Kami tidak tahu sosok apakah yang akan menemani kami di alam kubur nanti, apakah sosok yang Rupawan lagi menyenangkan ataukan sesosok yang Buruk lagi menakutkan, na’udzubillahi min dzalik.Kamipun tidak tahu akan diletakkan dimanakah kami, di Syurga atau di Neraka. Namun kami berdoa agar Allah meridzoi aktivitas-aktivitas kebaikan kita sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkenan menempatkan kita di surga-Nya, bertetangga dengan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan mendapatkan kenikmatan tertinggi yaitu melihat wajah Allah Subhanahu Wa Ta’ala di Syurganya kelak. InsyaA llah.
Terakhir, bagi pembaca yang budiaman izinkah saya kembali mengingatkan diri pribadi dan semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian, Ber-SYUKUR-lah atas apa yang telah Allah KARUNIA-kan, AMAL-kan apa-apa yang telah menjadi KEWAJIBAN-mu, TAKUT-lah kepada Dzat Yang Maha Tinggi, dan Ber-SIAP-SIAP-lah untuk menghadapi saat dimana RUH berpisah dengan JASAD.
Wallahu a’lam bish Shawab.