Berpakaian apakah kita hari ini? Sudah baguskah pakaian yang kita gunakan? Terlebih ketika digunakan untuk menghadap sang Maha Raja, raja di atas segala raja. Bukankah ketika kita ingin menghadap orang penting atau pejabat yang berpangkat katakanlah bupati, gubernur atau presiden, kita akan menggunakan pakaian yang bagus?
Sebagus-bagusnya pakaian adalah pakaian yang digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Pakaian yang digunakan ketika berinteraksi dengan-Nya di dalam sholat. Pakaian itulah yang akan menjadi saksi kelak atas sang pemakai yang telah menggunakannya dalam rangka mengabdi kepada-Nya.
Pakaian yang terlebih bagus dari pakaian yang digunakan untuk beribadah yakni pakaian taqwa. Sudahkan kita menggunakan taqwa pada rutinitas keseharian?
Taqwa dalam arti selalu menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Taqwa inilah yang akan berbuah surga. Satu tempat yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap manusia sebab disanalah terdapat kenikmatan abadi dan kekal.
Layaknya pakaian di dunia. Jikalau kita tidak memakainya maka akan membuat manusia malu kecuali orang yang sudah memiliki rasa malu maka jika dia tak memakai pakaian terasa biasa-biasa saja. Sama halnya dengan pakaian taqwa jika seseorang tidak memakai pakaian taqwa maka dia akan merasa malu kepada sang pemilik bumi dan langit sebab dia tidak dapat mempersembahkan ibadah terbaik untuk-Nya.
Salah satu tujuan diciptakanya manusia yakni untuk beribadah kepada-Nya, seperti yang tertuang di dalam kitab cinta-Nya surah Adz Dzariyat ayat 56.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepadaKu”
Dengan pakaian taqwa itulah manusia menyembah sang Kholiq dengan berbagai ibadah dan kebaikan. Semakin banyak ibadah dan kebaikan yang dilakukan maka akan semakin mempercantik dan memperindah pakaian taqwa yang dikenakan.
Pakaian taqwa ada pada diri manusia. Manusia sendirilah yang akan menentukan dia memakai pakaian taqwa atau tidak? Jika pakaian itu dia pakai maka dia akan berada pada jalan kebenaran yang akan mengantarkan kepada sebaik-baiknya tempat. Namun, jika dia tidak mau atau masih enggan untuk memakainya maka bersiap-siaplah sebab dia sedang berada pada jalan yang sesat. Jalan yang akan menunjukkan kepada seburuk-buruk tempat.
Tak usah repot-repot untuk membeli pakaian taqwa. Sebab, pakaian tersebut tidak untuk diperjualbelikan. Berputar-putar pasar pun tak akan menemui pakaian taqwa, jikalau menemui pakaian taqwa di pasar, itu hanya pakaian yang bermerkkan taqwa bukan pada arti yang sebenarnya pakaian taqwa.
Jika bukan ketaqwaan, apakah yang mampu kita persembahkan kepada-Nya? Tak sadarkah diri ini yang hina, kecil, rendah dan tak memiliki apa-apa.
Dengan memakai pakaian taqwa itulah yang akan membuat sang pemakai merasa tercukupi dengan berbagai hal yang dia miliki. Dia akan bahagia dengan pakaian taqwanya. Dia akan tetap beribadah dalam kondisi apapun. Pada saat ditengah-tengah orang ataupun sendirian.
Pakaian taqwa akan menuntun manusia lebih mengenal-Nya. Membimbing manusia untuk selalu berbuat kebaikan. Mengarahkan manusia menuju jannah-Nya. Tak kuasakah kita memakainya?
Terlalu susahkan pakaian taqwa itu digunakan? Ataukah diri ini yang masih merasa bangga sehingga tak mau memakainya?
Kita akan merasa lebih dekat dengan-Nya saat kita menggunakan pakaian taqwa. Segala urusan dunia pun jika dikerjakan dengan memakai pakaian taqwa akan terasa mudah atas pertolongan-Nya.
Semua orang pasti ingin memakai pakaian taqwa. Namun, tak semua orang sadar akan pakaian taqwa yang ada pada dirinya masing-masing. Masih banyak yang tak menyadari bahwa dirinya memiliki pakaian taqwa sehingga melupakan dirinya untuk beribadah dan mendekati-Nya.
Jikalau ingin terlihat rupawan maka kita akan menggunakan pakaian yang indah. Tapi, apakah pakaian dunia itu akan kita bawa kelak pada saat nyawa ini terpisah dengan jasad? Pakaian dunia ketika nafas ini berhenti berhembus maka tak akan berguna jika dikenakan, hanya beberapa helai kain yang akan menemani manusia mengarungi kehidupan setelah kehidupan di dunia.
Pakaian taqwa akan tetap menemani orang yang memakainya walaupun sang diri sudah tidak menyatu lagi dengan ruh. Pakaian itu akan tetap terpakai rapi dan membersamai sang pemiliknya untuk melalui serangkaian episode-episode sebelum memasuki hari perhitungan dan hari pembalasan.
Ridho-Nya akan diberikan kepada orang yang memakai pakaian taqwa. Bukankah keridhoan-Nyalah yang selama ini diharapkan oleh manusia? Dengan ridho-Nya itulah manusia mampu tersenyum setelah melalui proses sebelum menyeberangi titian siratul mustaqim. Jembatan yang tidak semua orang mampu melewatinya. Apabila mampu melewatinya maka tempat terindah sebagai kadonya. Sebaliknya, apabila tak mampu dan terjatuh maka tempat terburuk sebagai hadiahnya.
Sejak sekaranglah kita gunakan pakaian taqwa yang telah dimiliki masing-masing untuk mempersiapkan diri agar kelak tak menyesal. Apalah artinya sebuah penyesalan jika diri ini sudah tak mampu lagi menyembah-Nya? Tak ada kata terlambat untuk menggunakan pakaian taqwa sebab selagi nafas masih berhembus dan nadi ini masih terdenyut manusia masih bisa melakukan kebaikan-kebaikan dan berbagai ibadah dengan menggunakan sebagus-bagusnya pakaian.
Mari, kita gunakan pakaian taqwa masing-masing untuk meraih keridhoan-Nya. Bukankah kita berharap akan mendapatkan hadiah terindah dari-Nya berupa surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya?
“(yaitu) surga ´Adn yg mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya” (QS. Thaha ayat 76)