Waktu itu, aku merasa ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku terbangun dan melihat jam di hp, ternyata sudah shubuh. Rasanya masih lelah sekali, semalaman lembur belajar untuk ujian tes praktikum OTK. Malam itu aku belajar mati-matian karena sudah 4 kali tes, dan hasilnya selalu gagal, hari ini adalah tes terakhir. Maklumlah karena tes tersebut mengharuskan benar 100%.
Aku mendengar suara di luar kamar yg sudah tidak asing lagi bagiku.
“Ada sripah (lelayu)..” Kata ibu
“Siapa bu?” Tanyaku sedikit penasaran.
“Enggar..” Jawab ibu.
Enggar..?! Ada perasaan sedikit kaget muncul di hatiku. Terasa ada kilat yang sedang menyambar-nyambar alam bawah sadarku. Secepat itukah?
Enggar adalah saudaraku yang ada di Surabaya, aku masih ingat dulu sewaktu kecil, kami sering bermain bersama saat Enggar tinggal di rumah nenek. Beliau 2 tahun lebih tua dariku. Mungkin jika tadi ibu mengabarkan Enggar menikah atau apa, aku akan anggap itu hal yang lumrah, karena seumuran beliau memang sudah waktunya. Tapi bukan fase pernikahan yang dilewatinya, melainkan fase kematian. Masya Allah.
Aku masih gemetar ketika mengingat itu, apalagi ketika melihat tumpukan buku-buku kuliah di depanku.. Apa yang selama ini aku lakukan?
Betapa sungguh lengahnya aku, Tersadar bahwa akhir-akhir ini aku terlalu fokus pada ujian dan hampir waktuku habis hanya untuk mempersiapkannya, sedangkan dalam waktu yang bersamaan itu maut selalu mengincarku di manapun aku berada, tidak peduli usia maupun kondisi. Apa yang akan kukatakan padaNya nanti jika bertemu, jika kesempatan yang telah diberikan olehNya belum cukup teroptimalkan.
Tidak ada yang menjamin kita akan selamat di akhirat nanti. Kita tidak tau nasib kita. Siapa yang dapat menolong kita di sana kelak? Teman? Orang tua? Sahabat? Tidak ada, kecuali rahmat dari Allah.
Perjalanan sangat panjang sedangkan di akhir perjalanan nanti hanya ada 2 pemberhentian, Surga dan Neraka. Masya Allah. Yang jelas kita tidak tau kapan kita akan mati. Bisa jadi setahun lagi? Sebulan? Seminggu? Bahkan jam ini? Wallahua’lam. Sudahkah kita siap menghadapi kematian? Kita hanya menunggu waktu giliran.
Selamat jalan saudaraku. Semoga kau mendapatkan tempat yang indah di sisiNya.. Allohumaghfirlahu..
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”. (Al Jumu’ah – 08)
“Aku Heran kepada orang yang mengejar dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tau apakah Tuhannya ridho atau murka terhadapnya”
(Salman Al Farisi / Az Zuhd, Imam Ahmad)
“Ya Rabb, janganlah kau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah kau berikan petunjuk kepada kami..”
Di pelataranMu, September 2007
Haizum Husain As Sulaiman