Namanya adalah Abdurrohim, lahir dari keluarga pedagang yang taat beragama. Ia adalah seorang lulusan SMA yang merantau ke Kalimantan untuk mencoba memperbaiki nasibnya. Orangtuanya memberikan bekal uang yang cukup banyak, berharap agar anaknya bisa menjadi pedagang sukses di kota seberang. Namun berbeda dengan apa yang diharapkan oleh kedua orangtuanya, Abdurrohim ingin menjadi seorang pegawai, pegawai swasta ataupun PNS, maklum saat itu orang-orang beranggapan bahwamenjadi pegawai lebih enak daripada menjadi pedagang. Akhirnya Abdurrohim melamar ke berbagai perusahaan di Kalimantan. Suatu saat ada sebuah surat yang tertuju kepadanya. Dalam surat itu diberitahukan bahwa ia dinyatakan lolos tes administrasi dan tes pendahuluan lainnya, untuk itu ia diminta menghadap kepada pimpinan perusahaan itu untuk melakukan wawancara akhir. Pada hari yang sudah ditentukan, dengan penuh semangat ia bergegas ke tempat wawancara. Setelah melihat hasil tes dan penampilan Abdurrohim, sang pimpinan perusahaan cukup yakin dengan kemampuan beliau. Namun sebelum mengakhiri sesi wawancara, pimpinan perusahaan mengatakan bahwa untuk bisa masuk ke perusahaan ini Abdurohman harus membayar sejumlah uang yang akan disetorkan kepada para pimpinan yang lain. Abdurrohim kaget dan terdiam beberapa saat, namun dengan yakin ia segera menjawab bahwa ia tidak bersedia walau satu rupiah.
Benar saja, saat hari pengumuman tiba, Abdurrohim dinyatakan tidak lolos menjadi pegawai diperusahaan tersebut. Ia tidak patah semangat, ia ingat wasiat orangtuanya, daripada dipakai untuk menyuap agar bisa menjadi pegawai, lebih baik uang yang ia miliki digunakan untuk menjalankan usaha sendiri. Abdurrohim juga khawatir jika ia tetap memaksakan diri menjadi pegawai diperusahaan itu dengan memenuhi syarat yang diminta pimpinan perusahaan tadi, penghasilan yang kelak ia peroleh tidak barokah.
Singkat cerita dengan modal yang dulu dibekali oleh orang tuanya, Abdurrohim membeli beberapa hektar tanah di pinggiran kota Samarinda. Saat itu harga tanah disitu memang masih murah. Pada awalnya ia hanya memanfaatkan tanahnya untuk ditanami pohon dan sedikit sayur-sayuran, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Abdurrohim mengandalkan penghasilan dari kerja serabutan. Ia mengalami kehidupan yang sulit hingga pada tahun 2008 ada sebuah perusahaan batubara yang menawar tanahnya seharga 800 juta rupiah, karena pada beberapa titik pada tanah yang ia miliki terdapat kandungan batu bara yang cukup besar. Akhirnya ia menjual sebagian tanahnya kepada perusahaan batubara itu. Dari uang yang diperoleh, ia membangun 10 unit rumah petak pada tanah yang masih ia miliki. Dari sepuluh kontrakan yang ia miliki saja, tiap bulan ia medapat pemasukan bersih sebesar 8 juta rupiah. Penghasilan yang jauh lebih tinggi daripada ia menjadi pegawai di perusaan tadi.
Dari kisah diatas saya teringat kisah tentang Nabi Yusuf AS, saat beliau dihadapkan dengan berbagai cobaan yang berat. Salah satunya adalah cobaan saat beliau digoda oleh istri penguasa mesir saat itu. Namun beliau lebih memilih penjara dan memilih apa yang di sisi Allah sehingga Allah menggantikannya dengan ganti yang lebih baik. Sebagaimana telah Allah abadikan dalam Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 33 :
“Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku dan jika tidak Engkau hindarkan aku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk memenuhi (keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”
Karena sikap Nabi Yusuf itulah Allah SWT membalas kesabarannya dengan balasan yang lebih baik di kemudian hari. Terlebih mengingat bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat yang meninggalkan keluarga, harta dan seluruh kekayaannya untuk berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Perjalananan yang jauh, sulit, serta pengorbanan yang besar mereka lakukan demi memenuhi seruah Allah dan RasulNya. Dan kita semua tahu apa balasan dari pengorbanan mereka. Allah SWT telah memberikan balasan terbaik untuk Rasulullah SAW dan sahabatnya. Balasan yang saat ini kita masih bisa merasakan balasan dari Allah SWT atas kesabaran Rasulullah SAW dan para sahabat tersebut. Balasan berupan nikmat Islam yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunia.
Dari hijrahnya Rasulullah SAW, kisah Nabi Yusuf AS serta pengalaman Abdurrohim tentu ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil, salah satunya adalah barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari pada hal tersebut. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abi Qotadah dan Abi
Dahma’ bahwa mereka berdua berkata: “Kami mendatangi seorang lelaki dari kampung dan kami berkata kepadanya,‘Apakah anda mendengarkan sesuatu dari Rasulullah SAW, kemudian dia menjawab: Ya aku pernah mendengarkan beliau bersabda bahwa sesungguhnya tidaklah engka meninggalkan sesuatu karena Allah Azza Wa Jalla kecuali Allah akan menggantikan bagimu apa yang lebih baik dari perkara tersebut bagimu”.
Di dalam Al-Qur’an Surat An Nahl ayat 97 Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Kehidupan yang baik itu bisa berupakebahagiaan, rizki yang halal dan baik, kehidupan di surga maupun kenikmatan melakukan ibadah di dunia. Semoga kita bisa meraihnya, insyaAllah.