Sesuatu yang Paling Ringan

Seorang ulama berkata, “Tahukah kalian sesuatu yang paling ringan di muka bumi ini?” Sebagian dari kita akan berpikir Sesuatu yang paling ringan tersebut adalah kapas, kain, benang ataupun yang lainnya. Namun, dengan cerdas sang ulama tersebut memberikan jawabannya. “Sesuatu yang paling ringan”, ucapnya “Dimuka bumi ini adalah meninggalkan sholat”.

Meninggalkan sholat itulah sesuatu yang paling ringan yang ada di muka bumi ini. Sepakatkah kita dengan jawaban tersebut? Tentu, kita akan sepakat. Sebab, memang benar perkataan Imam Ghazali tersebut, meninggalkan sholat merupakan sesuatu yang paling ringan yang kita perbuat.

Meninggalkan sholat. Berapa lamakah waktu kita untuk mengerjakan sholat? Sehingga kita dengan ringan meninggalkannya. Kita ketahui bersama waktu untuk mengerjakan sholat tidak lebih dari 30 menit bahkan jika kita sadari sendiri mungkin ketika kita sholat hanya menghabiskan waktu antara 10-15 menit untuk tiap waktunya. Apakah berat waktu sebanyak itu?

Kita hanya meluangkan waktu 10-15 menit untuk mendirikan sholat. Setiap hari terdapat 5 waktu sholat. Jika kita akumulatifkan dengan rata-rata satu kali sholat 10 menit berarti untuk mendirikan 5 kali sholat, diperlukan waktu sekitar 50 menit dibulatkan menjadi 1 jam. Itulah alokasi waktu yang akan kita gunakan untuk mendirikan sholat hanya 1 jam dari 24 jam waktu yang tersediakan.

Satu jam dari dua puluh empat jam. Tak relakah kita menyisihkannya? Sehingga kita selalu dengan ringan hati untuk meninggalkannya. Waktu yang kita sediakan untuk kehidupan akhirat kelak hanya satu jam dari kehidupan dunia dengan waktu 23 jam. Masih beratkah kita menjalankannya?

Namun, inilah yang menjadi fenomena umat muslim pada masa ini. Dimana hampir kebanyakan dari kita begitu menyibukkan diri pada aktivitas dunia dan melupakan pada aktivitas akhirat walaupun hanya sesaat.

Sebuah pepatah berbunyi,
“Kejarlah duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya, tapi kejarlah akhiratmu seolah-olah kamu mati besok pagi”

Akankah kita melupakan kehidupan akhirat sehingga kita dengan berani meninggalkan sholat? Ataukah memang hati kita sudah tertutup dengan hidayah-Nya sebab karena Dia-lah yang pemberi hidayah. Jikalau seseorang Dia berikan hidayah (petunjuk) maka orang tersebut tidak akan tersesat. Sebaliknya, jikalau seseorang tidak Dia berikan hidayah maka orang tersebut akan tersesat menjalani kehidupan di dunia dan pada akhirnya bermuara pada lautan panasnya seburuk-buruknya tempat.

Firman-Nya dalam surah An-Nahl ayat 93
“Allah memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki dan menyesatkan kepada siapa saja yang dikehendaki”

Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan petunjuk oleh-Nya sehingga kita mampu merubah kebiasaan untuk meninggalkan sholat menjadi lebih sadar kembali untuk mendirikan sholat lima waktu.