Bagaimanakah kita mengukur kadar kekhusyu’an sholat yang telah didirikan? Apakah harus full ingat kepada-Nya pada saat mendirikan sholat? Ataukah hati dan pikiran terpaut selama melaksanakannya?
Jika bisa secara full mengingat-Nya di dalam sholat sangatlah bagus terlebih jika kita bisa memahami setiap kata yang terucap baik itu bacaan ketika sholat ataupun doa-doa yang terlantunkan. Begitu pula jika hati dan pikiran menyatu terpaut kepada-Nya, akan menjadi pahala terbesar bagi orang yang mampu melaksanakannya.
Tetapi, bagaimanakah jika kita tak mampu melakukan khusyu’ seperti dua poin tersebut? Ingat full selama sholat dan mentautkan hati dan pikiran hanya kepada-Nya. Manusia tetap akan menjadi manusia yang tak luput dari salah dan khilaf. Hanya segelintir orang yang mampu mengingat secara full dan mentautkan hati dan pikirannya hanya kepada-Nya di dalam sholat.
Sebagai orang yang awam dan berlumur dosa, biarkanlah diri ini tetap mendirikan sholat walaupun terkadang di dalam sholat masih belum mampu mengingat-Nya secara full, tapi perlahan-lahan asal kita ada usaha terlebih dahulu walaupun sedikit pasti akan ada kadar nilainya. Begitu pula dengan mentautkan hati dan pikiran hanya tertuju kepada-Nya perlu usaha yang maksimal di dalam sholat agar mampu menjalankannya. Hal yang terpenting kali ini adalah mendirikan sholat terlebih dahulu.
Di luar sana banyak perkataan yang sering kita dengarkan. “Sholatnya entar aja, kan belum bisa khusyu’? “Untuk apa sholat kalau belum khusyu’?”.
Mungkin, itu adalah salah satu perkataan-perkataan yang tak bertanggungjawab sebab yang mengatakannya tak ada usaha sedikit pun untuk mencari solusi dari permasalahan yang ia paparkan.
Bagaiamana seorang manusia bisa khusyu’ di dalam sholat ketika dirinya sendiri tak mau sholat? Sama halnya ketika seseorang yang ingin pandai berenang tapi tak mau bercebur ke dalam kolam renang karena takut tenggelam. Apakah dia akan pandai berenang jika tak mau bercebur dan mencoba untuk berenang?
Tak usah ragu-ragu untuk mengerjakan sholat sebab sholat itu adalah kebutuhan umat muslim akan Tuhannya. Pada saat sholat itulah manusia berkomunikasi dengan Sang Kholiq lewat gerakan dan bacaan di dalam sholat.
Sederhananya kita mengukur kadar khusyu’an sholat yang didirikan yakni dengan melihat kondisi diri kita setelah sholat dilakukan. Misalnya, kita mengerjakan sholat Subuh,maka kondisi kita setelah sholat Subuh itulah yang menjadi parameter kekhusyu’annya sholat. Rentang antara Subuh dan Zhuhur. Apakah dilalui dengan hal-hal yang bermanfaat, amal ibadah dan berbuat kebaikan? Ataukah sebaliknya, diisi dengan hal-hal yang kurang bermanfaat serta berbagai macam keburukan?
Apabila diisi dengan berbagai amal sholeh, hal yang bermanfaat dan kebaikan maka sholat Subuh yang dilaksanakan bisa dikatakan khusyu’ tetapi apabila diisi dengan hal-hal yang buruk dan kurang bermanfaat maka bisa dikatakan sholatnya belum khusyu’.
Begitu pula dengan waktu sholat-sholat lainnya. Rentang Subuh dan Zhuhur, antara Zhuhur dan Asyar, Asyar dengan Magrib kemudian Magrib dengan Isya dan Isya hingga Subuh.Terputar selama satu hari. Apakah selama di dalam rentang tersebut manusia melakukan segala macam hal yang diperintahkan-Nya? Ataukah malah melakukan berbagai hal yang dilarang oleh-Nya?
Diantara Subuh dan Zhuhur dihabiskan dengan kebaikan. Antara Zhuhur dan Asyar teralokasikan hanya untuk amal ibadah. Rentang Asyar menuju Magrib dihiasi dengan hal-hal yang bermanfaat. Magrib menuju Isya diisi dengan aroma mengingat-Nya hingga Isya menuju Subuh pun tetap berada di jalan-Nya.
Betapa indah hidup ini jika selama satu hari penuh berputar dengan kebaikan dan amal sholeh sebagai pertanda kepatuhan seorang hamba kepada Sang Pencipta.
Lewat sholat dia pasrahkan seluruh hidupnya kepada Sang Pemilik Jiwa. Dia hiraukan ucapan sana-sini yang mengatakan sholat belum khusyu’. Hal terpenting bagi dia mampu mempersembahkan yang terbaik bagi Rabb-nya.
Sholat yang khusyu’ akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Berusaha melakukan apa yang telah diperintahkan-Nya dan mematuhi semua yang dilarang merupakan wujud kekhusyu’an di dalam sholat.
Kekhusyu’an sholat akan berbuah kebaikan bagi setiap muslim. Kebaikan yang akan terus terpancarkan disaat dia menjalankan berbagai aktivitas. Kebaikan itu pula yang akan membawa dia ingat kepada Zat yang Maha Sempurna.
Sholat yang khusyu’ adalah idaman setiap umat muslim. Dia mampu bermesraan dengan kekasih yang sesuangguhnya. Dia wujudkan rasa cinta itu lewat berdua-duaan di dalam amal ibadah dan kebaikan bersama-Nya.
Jika tak mampu mengingat-Nya full selama sholat, jika tak mampu mentautkan hati dan pikiran hanya tertuju kepada-Nya. Berusahalah sekuat tenaga untuk melakukannya. Iringinlah dengan dengan berbuat baik dan patuh akan segala perintah-Nya.
Sholat itu bukan untuk Dia tetapi untuk manusia sendiri. Manusialah yang memerlukan sholat. Tak akan berkurang sedikit pun derajat-Nya dan keagungan-Nya jika manusia tak ada yang sholat.
Sholat yang khusyu’ akan terwujud jika semua insan dengan ikhlas tetap mendirikan sholat dalam kondisi apapun. Setelah sholat pun dia tetap berada di jalan-Nya dengan berbuat berbagai macam kebaikan yang akan mengantarkannya pada tempat yang terindah.
Sholatlah sebelum kita disholatkan
Tak perlu menunggu khusyu’ baru sholat
Khusyu’ akan tiba jika kita mendekati sholat itu sendiri
Bagaimana bisa khusyu’ jika diri ini menjauh dari sholat?