Silaturahmi Dalam Pandangan Isalm Beserta Pembahasannya

Kesempatan kali ini penulis akan memaparkan mengenai silaturahim atau kebanyakan biasa menyebutnya dengan silaturahmi. Pada dasarnya tak masalah dan tidak perlu juga untuk diperdebatkan antara kata silaturahim atau silaturahmi, sebab ini hanya masalah adat berbahasa di Indonesia saja. Karen pada hal ini berlaku kaidah

لا مشاحة فى الاصطلاح

“Tak ada perdebatan di dalam istilah apabila pada hakikatnya sama”

Apabila diambil dari asal serapannya yakni bahasa Arab, yang lebih tepat ialah silaturahim, sebab ada dua kata yakni shilah yang artinya menyambung dan rahim yang artinya kekeluargaan atau rahim wanita.

silaturahmi dalam islam
www.ummi-online.com

Nabi Shallallahi alaihi wa sallam bersabda:

الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ

“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. HR. Bukhari dan Muslim

Maksud silaturahim yang dimaksud dalam hadits merupakan keluarga bukan hanya teman saja. Banyak sekali keutamaan-keutamaan dari silaturahim. Contohnya bisa diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umur.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,:

“مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”.

“Barang siapa menginginkan untuk diluaskan rizkinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim”. HR. Bukhari dan Muslim

Kesimpulan, ditinjau dari makna secara bahasa, silaturahmi di sini hanyalah kepada keluarga saja. Keluarganya bisa mencakup keluarga inti dan keluarga yang terlibat dalam perihal warisan. Adapun jika berkunjung ke rumah teman bahasa syariatnya ialah ziarah. Tapi kata ziarah tidak lazim di dalam bahasa Indonesia tak bisa dipakai dan identiknya dengan kata ziarah kubur.

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyambung tali silaturahim. Contohnya dengan saling berkunjung, saling memberikan hadiah, atau pemberian lainnya. Sambung silaturahim itu dengan cara lemah lembut, dengan kasih sayang, wajah yang berseri-seri, memuliakan, dan semua hal yang telah diketahui manusia dalam hal membangun silaturahim. Silaturahim bisa menjadikan seseorang masuk ke surga. Dengan silaturahim akan mendapatkan pahala yang besar. Dengan silaturahim juga seseorang hubungannya dengan Allah tidak akan terputus baik di dunia atau akhirat.

Dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَ الرَّجُلُ فَقَالَ النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ : إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?”

Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.

Sangat miris, ada sebagian orang yang tidak ingin menyambung silaturahim bersama kerabatnya, kecuali jika kerabat itu yang mau menyambung silaturahim. Orang yang melakukan perbuatan ini bukan silaturahim, tapi hanyalah untuk balasan semata. Sebab semua orang yang mempunyai akal tentu pasti memiliki keinginan untuk membalas kebaikan yang sudah diberikan, meski orang jauh sekali pun.

Sambunglah tali silaturahim dengan para kerabat meski mereka memutuskannya. Sesungguhnya kita kelak akan mendapatkan balasan yang baik atas mereka.

Memutus tali silaturahim yang sangat besar adalah memutus silaturahim dengan orang tua, lalu kerabat dekat, dan kerabat dekat selanjutnya

Karena banyaknya keutamaan dalam bersilaturahim, hubungan antara keluarga haruslah perlu untuk dijaga agar selalu mendapatkan pahala yang besar. Dan agar senantiasa memohon kepada Allah ta’ala agar kita dijauhkan dari perbuatan memutus tali silaturahim.