Seperti ungkapan M.Natsir dalam artikel yang ditulisnya untuk memperingati HUT RI ke-6, ”Jangan berhenti tangan mendayung, nanti arus membawa hanyut”, janganlah kita berhenti melangkah dalam berusaha karena nantinya arus akan membawanya hanyut hingga tak berbekas.
Bila kita aplikasikan dalam dunia dakwah, maka kita dapat mengambil makna bahwa jangan sampai rantai dakwah ini terputus, jangan sampai perjalanan dakwah ini terhenti karena apabila perjalan dakwah ini terhenti maka takkan ada lagi yang akan berjuang menegakkan kalimat–kalimat Allah di tengah derasnya arus maksiat dan perlawanan yang menghadang. Takkan ada lagi yang menggelegarkan semangat perjuangan di bumi ini.
Untuk meneruskan tongkat estafet dakwah ini, pastinya harus ada kader–kader yang mampu menerima tongkat estafet tersebut. Namun apakah sekedar “ada kader” saja cukup untuk menerima tongkat estafet dakwah ini? Tentu saja tidak! Seorang kader yang nantinya akan menerima tongkat estafet haruslah kader dianggap layak dan mampu bukan hanya mampu menerima tapi juga mampu mengembangkan sayap–sayap dakwah ini menjadi lebih luas. Untuk itu maka diperlukan kader dakwah yang intelek, bermoral dan produktif.
Seorang kader dakwah haruslah memiliki ilmu yang banyak karena apalah guna seorang kader dakwah apabila tidak memiliki ilmu. Ilmu di sini apakah sekedar ilmu agama saja? Tidak! Seorang kader dakwah sebaiknya juga memiliki kapasitas keilmuan yang lebih di bidang lain. Bila kita melihat dari perjalan Islam di awal pergerakannya kita akan menemukan ulama–ulama ternama yang juga mendapatkan pengakuan bukan hanya di bidang ilmu agamanya saja. Contohnya al-khwarizmi sebagai ahli matematika, Ibnu sina sebagai ahli kedokteran, atau Ibnu Rushd sebagai seorang ahli pengobatan. Maka bila kita aplikasikan terhadap kader dakwah terutama yang saat ini masih bergelar mahasiswa, mereka haruslah menguasai minimal bidang yang mereka geluti. Contohnya seorang kader dakwah dari jurusan informatika haruslah menguasai ilmu informatika, seorang kader dakwah dari bidang hukum harus juga menguasai ilmu hukum.
Selain memiliki ilmu yang banyak, seorang kader dakwah juga harus memiliki moral dan tingkah laku yang baik. Sesungguhnya seseorang itu akan mengikuti atau menghormati seseorang itu dari teladan dan tingkah lakunya. Rasulullah juga bukan hanya mengajarkan ilmu saja kepada umatnya, tapi beliau juga menunjukkan teladan yang luar biasa melalui tingkah lakunya sehingga beliau digelari “uswatun hasanah”. Kemudian seorang kader dakwah haruslah produktif. Produktif di sini dapat dinilai dari berapa besar hasil yang telah dicapainya, seperti seberapa produktif ia menghasilkan kader baru atau seberapa banyak tulisan yang telah ia hasilkan bahkan berapa banyak karya yang telah ia ciptakan. Kenapa hal ini penting? Karena di sinilah kita dapat melihat kemandirian, kemauan, kreativitas hingga kerja keras yang dimiliki seorang kader.
Dakwah dan Ilmu
Dakwah dan ilmu berarti kita berdakwah dengan menggunakan jalur ilmu. Di sini bagaimana kita berusaha membangun pencerdasan, membangun intelektualitas, mengembangkan wawasan dan menajamkan fikiran. Tema–tema dan bahan yang diangkat bukan hanya mengenai ilmu agama, tapi juga ilmu–ilmu lainnya seperti ilmu hukum, teknologi, dll. Dengan ini diharapkan kita dapat melebarkan sayap dakwah hingga menjangkau semua lini. Sekaligus juga menghilangkan anggapan bahwa kader dakwah itu hanya sekedar care dengan ilmu agama saja.
Dakwah dan Hati
Dakwah dan hati adalah bagaimana kita dapat menyentuh hati dari masing–masing kader dakwah sehingga dapat menjaga kekuatan hati dan semangat mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan pertemuan/liqo, curhatan, muhasabah, bahkan dengan dakwah fardhiyah. Melalui dakwah dan hati ini, kita dapat mengetahui permasalahan yang tengah dihadapi oleh kader, kondisi hati, bahkan kondisi keluarga atau perkuliahan mereka.
Dakwah dan Diri
Dakwah dan diri berarti bagaimana kita menunjukkan tingkah laku yang baik dalam keseharian kita sehingga nantinya diharapkan kader–kader muda akan mencontoh teladan yang baik yang ada dalam diri kita. Dakwah dengan teladan inilah yang sesungguhnya menjadi jalan dakwah yang terbaik.
Dakwah dan Karya
Dakwah dan Karya berarti bagaimana kader–kader mampu menghasilkan suatu karya yang bermanfaat bagi kehidupan. Karya ini bisa berupa tulisan, karya seni, bahkan kader mampu menciptakan suatu alat yang mampu menanggulangi permasalahan keseharian masyarakat. Untuk menciptakan semangat dan antusias kader dalam menciptakan karya ini dengan mengadakan pelatihan atau workshop, mendatangkan seorang ahli, dll.
Dakwah dan Ukhuwah
Dakwah dan ukhuwah berarti bagaimana kita melakukan penjagaaan terhadap kader–kader dengan membuat merasakan indahnya ukhuwah Islamiyah sehingga diharapkan dengan ini kader tersebut merasa saling memiliki dan merasakan bahwa mereka adalah satu keluarga. Apabila ukhuwah ini telah tertancap dalam di seluruh kader dakwah maka dipastikan perjuangan dalam berdakwah akan jauh lebih baik dan lebih mantap.
Oleh: M. Arief Gusti Putra
KAMMI Politeknik Telkom Bandung
Facebook –Twitter –Blog