Telah 11 tahun lebih Syari’at Islam diterapkan di Aceh. Dalam masa ini, banyak sekali persoalan-persoalan yang mengiringi prosesi pelaksanaan hukum Allah tersebut. Berbagai tantangan luar dan dalam datang silih berganti menghantam Syari’at Islam dan seluruh masyarakat Aceh. Kini, tantangan-tantangan tersebut terasa semakin hebat dialami oleh masyarakat Aceh di saat kepemimpinan yang berkuasa di Aceh belum mampu tampil secara perkasa membela syari’at Islam dan serius mengimplementasikannya dalam semua tatanan kehidupan.
Alhasil, syari’at Islam yang semula kita harapkan bisa menjadi Pilot Project syari’at Islam di Negara ini namun justru terancam gagal di sarangnya sendiri.
Tantangan terhebat yang dirasakan oleh para aktivis Islam di Aceh akhir-akhir ini berbentuk serangan via media massa. Sedikit kasus-kasus misalnya kesalahan dalam pelaksanaan Syari’at Islam, berbagai media massa di tanah langsung membesar-besarkannya. Psikologis masyarakat ditekan habis-habisan untuk mengeluarkan mereka dari pandangan akan pentingnya syari’at Islam diterapkan di Aceh.
Kasus penutupan Ondong-ondong tak berizin di Aceh Singkil, penutupan geraja dan vihara liar di Banda Aceh, kasus bunuh diri remaja Putri di Langsa dan sebagainya dijadikan sebagai sasaran empuk oleh media massa sekuler untuk menghajar syari’at Islam di Aceh dan masyarakatnya. Eksistensi media ini didukung oleh kalangan sekuler dan LSM-LSM yang mencitrakan diri sebagai pembela HAM. Mereka tidak pernah lelah untuk terus menerus menyorot pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Menyorot untuk perbaikan agar menjadi lebih baik sebenarnya sesuatu yang niscaya, namun realitasnya logika-logika yang dibangun selama ini justru bermuara pada sikap hidup yang hedonis, permisif dan melawan hukum Allah Swt.
Masyarakat muslim di Aceh pun tidak jarang dicitrakan sebagai masyarakat yang tidak toleran. Dan syari’at Islam yang diterapkan di Aceh melanggar HAM, menimbulkan kekacauan dan berbagai macam tuduhan lainnya. Meski masyarakat Aceh juga tidak akan pernah tinggal diam, tapi kami yakin bahwa serangan-serangan seperti itu tidak akan pernah berhenti hingga hari kiamat.
Aceh Butuh Media Islam
Beberapa bulan yang lalu, kami berkesimpulan bahwa kita tidak mungkin berharap media massa yang ada akan mendukung sepenuh hati pelaksanaan syari’at Islam di Aceh. Sehingga apa yang harus kami lakukan sekarang adalah menghadirkan media Islam baru di Aceh.
Sebab, kami baru saja sadar bahwa selama ini tidak ada media yang mengkhususnya diri untuk kepentingan Islam di Aceh. Jikapun ada seperti Tabloid Gema Baiturrahman, maka jangkauannya hanya di wilayah mesjid tersebut saja.
Beberapa pemuda dan aktivis berembuk dan kami sepakat untuk mendirikan media Islam baru bagi masyarakat Aceh, kami beri nama www.suaraaceh.com | Media Islam Rakyat Aceh. Meski hanya bermodalkan semangat dan tenaga penulis yang masih ‘amatir’, kami bertekad untuk membesarkan media ini agar menjadi corong bagi suara Islam dari Aceh yang selama ini terpinggirkan. Mimpi kami, kelak media ini menjadi media cetak. Kami yakin suatu saat insya Allah mimpi ini akan terwujud. Kami bermimpi agar media ini bisa menjadi mercusuar syari’at Islam di Aceh yang akan menerangi setiap pojok Bumi Serambi Mekkah.
Namun demikian, Media ini lahir sesungguhnya bukan hanya untuk tujuan membela pelaksanaan syari’at Islam di Aceh, akan tetapi sebagai wahana dakwah, wadah bagi calon-calon penulis yang akan mendakwahkan keindahan Islam lewat tulisan-tulisan mereka. Sekaligus, media ini kami lahirkan sebagai ‘alasan’ kami kelak di hadapan Allah, bahwa kami sudah mencoba berbuat.
Kami mohon do’a dari setiap muslim yang membaca tulisan ini. Bukankah do’a adalah senjata kaum mukmin? Dengan dukungan moral dan do’a dari kalian wahai saudara kami umat Islam, insyaAllah kami akan selalu tegar mempertahakan syari’at Islam di Aceh dengan jiwa dan raga kami. Ya Rabb…
Pimpinan Redaksi SuaraAceh.com
Teuku Zulkhairi