Pertanyaan ini bisa jadi tidak mudah dijawab. Karena tidak semudah menjawab pertanyaan, “Sudah kelas berapa?” atau, “Sudah semester berapa?”
Jawabannya juga bisa jadi bergantung kepada metode menghafalnya, apakah berdasarkan kualitas hafalan atau kuantitas hafalan.
Pertanyaan “berapa” itu sendiri sebenarnya menunjukkan bahwa yg ditanyakan adalah kuantitas. Namun ternyata jika berkaitan dengan hafalan seseorang, hampir tidak pernah ada pertanyaan tentang kualitas, “Bagaimana hafalannya?”
Ada dua orang akhwat yang saya kenal. Yang satu memiliki hafalan 10 juz, yang satu lagi hafalannya sudah selesai 30 juz. Jika pertanyaannya adalah “berapa”, tentu yang lebih baik adalah yang sudah hafal 30 juz. Tapi jika misalnya keduanya diminta melantunkan juz yang sama, akan tampak perbedaan kualitasnya.
Yang sudah selesai 30 juz ternyata tidak sanggup membacakan juz satu dengan lancar, berbeda dengan yang hafalannya baru 10 juz.
Contoh yang saya sebutkan tadi menunjukkan bahwa hafalan yang banyak belum tentu berkualitas, walaupun yang terbaik adalah keduanya sekaligus: hafal banyak dan berkualitas pula.
Tentu keduanya tidak bisa dicapai sekaligus melainkan harus satu per satu. Jadi pilihannya adalah, mau menambah hafalan sebanyak-banyaknya kemudian baru dilancarkan.. Atau melancarkan hafalan yang sudah ada baru kemudian menambah hafalan berikutnya.
Seorang ikhwan yang sudah menyelesaikan hafalan 30 juz, ketika ditanya, “berapa hafalannya,” dia malah ragu dan bingung menjawabnya. Karena sebagian besar hafalannya ternyata tidak lancar dan bahkan ada juga yang sudah terlupa.
Guru saya bercerita bahwa beliau menghafal Quran dalam waktu kurang lebih 3 tahun dan kemudian menghabiskan 3 tahun berikutnya untuk melancarkan hafalannya. Beliau adalah seorang juara hifzhil Quran internasional dan kualitas hafalannya tidak bisa diragukan. Beliau memiliki berbagai sanad hafalan (bukan cuma sanad bacaan) dari berbagai riwayat, mulai dari sanad yang paling mudah sampai sanad yang paling tinggi tingkat kesulitannya.
Jadi jika ada orang yang bilang bisa menghafal Quran dalam waktu yang sangat singkat, sebelumnya tentu patut kita syukuri. Namun juga perlu kita tanya lebih lanjut apakah hafalannya masih diingat semua atau banyak yang sudah lupa? Berapa yang masih ingat dan berapa yang sudah lupa? Apakah sudah lancar semua atau banyak yang tidak lancar? Berapa yang masih lancar dan berapa yang tidak lancar?
Dan itu juga belum termasuk kualitas bacaannya dari segi tajwid dan makharijul huruf.
Jadi jika pertanyaan seperti itu terlalu banyak, mungkin sebaiknya kita sama sekali tidak perlu bertanya, “Sudah hafal berapa juz?”