Menjadi seorang muslim berarti menjadi orang yang siap untuk terus bertambah dan bertumbuh. Bertambah wawasan dan ilmu, bertumbuh amal kebajikan untuk sekitar. Bagi ang belum siap, maka segera bersiap-siaplah. Sebab menjadi muslim hakikatnya adalah bermanfaat bagi ummat, dan kita belum bisa penuh bermanfaat bagi ummat bila diri kita sendiri belum selesai. Belum bisa optimal amalan yang lakukan bila kemampuan diri masih begitu-begi saja. Tanpa peningkatan dari waktu ke waktu.
Ada begitu banyak amalan dalam islam, mulai dari yang wajib seperti yang disebutkan dalam lima rukun islam, kecuali haji hanya untuk yang mampu, hingga amalan sunnah yang bila kita mau chek list satu per satu dari mulai terbitnya matahari hingga terbit kembali keesokan hari, kita mungkin akan menangis karena merasa belum sanggup untuk optimal beribadah. Ini baru ibadah kepada Allah, belum lagi ibadah yang hubungannya dengan manusia. Mulai dari sekedar senyum manis kepada saudara hingga saling sepenanggungan dalam berkerabat. Ada banyak, sangat banyak. Maka bila ada orang yang tidak naik tingkatan amalnya, bisa jadi karena dirinya sudah merasa cukup baik.
Diantara sekian amalan itu, kita diperbolehkan untuk memilih datu amalan andalan. Satu ada beberapa hal yang diri kita mampu melakukan ini terus menerus, kontinyu, tanpa merasa terpaksa dan terbebani. Seperti Bilal yang terbiasa dengan menjaga wudhu dan sholat dua rakaat setelah wudhu. Apakah amalan ini bernilai? Ya, tentu saja. Bilal mendapatkan anugerah berupa surga bahkan saat ia masih di dunia. Pada beberapa kisah disebutkan bahwa bunyi terompahnya Bilal sudah terdengar di surga, padahal saat itu Bilal masih di dunia dalam kondisi sehat walafiat.
Konsisten menjalankan amlaan andalan memang tidak mudah. Sebab bisa jadi pada awalnya hal ini adalah amalan yang dipaksakan, namun akhrinya terbiasa. Memang begitulah manusia, seringnya harus dipaksa agar menjadi terbiasa. Lalu bagaimana cara memaksa diri agar terjadi peningkatan amalan?
Salah satunya adalah dengan membuat target amalan-amalan apa saja yang akan dilakukan setiap harinya. Tidak harus langsung muluk-muluk, sebab kita hanya manusia biasa yang masih belajar istiqomah dalam beribadah. Bisa dimulai dengan pelan-pelan menambah satu target amalan setiap harinya dan tentu saja berusaha untuk menjalankan target itu. Bukan sekedar ditarget namun dibiarkan berlalu begitu saja.
Target amalan disini bisa dituliskan dalam bentuk check list harian. Misalnya target hari ini harus melakukan sholat Tahajud, dan sholat wajib tepat waktu. Tulis target dari atas kebawah dan setiap kita selesai melakukan satu target, berikan tanda centang atau coret target yang sudah terpenuhi.
Target harian ini sangat bisa jadi tidak sama antara orang yang satu dengan orang yang lain. Bagi yang sudah terbiasa hidup di lingkungan di pondok yang penuh dengan aktifitas ibadah, targetnya bisa jadi sangat berbeda dengan mereka yang hidupnya di lingkungan yang kurang kondusif. Harapannya tentu saja, tinggal di lingkungan manapun, kualitas ibadahnya saling berlomba menjadi lebih baik. Bukan karena tinggal di lingkungan yang tidak baik, lantas membuat pemakluman bahwa menjadi tidak baik atau biasa saja itu tidak apa.
Sudah siap check list ibadah hari ini?