Persoalan hidup kita ini makin lama makin pelik saja. Musibah yang terjadi dalam skala individu ataupun kolektif semakin kompleks. Lihat saja di sekeliling kita, banyak manusia yang mengalami berbagai macam penderitaan yang tidak ada habis-habisnya. Bahkan sebagian besar mereka adalah kaum muslimin yang berkitab sucikan Al Qur’an dan bersunnah nabi Rasulullah saw.
Kita harus menyadari bahwa bagi kita yang muslim segalanya harus dikembali kepada Allah swt dalam pelbagai urusan. Jangan sampai karena bingung untuk mencari solusi apa yang benar dan tepat, kemudian kita gadaikan agama dan keyakinan yang mahal itu, Islam, Al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw.
Tak ubahnya seperti senter yang memiliki cahaya di kegelapan malam, hidayah Allah berwujud kitab suci dan hadits sebagai pegangan utama. Kita harus gunakan Al Qur’an itu sebagai senter yang menerangi. Namun kita tidak akan bisa mengoperasikannya secara baik kalau kita tidak pandai mengenal al-Qur’an ini. Untuk apa ia Allah turunkan ke atas dunia ini, untuk apa ia sebagai wahyu yang memiliki sifat keabadian dan lain sebagainya.
Tidak usahlah jauh-jauh menjadikan ilmu lain, jimat, aji-aji dan kesaktian lain sebagai pemberi solusi. Kita cukup memiliki Al Qur’an di rumah, lalu membuka dan membacanya. Menatapnya dalam-dalam, apakah kita sudah bisa membaca ‘surat cinta’ Allah itu? Apakah sudah kita memahami kendungan maknanya yang dalam dan menyegarkan? Jika belum, di situlah letak kekurangan kita. Bahkan itu bisa jadi tolok ukur atas berbagai kesulitan yang menimpa.
Baca al-Qur’an dan perbaiki bacaanmu! Itulah slogan sederhana namun demikian menentukan bagi kita untuk selalu rindu di bawah keteduhannya.
Belum lama ini ada segelintir manusia yang berusaha untuk melenyapkan Al Qur’an karena sudah demikian phobi dengan ajaran yang dikandungnya. Mereka berusaha untuk membumi-hanguskan dengan berbagai macam cara seperti dibakar misalnya. Tapi Allah senantiasa memiliki sifat Roqib (mengawasi gerak-gerik hamba-Nya). Ketika kitab suci-Nya hendak dikotori dan dimusnahkan, Dia pun turun tangan langsung. Menurut berita terbaru, konon, manusia yang telah berusaha membakarnya itu pun tak berapa lama merasakan akibat niat busuknya itu dengan cara mengalami kecelakaan mobil dan tewas mengenaskan seketika. Bukankah ini adalah siksa Allah buat mereka yang berani coba-coba untuk menantang-Nya?
Persis seperti nasib raja Abrahah yang berupaya untuk menghancurkan baitullah, Ka’bah. Saat itu, kaum muslimin sudah pasrah atas niat jahat Abrahah dan tentaranya yang -katanya- gagah perkasa itu. Namun, Allah tetap Raqib yang menyaksikan niat dan perilaku manusia-manusia jahat itu. Dengan kekuasaan-Nya yang Maha Dahsyat, Diapun langsung turun tangan sendiri dengan mengutus ribuan burung Ababil yang membawa api dan bahan bakar dari neraka untuk menghabisi kegagahan Abrahah dan bala tentaranya itu. Tidak berapa lama merekapun musnah seperti rumput-rumput yang layu dimakan ulat. Jangan sampai kita mengalami nasib yang sama karena kita kurang peduli dengan kitabullah, Al Qur’an ini?! Na’uzubillah min zalik.
Saat ini, dan tetap sampai akhir zaman Allah akan selalu menjaga kitab suci-Nya itu dengan berbagai macam cara sesuai kehendak-Nya. Sebagai umat muslim, sudahkah kita menjadi bagian dari hamba-hamba-Nya yang membela kepentingan-Nya dan menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya dari segala permasalahan. Ya, minimal kita memiliki kemampuan untuk selalu membacanya setiap saat, menjadikannya sebagai wirid harian dan pengalaman yang intensif setiap hari.
Insya Allah, dengan begitu kita akan digolongkan sebagai hamba-hamba pilihan-Nya yang mendapatkan jaminan kehidupan dan kebahagiaan. Di dunia dan akhirat. Dan terhindar dari ancaman kaum yang meremehkan, menyepelekan dan mengesampingkan peran Al Qur’an dalam hidup ini. Amiin.
Wallahu a’lam bish-showab.