Disebut-sebut sebagai salah satu menteri kabinet Jokowi yang tak berprestasi dan layak diganti, nama Sudirman Said mendadak jadi perhatian mantan presiden SBY. Sudirman Said Senin siang menyerang SBY dengan tuduhan tidak berani membekukan Petral..
Melalui pemberitaan di Republika Online, Sudirman Said menyampaikan bahwa usulan pembubaran Petral sudah pernah diajukan sejak zaman pemerintahan SBY. Namun tiga surat yang dikirimkan, semua berhenti di meja SBY,
SBY di akun twitter meminta agar Sudirman Said mengklarifikasi pernyataannya. SBY menjelaskan bahwa selama menjadi presiden tidak pernah menerima usulan pembekuan Petral. Bahkan, setelah mengadakan pembicaraan dengan lima mantan menterinya, SBY mendapat penjelasan bahwa surat yang dimaksud Sudirman Said itu tidak ada.
Karena itu, SBY siap menempuh jalur hukum. Ucapan Sudirman Said dinilai SBY sudah merupakan fitnah untuk tujuan mencari keuntungan politik rezim berkuasa. SBY bahkan siap menempuh jalur hukum.
SBY pantas meradang. Karena pernyataan Sudirman Said itu disinyalir hanya untuk mendongkrak popularitas Jokowi yang terus menurun. Sudirman Said benar-benar jongos yang baik. Tugas apa pun dari tuannya akan dilakukan. Apa pun resikonya.
Dengan menggoreng isu ”usul pembekuan Petral selalu mandek di meja SBY”, Sudirman Said ingin mengambil tiga keuntungan sekaligus. Pertama, Sudirman Said ingin pamer kepada tuannya, dengan mengangkat nama Jokowi sebagai presiden pemberani..
Kedua, dengan menyerang SBY, Sudirman Said ingin diakui sebagai menteri yang berani . Dengan demikian, Sudirman Said akan dinilai pantas kalau dipertahankan sebagai menteri.
Ketiga, dengan menyerang SBY, Sudirman Said berusaha membelokkan perhatian publik agar lupa pada China Sonangol. Padahal, perusahaan yang dipimpin petinggi Partai Nasdem itulah yang sekarang memainkan peran penting dalam suplai minyak mentah ke Pertamina,
China Sonangol tak ubahnya Petral. Bedanya, Petral adalah anak perushaan Pertamina. China Sonangol adalah perusahaan minyak asal Angola yang di Indonesia bermitra dengan Surya Paloh, kroni Jokowi.
Sebagai jongos, permainan Sudirman Said menurut saya kurang cantik. Terlalu mudah dibaca. Kelihatannya, sutradara permainan itu ”tidak membaca apa yang ditandatanganinya”.