Betapa sering kita bersemangat akan hal-hal besar dalam cita untuk memperjuangkan agama, lalu lalai bahwa Rasulullah ﷺ adalah teladan dalam tiap detak & semua laku, pun juga yang sekecil-kecilnya.
Pada zaman di mana banyak ‘amal besar dikecilkan oleh niat yang tak menyurga; betapa penting bagi kita mentarbiyah niat dalam ‘amal-‘amal kecil yang luput dilirik manusia, tapi berpeluang menjadi tinggi nilai bersebab niatnya.
“Adalah Imam Abu Dawud, penulis Kitab Sunan”, demikian Al-Hafizh Ibnu Hajar menukil riwayat dari Ibnu ‘Abdil Barr, “Berada di atas perahu penyeberangan di Sungai Dajlah. Tiba-tiba, beliau mendengar orang bersin di tepian dan membaca “Alhamdulillah”.
Maka Imam Abu Dawud menyerahkan uang 1 dirham pada si tukang perahu agar mau mendekatkan sampannya sejenak ke tepian, sehingga beliau bisa menghampiri orang yang bersin dan mendoakannya, “YarhamukaLlaah”. Maka orang itupun membalas sambil tersenyum, “Yahdikumullaahu wa yushlihu baalakum.”
Perjalanan pun dilanjutkan. Dengan heran, bertanyalah orang kepada beliau mengapa sesusah-payah itu rela membayar demi mendoakan orang bersin dan mendapat doa darinya. Maka beliaupun menjawab,
لعله يكون مجاب الدعوة
“Mudah-mudahan menjadi doa yang mustajab.”
Ketika mereka (para penumpang perahu seperjalanan Imam Abu Dawud) tertidur, tetiba semuanya mendengar dalam mimpinya ada yang berkata, “Wahai para penumpang perahu, sesungguhnya Abu Dawud telah membeli surga dari Allah dengan satu dirham.” Merekapun saling menceritakannya satu sama lain.
Kisah ini dicantumkan Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalany dalam Fathul Bari, 10: 610. Beliau menyatakan, “Sanadnya baik.”
Imam Abu Dawud, Allah merahmatinya; hadits telah dilunakkan baginya sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud. Lunak bukan hanya karena riwayatnya yang jadi ‘ilmu manfaat, tak putus pahala hingga hari kiamat. Lunak, sebab hatinya yang lembut amat peka untuk beramal dengan sunnah kekasih yang dirindukannya, meski terlihat remeh dalam pandangan manusia.