Ada begitu banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mensyukuri semua itu, seperti apapun caranya (selama dalam koridor syar’i). Rasa syukur ini merupakan bentuk terimakasih atas apa yang tanpa kita diberikan cuma-cuma oleh Allah SWT. Syukur pada hakekatnya adalah melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat.
Menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur tidak memberikan kerugian apapun kepada kita. Justru dengan kita bersyukur, Allah SWT menambah kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepada kita sebagai hambanya.
“Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS. Ibrahim: 7) (HR. Al Baihaqi)
Ibnul Qayyim berkata, “Oleh karenanya orang yang bersyukur disebut hafizh (orang yang menjaga nikmat). Karena ia benar-benar nikmat itu terus ada dan menjaganya tidak sampai hilang.”
Dalam hadits yang lain disebutkan,
“Sesungguhnya seseorang terhalang mendapatkan rezeki karena dosa yang ia perbuat.” (HR. Ibnu Majah)
Dimana melakukan dosa adalah bentuk manifestasi dari kufur nikmat atau mengingkari nikmat. Hingga akhirnya dosa bisa menutup kenikmatan-kenikmatan yang Allah SWT berikan. Terkadang bukan berupa kehilangan harta benda, namun juga kehilangan rasa ingin berdekatan dengan Alquran atau yang lain.
Masih ragu untuk bersyukur?