1. Ihram dari Miqat
Tata cara umroh yang pertama adalah mengenakan ihram dari miqat. Yaitu, dengan memakai pakaian ihram untuk laki-laki dan pakaian apa saja untuk perempuan asalkan menutup aurat dan tidak mengenakan perhiasan.
Sebelum berihram, disunahkan untuk mandi besar terlebih dahulu. Ihram dimulai di tempat tertentu atau yang disebut juga miqat. Di antara tempat Miqat ini yang akan kita jumpai diantaranya adalah Masjid Dzul Hulaifah/Bir Alil, Ji’ronah, dan Tan’im.
Setelah berpakaian ihram kemudian berniat ihram dan mengucapkan talbiyah. Yaitu:
لَبََّيْكَ اَللَّهُمَّ لَبَّيْكَ،لَبَّيْكَ لاَ شَريْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ والْمُلكَ، لاَشَرِيْكَ لَكَ
Artinya: Aku penuhi panggilanMu ya Allah, aku penuhi panggilanMu. Aku penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu, aku penuhi panggilanMu. Sesungguh-nya segala pujian dan nikmat serta kerajaan adalah milikMu, tidak ada sekutu bagiMu.
Setelah niat diucapkan, maka kita sudah dalam keadaan Ihram, sehingga berlakulah semua larangan-larangan ihram. Beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan ketika ihram, yaitu :
- Dilarang menutup kepala dan memakai pakaian yang ada jahitannya untuk laki-laki. Misalkan celana dalam, kopiah, atau peci.
- Dilarang memotong kuku,bulu/rambut yang tumbuh dibadan
- Dilarang menutup kedua telapak tangan dan wajah untuk perempuan
- Dilarang memotong, mencabut dan mematikan tanaman di tanah haram
- Dilarang menikah ataupun menikahkan
- Dilarang bersetubuh dengan suami/istri
- Dilarang berburu, membunuh, ataupun membantu berburu binatang darat
- Dilarang memakai wangi-wangian ataupun minyak rambut
- Dilarang berucap kotor atau berkata yang tidak baik
- Dilarang bertengkar, baik fisik maupun secara verbal
2. Melakukan Tawaf
Tata cara umroh setelah berihram yaitu tawaf. Tawaf adalah berjalan mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh putaran. Arahnya berlawanan dengan jarum jam, sehingga letak ka’bah di sebelah kiri kita. Berjalan dimulai dari hajar aswad dan selesai kembali di hajar aswad pula (atau tempat yang sejajar dengannya).
Dalam semua putaran tawaf tersebut lakukanlah idhthiba’ (meletakkan pertengahan kain ihram di bawah pundak kanan, dan kedua ujungnya di atas pundak kiri).
Pada tiga putaran pertama, dianjurkan berjalan lebih cepat (raml) dan selanjutnya berjalan biasa.
Raml dan idhthiba’ hanya dikhususkan bagi laki-laki saja dan hanya dilakukan pada tawaf yang pertama. Atau pada tawaf umrah bagi orang yang mengerjakan haji tamattu’ dan tawaf qudum bagi orang yang melakukan haji qiran dan ifrad.
Sepanjang tawaf, dianjurkan membaca takbir dan doa yang dikehendaki, dan ketika berada pada rukun yamani, dianjurkan untuk membaca:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “Wahai Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api Neraka.”
3. Melakukan Sa’i
Setelah melakukan tawaf, tata cara umroh yang selanjutnya adalah sa’i. Sa’i adalah kegiatan berlari-lari kecil dari bukit Safa sampai ke bukit Marwah. Sa’i dimulai dengan naik ke bukit Safa, dan apabila telah mendekati bukit Safa, hendaknya membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَائِرِ اللَّهِ
Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar Allah. [Al-Baqarah: 158]
Kemudian ucapkan:
أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ
Kami memulai dengan apa yang dengannya Allah memulai.
Setelah itu, naiklah ke bukit Safa dan menghadaplah ke arah ka’bah lalu bertakbirlah tiga kali dan ucapkan:
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي ويُمِييْتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya, hanya bagiNya segala kerajaan dan hanya bagiNya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang haq melainkan Dia, tiada sekutu bagiNya, yang menepati janjiNya, yang memenangkan hambaNya dan yang menghancurkan golongan-golongan (kafir) dengan tanpa dibantu siapa pun.
Ulangilah dzikir tersebut sebanyak tiga kali dan berdo’alah pada tiap-tiap selesai membacanya dengan do’a-do’a yang dikehendaki
Selain doa-doa di atas, tidak ada bacaan khusus ketika tawaf atau sa’i, tapi membaca dzikir, doa atau Al-Quran itu lebih utama menurut para ulama
4. Bercukur rambut (Tahallul)
Setelah melakukan sa’i, tata cara umroh selanjutnya adalah bercukur rambut. Dianjurkan untuk dipotong sampai habis (gundul) atau boleh hanya dipendekkan saja.
Kecuali jika waktu haji sudah dekat, maka memendekkan rambut lebih utama, sehingga mencukur (gundul) rambut dilakukan pada waktu haji.
Dan juga, tidak cukup memendekkan rambut hanya beberapa helai pada bagian depan kepala dan belakangnya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian jama’ah haji, tetapi hendaknya memendekkan tersebut dilakukan pada seluruh rambut atau pada sebagian besarnya.
Adapun bagi wanita, maka hendaknya ia mengumpulkan rambutnya dan mengambil daripadanya kira-kira seujung jari. Jika rambutnya keriting (tidak sama panjang ujungnya) maka harus diambil dari tiap-tiap kepangan (genggaman).
Setelah bertahallul, maka selesailah rangkaian tata cara umroh. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.