Di Zaman Rasulullah, ada seseorang yang merasa keliru dalam bersedekah. Dia menilai bahwa sedekahnya tidak tepat sasaran, bahkan jatuh ke tangan yang salah. Sedekah yang salah sasaran itu membuatnya berpikir bahwa amalnya telah sia-sia.
Pertama, ia menyedekahkan hartanya kepada seorang pencuri. Kemudian di pagi hari orang-orang ramai membicarakan tentang sedekah yang diberikan pada seorng pencuri. Orang yang bersedekah tersebut berkata, “Alhamdulillah. Sungguh, aku akan menyedekahkan hartaku lagi.”
Kedua, sedekah orang tersebut jatuh kepada seorang pelacur. Kemudian keesokan harinya orang ramai membicarakan sedekah yang jatuh ke tangan seorang pelacur. Orang yang bersedekah tersebut berkata, “Alhamdulillah. Sungguh, aku akan menyedekahkan hartaku lagi.”
Ketiga, dia menyedekahkan sesuatu namun harta itu diterima oleh orang yang kaya. Esoknya, orang ramai membicarakan harta yang disedekahkan kepada orang kaya. Kemudian orang itu berkata, “Ya Allah, hanya bagiMu-lah segala pujian, beberapa kali saya bersedekah namun ternyata jatuh ke tangan pencuri, pelacur, dan orang kaya.”
Lalu, ada sesorang yang mendatanginya dan berkata,”Sedekahmu kepada pencuri, mudah-mudahan menyebabkan ia berhenti dari mencuri, sedang sedekahmu kepada perempuan pelacur maka semoga ia segera memberhentikan dirinya dari berzina. Sedekahmu kepada orang kaya, semoga ia mau mengambil pelajaran dan segera menafkahkan sebagian harta yang telah Allah karuniakan kepadanya.” (HR. Bukhari, 1421; Muslim, 1022)
Pelajaran penting yang dapat dipetik dari kisah di atas adalah ketika kita bersedekah keikhlasan adalah nomor satu. Jika ternyata sedekah yang kita berikan kepada orang yang tidak tepat, jika Allah yang menghendaki hal itu pasti ada hikmahnya. Sedekah yang diberikan pada orang kaya tetap bernilai pahala (perbuatan sunnah), namun zakat (yang wajib) tidak boleh diberikan pada orang kaya.
Orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi lebih utama, hal ini ditunjukkan dalam cerita diatas bahwa orang yang bersedekah tersebut memberikan sedekahnya secara diam-diam sampai dia tidak tahu siapa yang menerima sedekahnya. Namun Allah berkehendak untuk memberikan sedekah tersebut pada pencuri, pezina dan orang kaya dengan maksud agar si penerima sedekah memeroleh hidayah melalu sedekah tersebut. Tiada amal baik dari seorang hamba yang Allah sia-siakan. Hikmah lainnya, hendaknya orang yang tahu bahwa ia tidak tepat sasaran dalam bersedekah mengulangi sedekahnya.
Kita dianjurkan untuk ridha dengan ketetapan Allah dan tidak mencela ketetapan Allah. Disitulah letak keberkahan saat kita beramal baik. Semoga kita termasuk orang-orang yang gemar bersedekah dengan ikhlas. Aamiin.