Kisah Imam Al Syafi’i berdialog dengan penganut ilmu kalam (filsafat) berikut ini, layak menjadi perhatian bagi kita. Bahwa kebanyakan mereka terlalu memberatkan diri pada perkara-perkara yang tidak ada wujud dan habisnya, namun lalai dengan ilmu-ilmu syariat dasar yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat.
Al Hafidz Al Dzahabi menceritakan dalam Siyar A’lam Al Nubala’, 10/32:
Seorang laki-laki dari kelompok ahli kalam (filsafat) pernah datang menghadap Imam Asy Syafi’i, saat beliau di Mesir, dan bertanya sesuatu dari filsafat kalam.
Imam Al Syafi’I lantas menjawab: “Apakah engkau tahu, di mana engkau sekarang?”
Ia menjawab: “Iya”.
Imam Syafi’I berkata: “Ini adalah tempat dimana Allah Ta’ala menenggelamkan Fir’aun. Aku bertanya padamu, apakah Rasulullah Saw pernah memerintahkan untuk bertanya tentang demikian?”
Ia menjawab: “Tidak”.
“Apakah para sahabat pernah membicarakannya”, sambung Asy Syafi’i.
“Tidak”, jawabnya.
“Apakah engkau mengetahui berapa jumlah bintang di langit?”
“Tidak”, jawabnya.
“Planet-planet padanya, apakah engkau mengetahui jenis, terbit tenggelamnya, dan dari apa diciptakan?”
Ia menjawab: “Tidak”.
Imam Syafi’I pun berseru: “Sesuatu yang engkau saksikan dengan kedua matamu dari makhluk, tapi tidak mengetahuinya, lalu engkau berbicara tentang ilmu Penciptanya?!”
Beliau kemudian bertanya kepadanya persoalan wudhu, akan tetapi jawabannya salah. Lalu beliau uraikan lagi menjadi empat kategori, akan tetapi tetap saja orang itu tidak menjawab dengan benar sesuatu darinya.
Maka Asy Syafi’i pun berkata: “Sesuatu yang engkau butuhkan lima kali sehari, engkau tinggalkan ilmunya, lalu engkau berbicara tentang ilmu sang Pencipta?! Olehnya, jika terbersit lagi hal tersebut dalam dirimu, maka kembalilah kepada Allah dan kepada firman-Nya: ”Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang Esa, tidak ada sembahan (yang haq) melainkan Dia, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (Qs. Al Baqarah : 163).”