Tingkatan Orang-orang Beriman

Iman makhluk ada beberapa tingkatan

  • Iman para malaikat bersifat tetap, tidak bertambah dan tidak berkurang. Mereka tidak pernah durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap apa yang Dia Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada mereka dan selalu melakukan apa yang diperintahkan, dan mereka ada beberapa tingkatan.
  • Iman para Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan rasul –‘alaihimush shalatuh was salaam– selalu bertambah dan tidak berkurang karena sempurnanya ma’rifah mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mereka terdiri dari beberapa tingkatan.
  • Iman seluruh kaum muslimin, bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat, dan mereka terdiri dari beberapa tingkatan dalam iman.

Dan iman ada beberapa tingkatan:

  1. Permulaan tingkatan iman adalah menjadikan seorang muslim menunaikan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menikmati dan menjaganya. Dan untuk membina hubungan baik terhadap orang yang lebih tinggi derajatnya atau yang sederajat dengannya, ia membutuhkan keimanan yang lebih kuat yang menghalanginya dari berbuat zalim kepada dirinya sendiri dan orang lain. Dan untuk membina hubungan baik terhadap orang yang di bawahnya seperti pemimpin kepada rakyatnya dan laki-laki kepada keluarganya, dia membutuhkan iman yang lebih kuat yang menghalangi berbuat zalim kepada orang yang dibawahnya. Setiap kali iman bertambah niscaya keyakinan bertambah dan bertambah pula amal shaleh. Jadilah seorang hamba menunaikan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hak hamba-hamba-Nya. Dia berakhlak baik bersama Yang Maha Pencipta (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan bersama yang diciptakan (semua makhluk). Ini adalah kedudukan tertinggi di dunia dan akhirat.
  2. Setiap hamba terus berjalan, tidak berhenti. Bisa ke atas, bisa pula ke bawah, bisa ke depan dan bisa pula ke belakang. Dalam tabiat dan syari’at tidak ada yang berhenti sama sekali. Maka bagi setiap hamba, ini merupakan tahapan yang dilintasi dengan cepat menuju ke surga atau neraka. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Ada yang berada di depan dan ada yang di belakang. Dan sama sekali tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Tetapi mereka berbeda pada arah jalanan, dan pada kecepatan dan lambat. Barang siapa yang tidak bergerak maju ke surga dengan iman dan amal shaleh, maka dia pasti bergerak mundur ke belakang ke neraka dengan kufur dan amal-amal jahat. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sebagai ancaman bagi manusia. (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur. (QS. 74:36-37)
  3. Orang-orang beriman saling berbeda padanya dengan perbedaan besar. Iman para nabi dan rasul bukan seperti iman selain mereka. Iman para sahabat bukan seperti iman selain mereka. Iman orang-orang beriman yang shaleh tidak seperti iman orang-orang fasik. Perbedaan ini menurut apa yang ada di dalam hati yaitu pengetahuan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, asma`, sifat, perbuatan-Nya, dan apa yang Dia syari’atkan kepada hamba-hamba-Nya, takut dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan perbedaan nuur (cahaya) laa ilaaha illAllah Subhanahu wa Ta’ala (tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala) di hati para pemiliknya, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  4. Makhluk yang paling mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang paling cinta kepada-Nya. Karena inilah para rasul adalah yang paling besar cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan paling mengagungkan-Nya. Mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, zat, ihsan, keindahan, dan kebesaran-Nya adalah dasar ibadah. Setiap kali cinta bertambah kuat, niscaya taat lebih sempurna, pengagungan kepada-Nya lebih besar dan kesenangan dan dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih sempurna.